Chapter 01. Wedding Dress

680 62 13
                                    


"Ya emang begitu lah manusia. Kerja terus nggak bisa leha-leha, nggak kerja nggak bisa hura-hura."

.

.

.


"Bina!"

"SEAAAAA!!!"

Tangan-tangan terulur, lalu kedua gadis itu berpelukan heboh di salah satu sore di kafe kawasan Kemang yang tentu saja, sedang ramai pengunjung, membuat beberapa kepala menoleh ke arah mereka.

"Ya ampun. Lo seriously menua nggak, sih, Bin? Kok makin cantik, aja?"

"Ih penglihatan lo bagus banget, emang!" Bina tertawa, alih-alih merendah, ia dengan sukarela menerima pujian. "Tapi heloooow! Yang selebgram dengan folowers 1,2 juta itu bukan gue, ya. Yang owner skincare yang lagi viral itu juga bukan gue. Selain mata lo yang kinclong, ini muka gue perhatiin juga makin kinclong aja!"

Sea tertawa atas pujian itu. Memang benar bisnis perawatan kulit yang ia mulai setahun belakangan terbilang sukses, namun semua tentu dengan jatuh bangun juga. Ia menggeleng-gelengkan kepala sementara mereka mengambil posisi duduk berhadapan, hanya dipisahkan oleh meja bulat kecil dari kayu bertekstur. Semilir angin yang menerpa menggoyangkan pajangan bunga kecil di atas meja, juga rumpun bunga yang bersusun di sepanjang pagar rooftop kafe tersebut. Pesanan mereka telah dipesan sebelum duduk, sekarang saatnya menunggu.

"Jadi, lo kerja di mana sekarang? Masih di penerbitan itu? Pyramedia?"

Wajah Bina yang semula tersenyum lebar, sekarang tertekuk. Hanya membayangkan bangunan dengan logo piramida berwarna oranye menyala itu dan mengingat dia berada dalam perbudakannya, membuat Bina mual. Tiap hari, rasanya dia ingin membeli sepuluh jerigen bensin dan membakar kantornya sendiri. "Gila, ya, gue? Tiap tahun ngeluh pengin resign, tapi nyatanya masih di situ-situ aja. Tiap awal bulan lupa rencana. Hah, pesona gaji bulanan emang luar biasa!"

Sea tertawa. "Ya emang begitu lah manusia. Kerja terus nggak bisa leha-leha, nggak kerja nggak bisa hura-hura. Gue kalo nggak nikah juga kayaknya masih jadi budak korporat juga."

"Plis, iya! Ini gue capek-capek berpusing ria ya demi bisa makan siang di Pagi Sore terus nongkrong di Sushi Tei tiap dua minggu sekali. Sama konseran deh, biar kek orang-orang. Omong-omong, mumpung lo lagi bahas nikah," Bina meraih tasnya, lantas mengeluarkan selembar kartu yang kemudian ia letakkan di atas meja.

Hanya melihatnya sekilas, membuat Sea seketika menjerit.

"YA AMPUN BINAAA!!! LO MAU NIKAH?!!!"

Bina tersenyum lebar, sudut matanya menangkap inisial nama yang ditulis dalam huruf ukir dan tinta emas. B & S. Binara Hima dan Satya Reinanda. Jemarinya secara tanpa sadar mengelus cincin yang disematkan pria itu di jari manisnya dua bulan lalu. Setelah empat tahun berpacaran, akhirnya kisah ini akan bertambat ke pelaminan.

"Akhirnya ya, Satya finally grow some balls and ask for your hands!"

"Hampir aja gue putusin sih, kalau masih pengecut juga," ia tertawa atas candaannya sendiri. Lalu, setelah satu tarikan napas yang membuat senyumnya melebar, Bina menambahkan. "Doain gue ya, Se. Moga acaranya lancar."

"Iya, pasti gue doain! Gue doain lo nikah sama pria terbaik di dunia yang bakal memperlakukan lo sebagai wanita paling berharga. Gue doain acara nikah lo nanti jadi momen terbaik yang pernah terjadi di hidup lo."

Emergency HubbyWhere stories live. Discover now