14. Serba-serbi (2)📖

478 81 43
                                    

Tandai Kekeliruan  

Tandai Kekeliruan  

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah kaki Jakah berpijak di depan pintu utama kerajaan Avalon, para pengawal dengan segera berlarian mendekati pangeran bersurai platina tersebut dengan tergesa-gesa.

"Pangeran apa anda baik-baik saja?-"

"Menyingkir sialan" 

Mengerti dengan keadaan yang mencekam para prajurit mulai melerai diri mereka dan menjauhkan posisinya dari Jakah yang berpenampilan lumayan berantakan. Pakaian yang agak kotor, rambut platina gondrong yang semula terikat rapih kini tergerai bebas. Benar-benar jauh dari sosok Jakah yang biasanya sangat rapih dalam segala hal. 

Di dalam dekapannya terdapat Alana yang masih senantiasa menutup matanya rapat, Jakah sangat murka saat ini, dan itu terbukti dari energi pria tersebut yang berderak liar di sekitar para prajurit, para pelayan kerajaan sampai harus menahan nafasnya saat Jakah sudah berada di dalam aula utama kerajaan, seakan-akan jika nafas mereka terdengar, maka di situlah akhir mereka bisa melihat dunia. 

Ketukan sepatu yang terdengar santai itu mendekat ke arah Jakah, dan pria itu tahu siapa yang mendekat ke arahnya, dan saat membalikan tubuhnya ke arah pintu istana, di situlah ia bertemu tatap dengan pria berwajah tegas dengan jubah beludru berwarna putih gading dengan beberapa permata berwarna merah dan hitam yang menghiasi beberapa bagian di jubah tersebut menambah kesan tegas dan kepemimpinan sebagai sosok Raja Avalon. 

"Ayah-"

"Tenanglah Jakah, kau selalu panik pada hal yang tidak di perlukan" 

Sebenarnya Jakah ingin menentang ucapan Ayahnya, namun keadaan Alana lebih penting di bandingkan egonya. 

"Taruh gadis itu di ruangan aula pribadiku" 

Mendengar hal tersebut Jakah mengangguk, ia berjalan dengan cepat menuju aula pribadi milik Ayahnya. Sial! aulanya sangat jauh!! andai peraturan konyol leluhur nya ini sudah hilang, ia sudah melakukan teleportasi ke aula ayahnya. 

Jakah melirik wajah Alana yang senantiasa tenang. Ia benci ini, Jakah lebih menyukai ketika wajah manis Alana memandangnya tajam atau penuh ketakutan dari pada saat ini, gadis itu hanya menutup matanya dan berdiam diri seperti mayat. 


BRAK!!


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TVC: Turning Back TimeWhere stories live. Discover now