B A B 3 : Arti dari sebuah nama.

22 2 1
                                    

Izora berjalan pelan menuju kelasnya, hari ini koridor masih sepi mengingat jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh. Biasanya sekolah akan rame bila memasuki jam setengah delapan.

Saat memasuki kelas, Izora di kejutkan dengan kehadiran Trisakti yang tengah duduk di meja guru sambil menenggelamkan wajahnya.

"Trisaka itu lo?"

Trisaka mengakat wajahnya. Izora begitu kaget saat melihat wajah Trisaka yang merah dengan mata sembab.

"Lo kenapa, Tri?" tanya Izora.

Bukannya menjawab, Trisaka kembali menenggelamkan wajahnya.

Izora menyengit, ia lalu berjalan ke arah kursinya. Mengabaikan Trisaka yang tertidur pulas.

Izora mengeluarkan bukunya, memeriksa apakah tugasnya sudah di bawa atau tidak. Izora kembali menatap Trisaka, gadis itu masih menenggelamkan wajahnya. Mulai merasa khawatir, Izora berjalan mendekati Trisaka.

"Tri, bangun, lo kenapa?" Izora menggoyangkan tubuh Trisaka tapi tidak ada respon dari gadis itu. "Tri bangun, jangan buat gue takut."

Tiba-tiba tubuh Trisaka jatuh ke lantai. Izora reflek berteriak, ia menepuk-nepuk pipi Trisaka berulangkali kali. Sekarang Izora sadar kalau suhu tubuh Trisaka sangatlah panas.

"Trisaka bangun, Trisaka!!" Izora berusaha menyandarkan tubuh Trisaka ke tembok. Matanya juga tak sengaja melihat lengan Trisaka yang terdapat luka goresan. Izora meraih tangan Trisaka dan melihat luka goresan di tangan Trisaka yang membentuk inisial S.

S berati Satya.

"Lo bodoh, Tri. Benar-benar bodoh."

"Izora, bekal lo ketinggalan-- Loh dia kenapa, Ra?" tiba-tiba Nakala datang sambil membawa bekal Izora yang tadi ketinggalan di mobil.

"Kak Kala, tolong bantu Zora, Kak."

Nakala mengakat tubuh lemas Trisaka. "Kita bawa ke rumah sakit."

Izora mengangguk. Dalam kepanikan, Izora tak sengaja melihat Satya bersama dengan Salika yang baru sampai di sekolah. Melihat itu emosi Izora naik, ia berjalan menghampiri keduanya.

"Zora, lo mau kemana?" teriak Nakala.

"Kak, bawa Trisaka ke rumah sakit, gue akan nyusul lo nanti."

Meskipun tidak tau mau kemana perginya Izora, Nakala tetap membawa Trisaka ke dalam mobilnya. Dengan perlahan Nakala membaringkan tubuh lemah Trisaka di samping kemudi.

Tak lupa juga, Nakala memakaikan sabuk pengaman. Tiba-tiba pandangan Nakala tertuju pada mata Trisaka yang nampak sembab. Bahkan dalam pingsannya mata Trisaka masih mengeluarkan air mata.

"Gue penasaran sebesar apa luka yang lo rasakan sampai dalam tidurpun lo masih merasakan sedih," ujarnya. Tangan Nakala menyibak rambut Trisaka yang menutupi setengah wajahnya. Kini Nakala bisa melihat jelas wajah cantik Trisaka.

••••

"Woi..!!" Izora berjalan mendekati Satya dan langsung memberikan tamparan keras kepada laki-laki brengsek itu.

"Bangsat!" Cowok itu mengumpat keras sambil memegangi pipinya yang terdapat bekas tamparan dari Izora. Satya menatap tajam Izora. "Maksud lo apa, hah?!"

"Lo yang bangsat!!" kata Izora sengit. Matanya melotot tajam menatap Satya. Pandangannya lalu menatap Salika yang berdiri di belakang Satya.

"Lo harus tanggung jawab!"

Satya tertawa kecil sambil menatap Izora. "Emang gue berbuat apa?"

"Teman gue menderita gara-gara lo, bangsat!!" Izora kembali naik pitam. Bukannya merasa bersalah Satya malah cengar-cengir tak jelas hingga membuat Izora ingin menendang wajahnya.

KAIZORAOnde histórias criam vida. Descubra agora