MAF 8

2.4K 186 9
                                    

SELAMAT MEMBACA


Syarifah pergi ke sekolah ia di antar oleh Muhammad sampai depan gerbang. Mereka tidak menggunakan motor atau alat transportasi lainnya, sekolah Syarifah tergolong cukup dekat jadi ia dan suaminya memilih untuk jalan.

Sampai di gerbang, Syarifah menyalami punggung tangan Muhammad.
"aku sekolah dulu ya." ucap Syarifah.

Muhammad mengangguk.
"belajar yang rajin." ia membelai puncak kepala Syarifah dengan lembut.

Satpam yang sedang berjaga di sisi lain gerbang memperhatikan interaksi kedua pasangan tersebut, ia tersenyum pasrah. Jujur saja, di usianya yang sudah genap empat puluh tahun ia sama sekali belum menikah apalagi menjalin kasih.
Mungkin karena sudah tua.

"nanti pulang sekolah, saya jemput." ucap Muhammad.

"iya, aku tunggu di depan gerbang ya mas."

Syarifah melambaikan tangannya sambil berjalan masuk ke dalam gedung sekolah. Muhammad menarik sudut bibirnya lalu kembali pulang untuk bekerja di perkebunan Aiman.

•••

Syarifah memasuki kelas yang tidak pernah adem anyem selalu saja ada keributan entah itu di pagi hari atau menjelang pulang. Begitu masuk, langkahnya langsung dihentikan oleh Zainab dan Nabila.
"Pagi pengantin baru." sapa Zainab dengan memberikan sebuah kotak yang cukup besar.

"ini dari kita berdua, jangan lupa di pakai nanti malam."

kening Syarifah berkerut melihat kotak ditangan Zainab, mau tidak mau ia merasa curiga dengan isi dalamnya. Takut takut keluar tikus saat dibuka.

"kalian lagi gak ngerjain aku kan? tanya Syarifah ragu.

Mendengar itu Zainab dan Nabila tertawa keras, mereka menggelengkan kepala lalu memberikan paksa kotak tersebut ke Syarifah. "Udah terima aja, kita gak bakal kasih yang macem macem buat kamu. Palingan cuman baju din-" ucapan Zainab terpotong saat Nabila dengan cepat membungkam mulutnya, hingga membuat kepala Zainab terhuyung kebelakang.

"Baju din?"

"Maksudnya Piyama dina store, aku sama Zainab kemarin beli di online." elak Nabila.

"Emang ada? coba aku mau lihat toko nya, siapa tau ada piyama lain yang lucu."

Mata Nabila membulat, ia lupa temannya sepolos itu.
"hahah aduh, kayaknya aku kebelet pipis deh. Aku duluan ya sama Zainab, kamu masuk aja dulu."

"mencurigakan ya kalian." gumam Syarifah sambil menggeleng lalu masuk ke dalam kelas.

Ibay melompat dari meja dan mendarat tepat di depan Syarifah, membuat gadis itu tergelojak kaget.
"Astagfirullah Ibay!"

"Sorry sorry, Fah. Tadi gue mau ngambil pulpen yang jatuh." Ibay menyengir, menggaruk rambut yang tak gatal.

"ada ada saja ih."

"by the way, Fah.. lo tadi dicari sama Rehan." ucap Ibay.

"Mau ngapain dia?"

"Gak tau, mungkin nanti dia kesini lagi."

Syarifah mengangguk lalu duduk di tempatnya.

•••

Di depan gerbang

Sudah setengah jam Syarifah menunggu namun belum kunjung terlihat batang hidung Muhammad. Ia melihat jam di pergelangan tangan kanannya lalu mendongak saat beberapa adek kelas menyapa.
_

"Jaga Syarifah le, jangan sesekali kamu menyakiti hatinya."
Ucapan Pak Surya masih terekam jelas di otaknya.

Sepanjang jalan pria itu terus melamun entah apa yang menjadi beban pikirannya. Muhammad sampai di sekolah Syarifah, gadis itu segers berlari kecil menghampirinya. Dengan senyum yang merekah Muhammad menarik Syarifah ke dekapannya, ia mengelus ngelus punggung sang istri.

"Maaf saya lama." ucap Muhammad.

Syarifah menggeleng. "gak papa mas, ayo pulang."

"yasudah."

"Mas, mas.. aku boleh mampir sebentar gak ke indomaret? aku mau beli mie yang lagi viral." beo Syarifah.

Muhammad mengangguk lalu ia menggenggam tangan Syarifah.
"Bagaimana bisa saya menolak jika yang meminta adalah bidadari secantik kamu?" pujinya sambil mencubit pangkal hidung gadis itu.

Kemudian kedua pasangan tersebut berjalan menyusuri jalan raya yang tidak terlalu ramai. Hingga di persimpangan jalan mereka berhenti saat Syarifah menunjuk ke penjual es krim yang sedang mangkal disana.
Terlihat banyak sekali anak kecil yang berebut untuk mendapatkan es krim itu.

Muhammad tersenyum sambil menghela nafas, benar benar menggemaskan melihat istrinya seperti ini.
"Kamu tunggu sini ya, biar saya yang beli."

"Ikut."

"Humaira."

"Iya mas."

Setelah mendapatkan es krim, Muhammad langsung memberikan nya kepada Syarifah. Gadis itu dengan sangat antusias langsung mencicipi es krim coklat yang di belikan Muhammad.

"Bismillah sayang." ucap Muhammad sambil menahan tangan Syarifah.

Syarifah mengangguk. "Bismillah."

"pinter." puji Muhammad mencubit pipi Syarifah yang terasa empuk.




hallo gimana puasanya?

MUHAMMAD ALI FAQIHWhere stories live. Discover now