Tiga Puluh Tujuh

2.3K 391 49
                                    


Laras baru saja menyusui Aryan, ketika tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Suara Nuning kemudian menyusul. "Bu, ada Pak Dokter Fardhan. Nungguin Ibu di teras depan. " Lapor Nuning lagi.

Laras meletakkan Aryan yang sudah dimandikan dan dipakaikan pakaian pelaut warna biru putih. Bayi itu sekarang adalah sumber kebahagiaan Laras. Begitu montok, begitu lucu.

Belakangan, Aryan sudah bisa diajak bercanda. Sudah bisa merespon muka- muka lucu yang dibuat Laras dan yang lainnya.

Semua asisten Laras berebut untuk menggendong. Hanya saja, belakangan ini bayi itu agak sulit ditinggal.

Mungkin benar kata ibunya, hal itu terjadi lantaran hati Laras sedang dipenuhi kegelisahan. Hati Laras memang sedang dirusuh dengan kegigihan dokter Fardhan mendekatinya belakangan ini.

"Ibu sih terserah kamu saja, Ras. Yang penting itu kamu bahagia. Ibuk dan Bapak nggak akan menghalang- halamgi." Ujar Bu Wiyono kalem. "Tapi Ibuk minta untuk kali ini kamu jalani prosesnya dengan benar ya. Jangan kayak yang dulu."

Laras mengangguk paham. Tidak ada yang mau menjalani saat- saat buruk itu dua kali. Bagi Laras, cukuplah baginya sekali saja merasakan penderitaan karena dirinya menempuh jalan yang tidak benar di masa lalu.

****

"Pak...."

"Saya sudah pernah bilang sama kamu kan, Laras? Kalo saya nggak mau dipanggil Pak, Pak lagi sama kamu." Belum- belum si Pak Dokter sudah menyahut.

Laras tersenyum menanggapi. "Maaf, Mas. Silakan duduk. Saya barusan kasih minum Aryan. Eh, belum dibikinin minum, ya, Mas?"

"Eh, nggak perlu, nggak perlu, Ras." Cegah Pak Dokter. "Saya ke sini mau ajak kamu ke luar. Makan es krim mau?"

Laras bengong. "Di Es krim Toko Oen sana. Kalo mau, kamu ajak si dedek nggak apa- apa. Ajak sekalian si Nuning."

"Apa nggak ngerepotin entar, Mas?"

"Nggak dong, Ras. Kalo mereka enggak ikut, kamu malah jadi kepikiran kan nanti. Malah jadi nggak tenang kita ngobrolnya."

Laras berpikir sejenak. Kemudian ia mengangguk. "Saya ganti baju dulu Mas."

"Oke. Saya tungguin ya.... "

Laras pun kembali ke dalam untuk berganti pakaian. Sambil dalam hati, ia berpikir, ke manakah semuanya ini akan bermuara? Dan buat apa dokter Fardhan mengajaknya pergi ke luar makan es krim?

****

"Bang Suta kenapa kayak kereta anjlok gitu mukanya? Lagi sedih ya?"

Alisha yang baru pulang dari Brisbane bertanya dengan mimik khawatir. "Katanya udah nikah kok mukanya gitu sih? Makin kurus lagi!"

"Kamu kok cerewet banget sih, Beb..." Suami Alisha menegur. Acara kumpul- kumpul sore itu diadakan di  Paul Grand Indonesia. Alisha mengumumkan kehamilannya yang baru berjalan dua bulan. Enam bulan ini suami Alisha mendapatkan pekerjaan untuk mendesain rumah tinggal di Aussie, jadi Alisha yang teknisnya tak punya pekerjaan selain bikin video tutorial make up--- yang mana video itu bisa dibikin di mana saja pun memutuskan untuk mengikuti suaminya.

Randi, Kennan, Alfian, dan Arkadia diam saja. Mereka tahu, apa yang terjadi sama Suta. Tapi memilih untuk tetap bungkam, karena kalau memang mau, biar Suta sendiri yang menjelaskan kondisinya.

"Ini nunggu siapa lagi?"

"Shakuntala katanya mau gabung," ujar Arkadia cuek. Dia adiknya Alfian dan kakaknya Alisha. "Whoooo! Calon bini elo tuh?" ledek Kennan.

Miss Dandelion Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon