MAF 7

2.6K 200 16
                                    

SELAMAT MEMBACA



Syarifah duduk di tepi ranjang setelah selesai mandi. Rasanya berbeda saat kaki menginjak kembali rumah kakek yang telah lama di tinggalkan semenjak kakek meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Ditatapnya lantai dengan perasaan campur aduk. Kini ia telah tinggal satu rumah, bukan lagi dengan Umi atau Abi melainkan pria yang kini berstatus sebagai suami.

Ia tolehkan kepalanya saat mendengar pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan sosok Muhammad. Pria itu menggunakan plain black t-shirt dan long pants sebagai balutan, ia mengeringkan rambutnya dengan handuk sembari berjalan ke ranjang.

Ketika mata mereka saling bertemu, spontan Syarifah membuang muka. Jantung nya benar-benar dibuat berdebar kencang oleh kehadiran Muhammad.

"Ayo kita shalat sunnah dua rakaat." ajak pria itu.

"Aku berwudhu dulu." ucap Syarifah lalu ngacir ke kamar mandi.

Muhammad tersenyum simpul lalu menggelengkan kepalanya. Begitu Syarifah keluar dari kamar mandi, pria itu kembali masuk untuk menaruh handuk ditempat yang seharusnya. Syarifah segera memakai mukena, ia membentangkan sajadah untuk dirinya dan Muhammad dengan telaten.
Kini Muhammad sudah mengenakan sarung, sekilas ia menatap Syarifah berdiri di belakang nya sebagai makmum.

"Sudah?" tanya Muhammad.

Syarifah mengangguk. "Sudah."

****

Selesai salam dan berdoa, Muhammad langsung berbalik menghadap ke Syarifah, dengan segera gadis itu menyambut baik tangan Muhammad walau masih sedikit kaku. Di saat yang sama Muhammad mencium puncak kepala istrinya dengan lembut, lalu menyunggingkan senyumnya.
Ketika mereka saling menarik diri, Muhammad langsung bangkit.
"Kita wudhu lagi." Syarifah mengangguk, mereka berdua berwudhu kembali setelah bersentuhan. Setelah duduk, Muhammad mengambil dua Alquran di dalam laci. Lalu memberikan yang satu kepada Syarifah.

"Kamu masih ingat mahar lain yang kamu inginkan?"

"Masih, membaca surat al-mulk di setiap malam bersama-sama."

Muhammad mengangguk, membenarkan ucapan istrinya. Ia lalu membuka kitab tersebut.
"Kalau begitu, buka surat al-mulk dan kita akan membaca nya bersama."

"I-iya." ucap Syarifah terbata-bata.

تَبَٰرَكَ ٱلَّذِى بِيَدِهِ ٱلْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

tabārakallażī biyadihil-mulku wa huwa 'alā kulli syai'ing qadīr

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

allażī khalaqal-mauta wal-ḥayāta liyabluwakum ayyukum aḥsanu 'amalā, wa huwal-'azīzul-gafụr

ٱلَّذِى خَلَقَ سَبْعَ سَمَٰوَٰتٍ طِبَاقًا ۖ مَّا تَرَىٰ فِى خَلْقِ ٱلرَّحْمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٍ ۖ فَٱرْجِعِ ٱلْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِن فُطُورٍ

MUHAMMAD ALI FAQIHWhere stories live. Discover now