MAF 9

2.7K 202 34
                                    

SELAMAT MEMBACA


Syarifah baru saja selesai memasak mie samyang. Kini ia ikut duduk di sebelah Muhammad yang dengan tenang membaca buku, entah buku apa Syarifah juga tidak tahu. Piring bundar Syarifah letakkan di hadapan Muhammad, mie merah padam yang dibungkus dengan rice paper sangat menggugah selera.

"Lihat deh mas." pinta Syarifah tidak sabar melihat reaksi Muhamad.

Muhammad menurunkan buku lalu ia melihat apa yang ada di depannya. "Ini namanya apa? saya seperti tidak asing dengan makanan ini."

( Contoh makanannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

( Contoh makanannya. Nggak boleh ngiler, lagi puasa )

"Namanya samyang roll, ini enak tau. Aku sudah pernah membuatnya." jawab Syarifah sambil mengambilkan satu untuk Muhammad.

Muhammad mengunyah menikamati setiap rasa yang ada pada samyang roll. Matanya berbinar terang, kini ia ingat makanan ini.
Melihat suaminya makan dengan lahap, Syarifah tersenyum senang setidaknya Muhammad dapat menghargai masakannya.

"Enak mas?"

Muhammad mengangguk. "Enak banget, saya suka."

"Alhamdulillah kalau mas suka."

"Selain suka samyang roll, saya juga suka kamu."

"Jangan jadi buaya deh mas. Awas saja ya kalau mas berani menggoda perempuan lain, aku potong nanti." ancam Syarifah dengan menunjuk muka Muhammad.

Pria itu membeku ditempat, kenyataan bahwa ia tidak akan berani macam macam jika konsekuensi seperti ini.
Lagi pula, Muhammad juga tidak akan membiarkan gadis lain mengambil tempat Syarifah dihatinya.

"Mana berani saya menggoda perempuan lain jika yang di rumah lebih menggoda." godanya lagi.

Syarifah berdecak lalu menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Sudah ah, aku mau tidur."

Muhammad mengangguk, ia terdiam sejenak sebelum bangkit membuat Syarifah mendongak.

"Mau kemana?"

"Kamar." Muhammad melepas sorban yang mengitari lehernya ala Rasulullah dan meletakkan nya di atas meja dengan rapih.

"Tungguin dong mas, nanti kalau aku di culik gimana."

"Saya yang akan culik kamu."

Muhammad berbalik ke Syarifah dan langsung mengangkat tubuh mungil gadis itu layaknya seekor koala yang manis.
Muhammad masuk ke kamar, mematikan lampu lalu menutup jendela dengan Syarifah di gendongannya. Ia juga kerap mematikan lilin yang menyala di meja, hal ini membuat Syarifah tambah bingung.

"Kok di matikan semuanya?" tanya Syarifah sambil mengalungkan tangannya di leher Muhammad.

"Saya tidak ingin mereka melihat bayangan kamu, saya cemburu."

"Sudah seperti Ali dan Fatimah saja." imbuh Syarifah dengan menepuk kening.

"Jika seorang Ali bin Abi Thalib saja bisa cemburu, kenapa saya tidak bisa?" Muhammad tersenyum, ia membaringkan Syarifah di atas kasur dengan sangat lembut.

"Kita baca doa dulu ya." ucap Muhammad.

"Doa tidur kan mas?"

"Iya humaira."

•••

Syarifah sudah rapih dengan seragam batik miliknya. Ia menatap dirinya sendiri di kaca lalu menoleh ke Muhammad yang duduk di tepi kasur sembari mengeringkan rambut basahnya dengan handuk.
"Haidar dan yang lain nanti jadi ke rumah?" tanyanya.

"Jadi, memangnya kenapa?" jawab Muhammad.

"Tidak aku cuman bertanya, oh iya mas aku sudah menyediakan makanan di dapur. Nanti mas suruh mereka makan saja."

Muhammad mengangguk lalu menghampiri Syarifah. "Saya ke masjid."

"Iya mas." ucap Syarifah sambil mencium punggung tangan Muhammad, lalu pria itu keluar kamar.

•••

Setelah mengantarkan Syarifah ke sekolah, Muhammad kembali ke rumah. Ia duduk di kursi bambu panjang lalu memikirkan bagaimana caranya ia memberitahu siapa dirinya ke Syarifah. Di sisi lain Muhammad juga masih ingin hidup sederhana seperti ini, ia sudah muak dengan kekayaan. Tapi apa jadinya pondok pesantren Al Faqih tanpa Muhammad? lalu siapa yang akan mengurusi rumah sebesar istana di kota jakarta?

Lagi pula tidak ada yang peduli juga dengan keselamatan nya. Karena kejadian yang menimpa dirinya dua tahun lalu, Muhammad dan kedua orang tuanya diasingkan.

Tok

Tok

Lamunan Muhammad segera buyar, ia mendongak ke arah pintu lalu beranjak untuk membukanya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikummussalam, silakan masuk."

Kalian masih ingat dengan tiga pemuda remaja masjid?

Haidar, Irfan, dan Udin masuk setelah mendapat izin dari tuan rumah. Niat mereka ke sini untuk membantu Muhammad mencari keberadaan kapal yang telah menenggelamkan Muhammad dan kedua orang tuanya.

"Sudah punya rencana mas?" tanya Irfan.

"sudah dan saya ingin kalian mencari tahu di internet, apakah ada berita soal tenggelamnya kapal marine ocean Tz 0238."

"Baik mas."

Ketiga pemuda itu mengangguk cepat lalu dari masing masing mereka mulai mencari berita tersebut di internet.

Tidak sampai dua puluh menit, Haidar berhasil menemukannya ia lalu memberikan benda pipih tersebut kepada Muhammad, membiarkan Muhammad mencerna berita yang dituliskan.
"Bantu saya tutupi rahasia ini." tegas Muhammad dan mereka semua mengangguk.

"Apa perlu saya datangi tempatnya mas?" tanya Irfan.

"Tidak perlu, saya yang akan ke sana sendiri."


Gimana puasanya?
jangan lupa follow, ⭐ dan komen. Kalian itu semangat kuu

MUHAMMAD ALI FAQIHWhere stories live. Discover now