MAF 11

2.1K 153 11
                                    

SELAMAT MEMBACA


Hujan turun dengan deras mengguyur kota, bau semerbak tanah basah mengingatkan masa kecil.

Di jauh sana, gerbang sekolah SMA aditama jaya sudah dibuka lebar oleh satpam. Beberapa murid mulai berlarian keluar menghidari suntikan tajam rintik rintik air yang membasi seragam mereka.

"Mau bareng nggak, Fah? rumah kita kan searah." Zainab bertanya, diangguki setuju Nabila, tidak ingin Syarifah kehujanan saat pulang.

Syarifah menggeleng. "Nggak Nab, mas Ali bilang dia mau menjemputku."

"Beneran nih?" Zainab bertanya lagi.

"Beneran, masa aku bohong." Syarifah menyahut.

Tangan Nabila terulur ke tas ransel, menggapai payung cadangan. Kemudian ia berikan pada Syarifah.
"Biar nggak kehujanan, aku biar barengan sama Zainab."

Ingin menolak tapi Syarifah juga butuh, ah dasar. Perlahan ia ambil payung bermotif bunga dari tangan Nabila, membuka nya hingga mengembang sempurna.

"Terima kasih ya, besok aku kembalikan." kata Syarifah, mengulum senyum.

"Sama sama Fah. Santai aja, tahun depan juga boleh kok." Nabila bergurau.

"Aku seriusin ya."

"Jangan dongg, nanti ibu ku marah."

Tiba-tiba Zainab mendekat dan menepuk pundak kanan Syarifah.
"Kalau gitu kita duluan ya Fah. Kalau ada apa apa telfon kita aja, kita siap bantu!"

"Iya siap." Syarifah mengacungkan dua jempol.

Lalu Zainab dan Nabila melambaikan tangan pada Syarifah, ketika mereka berdua tidak lagi terlihat.
Syarifah memfokuskan pandangan matanya pada jalanan yang dilewati kendaraan bermotor dua.

Ternyata benar, melihat rintikan air hujan yang jatuh ke tanah mengingatkan kita pada dasyatnya percikan api nereka kelak bagi mereka yang lalai dalam menjalankan perintah Allah.

Suara kerasnya motor berhasil membuyarkan lamunan Syarifah. Baru ingin membalik badan, dua motor yang dikendarai Rehan dan Gian melewati genangan air dengan kencang, hingga air menyembur ke rok Syarifah.

"Astagfirullah." gumam Syarifah sambil mengibas-ngibaskan roknya.

Dilihatnya kedua pria itu sudah melarikan diri, Syarifah tidak berpikir macam-macam. Mungkin Rehan dan Gian tidak sengaja atau tidak lihat jika ada genangan air di depan mereka.

Senyum cantik Syarifah merekah.
Ia lihat figur pria tinggi yang begitu dikenalnya. Muhammad datang, istri muda itu mendekat.
"Rok kamu basah." tunjuk Muhammad.

Syarifah menurunkan pandangannya, ia tahu. "Oh iya tadi kena cipratan genangan air, tapi gak papa kok. Nanti juga kering."

"Tapi itu basah sekali, lebih baik kita cepat pulang. Pegang tangan saya." Pinta Muhammad mengulurkan tangannya.

Mau kemana yak? terbanggg

Syarifah mengangguk, ia ambil tangan Muhammad dan mengeratkan genggamannya. Tangan Muhammad yang lain memegang payung, mereka berdua berjalan seperti dua pelindung saling melindungi dari badai kehidupan.

"Hujan nya deras banget mas, kita meneduh aja dulu ya." Syarifah memberi usul.

Muhammad menoleh. "Benar juga,  kita meneduh di warung sana saja ya. Sekalian menghangatkan tubuh."

MUHAMMAD ALI FAQIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang