10. Kabur

315 64 3
                                    

"Ketemu!"

Zhan berseru setelah ponsel di genggamannya berhasil melacak keberadaan Jiyang. Zhoucheng yang duduk di sebelahnya langsung saja menoleh menatapnya.

"Apa yang ketemu?" tanyanya.

Zhan langsung menunjukkan ponselnya pada tetangga kamarnya itu. Ia menunjukkan satu lokasi yang ditunjukkan ponselnya.

"Tadi saat masih di kafe, Jiyang menghubungiku. Entah sengaja atau enggak. Saat itu aku masih sibuk membantu A-Guo, jadi aku tak mengangkat panggilannya. Lalu saat sampai sini, aku mencoba menghubunginya lagi, tapi tak ada balasan sebelum ponsel Jiyang tak bisa dihubungi lagi.

Jadi aku mencoba melacak posisinya saat panggilan terakhir. Kalo aku tak salah, posisi yang ditunjukkan itu dekat perbatasan desa kan?"

Zhoucheng menatap lagi ponsel milik tetangganya itu. Diingat lagi, yang diucapkan Zhan memang benar. Posisi itu ada di dekat perbatasan desa.

Zhoucheng mengambil ponselnya sendiri sebelum menatap pemuda cantik itu.

"Aku akan menghubungi Kuan. Kita harus memberitahu mereka tentang ini. Setelah itu baru kita pikirkan rencana selanjutnya."

Zhan mengangguk saja. Ia kembali fokus ke ponsel pemberian Yibo. Ia menerka apa yang terjadi pada janda desa itu.

Tadi ia melihat Jiyang membawa tas kecil seperti biasanya. Jika panggilan yang dilakukan pertama adalah sebuah kesengajaan, apa mungkin karena nomor lama Yibo yang sekarang dipakai Zhan ada di panggilan darurat ponselnya?

Panggilan darurat? Apa itu berarti keadaan Jiyang tak baik-baik saja? Apa yang terjadi padanya?

Berbagai pertanyaan muncul di pikiran pemuda Yiling itu.

Jika terjadi sesuatu pada janda itu, kenapa ponselnya masih aktif? Lalu kenapa pemuda itu sampai di perbatasan desa?

"Astaga, ini penculikan," gumam Zhan yang tak sengaja didengar Zhoucheng.

"Kenapa kau berpikir ini penculikan?" tanya Zhoucheng.

Zhan menatapnya. "Aku hanya menerka. Coba pikirkan ulang semua kejadian hari ini dan bagaimana sifat Jiyang sendiri."

Zhoucheng mendengarkan dengan serius tetangga kamarnya ini. Tanpa mereka sadari, empat pemuda lain yang tadi berkeliling desa sudah kembali. Guocheng dan Fanxing masih menemani orang tua Song di dalam.

"Tadi saat buru-buru pulang, itu karena Jiyang punya janji dengan Xuan kan? Lalu pikirkan jarak batas desa dengan jalan arah pulang, jelas itu lawan arah.

Jika hanya ponselnya yang dicuri, kenapa Jiyang masih bisa menghubungi ponselku? Dan logika nih, tak mungkin Jiyang di waktu yang hampir petang jalan sendiri ke perbatasan kan? Kita kesana harus dengan mobil."

Zhoucheng maupun yang lainnya menangkap maksud pemuda Yiling itu. Apa yang dijelaskan Zhan memang cukup masuk akal. Yibo berjalan mendekat dan langsung duduk di dekat Zhan.

"Jiyang menghubungimu?"

Zhan mengangguk dan menyerahkan ponselnya pada pemuda tampan itu. Yibo melihat riwayat panggilan dan waktunya. Jika diingat lagi, waktu itu memang saat dirinya di kafe dan tak lama setelah Jiyang meninggalkan kafe.

"Kau melacak posisi terakhir?" Yibo kini sepenuhnya menatap pemuda cantik di sebelahnya.

"Perbatasan desa, dekat hutan gunung Yan."

Zhan melihat tangan Yibo yang mengepal kuat. Ia yakin pemuda tampan yang selalu menemaninya itu kini tengah emosi.

"Jangan gunakan emosimu! Kau harus tetap tenang agar masalah ini tak semakin buruk. Tindakan dengan emosi bisa membawa penyesalan nanti."

Yi 2 Zhan (Yizhan)Where stories live. Discover now