B A B 1: Kisah di balik hujan.

17 2 0
                                    

Jakarta, 2023.

Dia yang bersama ku di tahun ini.

••••

Izora menatap pesan yang ia kirimkan sejam yang lalu kepada kekasihnya itu. Tapi, sampai sekarang Kenza masih belum membalasnya. Lebih tepatnya centang satu.

Izora menghela nafas, hari sudah semakin gelap dan Izora hanya bisa diam sambil memohon agar hujan reda.

Izora menatap rintikan hujan, lalu tangannya menyentuh hujan. Izora menghela nafas, dia merupakan gadis pencinta hujan namun sialnya Izora tidak suka kehujanan. Aneh, kan?

Drett!!

Izora segera mengambil ponselnya dan melihat balasan dari Kenza.

Izora menghela nafas pasrah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Izora menghela nafas pasrah. Sang Papa masih di luar negeri sedangkan sang kakak masih ada mata kuliah yang harus di kejar hingga membuat Izora bingung mau menghubungi siapa.

Tiba-tiba suara kilatan mengagetkan Izora hingga membuat ponselnya jatuh dan pecah. Izora berdecak, menatap lirih ponselnya yang mati total.

"Sekarang gue gimana pulangnya?" dengan helaan nafas panjang Izora mendudukkan kasar tubuhnya di halte. Kuncinya hanya satu, menunggu taksi lewat. Tapi, memang ada taksi yang lewat di depan TPU?

Hari ini adalah hari peringatan keempat tahun Inara meninggal. Dan hari ini Izora memutuskan untuk ziarah ke makam sang mama sepulang sekolah. Namun siapa sangka, hujan akan turun saat Izora memutuskan untuk pulang, hingga jam tujuh malam Izora masih berdiri di depan halte menunggu hujan reda.

"Terobos aja gimana?" pikir Izora. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Izora berlari memecah hujan yang semakin lama semakin deras. Izora yakin, di depan sana dirinya akan mendapatkan taksi.

Bruk!!

Izora menabrak seorang pejalan kaki hingga membuat tubuh Izora tersungkur kebelakang. Izora memegang pantatnya yang sakit akibat kerasnya mendarat.

"Auwww.."

"Kamu gak papa?" tanya orang itu, laki-laki dengan sebuah payung hitam itu menyodorkan tangannya untuk membantu Izora.

Izora menatap tangan laki-laki itu, Izora lalu bangun dengan sendirinya.

"Kamu gak papa, kan? Ada yang sakit?"

"Maaf, Om. Saya gak lihat soalnya---"

"Om? Kamu panggil saya Om?"

Izora malah menyengit bingung dengan pertanyaan dari laki-laki itu. "Ouhh, saya harus panggil apa? Om, bapak, paman, atau suami?" Izora tertawa kecil. Tapi melihat wajah serius dari laki-laki itu menghentikan tawanya. "Maaf, kalau saya keterlaluan."

"Nih," laki-laki itu menyodorkan payung yang ia bawa. "buat kamu, nanti kamu sakit."

"Kenapa Om malah kasih saya payung?"

KAIZORAWhere stories live. Discover now