B A B 2 : Tentang sebuah perjuangan.

19 2 0
                                    

Andres tak bisa menghentikan tawanya saat mendengar cerita dari Kaivan. Bahkan sampai kantor pun Andres tidak menghentikan tawanya hingga membuat Kaivan kesal.

"Bisa-bisanya lo di sangka gay sama kepala sekolah," seru Andres. Bahkan, perutnya terasa sakit karena menertawakan Kaivan.

Kaivan kembali memasang wajah dingin. Inilah kehidupannya. Kaivan akan bersikap dingin di kantor, bahkan sangat jarang laki-laki itu menampilkan senyumannya.

Andres membanting pintu secara kasar hingga membuat beberapa pegawai terkejut. Kaivan melirik tajam ke arah Andres sambil duduk di kursinya.

"Kendalikan diri lo, bangsat!! Kita lagi di kantor."

Andres memutar malas bola matanya. Ia ingat, dirinya memiliki bos yang mempunyai dua kepribadian. Di kantor Kaivan ada bersikap galak dan dingin sedangkan kalau di rumah laki-laki itu tak ada bedanya dengan badut jalanan.

Andres menyandarkan kepalanya, berusaha menghilangkan rasa lelah akibat mengikuti Kaivan yang memiliki banyak agenda hari ini.

"Andres, hari ini schedule gue apa aja?" tanya Kaivan sambil fokus membaca laporan yang ada di laptopnya.

Andres menghela nafas, lalu dengan gerakan malas ia mengambil iPad dari dalam tasnya. "Tiga jam kedepan lo gak ada schedule apapun, tapi jam enam sore lo ada janji makan dengan Pak Erlangga."

Kaivan menatap Andres di depannya. "Pak Erlangga?" tanya Kaivan yang di balas anggukan kepala oleh Andres.

"Iya, Pak Erlangga, kenapa?" tanya Andres ketika melihat wajah serius dari Kaivan.

Kaivan menggeleng, ia lalu mematikan laptopnya dan berjalan mendekati Andres. "Andres, booking satu restauran untuk makan malam gue sama Pak Erlangga," setelah mengatakan itu Kaivan pergi begitu saja.

Dahi Andres menyengit. "Ngapain sampai booking satu restauran? Padahal hanya makan malam biasa," ujarnya. Andres dengan malasnya bangun dari duduknya dan merenggangkan ototnya.

••••

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamar Izora di ketuk berulang kali oleh Nakala. Pintu terbuka, Nakala sudah di sambut dengan tatapan kesal oleh Izora.

Nakala yang di tatap demikian oleh Izora hanya bisa menyengir. Ia lalu masuk ke dalam kamar sang adik dan langsung duduk di kasur Izora.

"Zora?" panggil Nakala sambil meraih cup cake yang ada di atas meja Izora. Nakala hanya melihat punggung adiknya.

Izora yang tengah maskeran menatap Nakala yang rebahan di kasur. "Apa?"

"Anjing setan!! Zora!!" Nakala terkejut setengah mati saat melihat wajah Izora yang putih semua. Rupanya sedari tadi Nakala tidak mengetahui kalau Izora tengah memakai masker.

"Lebay banget lo, Kak."

Nakala mengusap dadanya lalu beranjak dari kasur. Berjalan mendekati Izora yang duduk di depan meja rias.

"Sumpah gue kira lo setan, anjir," Nakala mengusap wajah adiknya yang terdapat masker.

"Apa sih lo, kak? Minggir sana jangan ganggu."

"Ra, gue boleh nanya sesuatu gak?"

"Apa?"

"Gimana hubungan lo sama Kenza?" tanya Nakala.

Izora memutar kursi dan menatap wajah sang kakak. "Tumben lo tanyain tentang hubungan gue. Biasanya lo cuek."

"Gak papa aja, gue cuma mau denger aja. Kenza bisa bahagiain lo apa enggak."

KAIZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang