Epilog

4K 409 58
                                    

"Nemu kowe pas ati lagi ambyar- ambyare/ pacar sing tak tresnani ninggal aku golek liyane/"

"You look so yummy anyway ...." Suta tiba- tiba bergumam. Di tengah- tengah biduan yang melantunkan lagu berjudul "Nemu" yang dipopulerkan oleh Gilga Sahid. Tapi kali ini dinyanyikan oleh biduanita organ tunggal yang satu paket dengan tenda dan sound system yang menggelegar.

Laras gemetar dan memerah di sampingnya. Dia belum pernah dirayu seperti ini. "Mas .... kok ngomongnya gitu sih. Ini resepsinya aja baru dimulai."

Suta menyeringai. Tampak gagah dalam balutan pakaian adat tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta, berupa dodot hitam yang menampilkan tubuh bagian atasnya alias shirtless. Lelaki itu tampak seperti  pangeran Jawa yang luar biasa tampan.

Pun dengan Laras yang mengenakan kebaya hitam, membungkus tubuhnya dengan pas. Membuatnya kelihatan padat berisi, sintal menggoda. Dan selama sepanjang acara resepsi itu, Suta tak berhenti melihat ke arah istrinya.

Sementara Aryan yang sejak tadi anteng dalam gendongan tantenya alias Ratih yang dikelilingi beberapa teman Suta dan  Laras. Ia dipakaikan beskap ukuran mini plus blangkon yang membuatnya semakin lucu dan menggemaskan.

Setelah berusia lima bulan, wajah anak bayi itu berubah mirip kakek buyut Laras yang mantan prajurit zaman Jepang. Ganteng dan gagah. Juga berkulit bersih.

Ijab kabul sudah dilangsungkan dua minggu yang lalu di kediaman Laras yang di Gayamsari. Suta memutuskan untuk membeli rumah itu sebagai hadiah pernikahan untuk Laras, karena istrinya meributkan nasib usaha barunya kalau ia jadi ikut Suta ke Jakarta. Karena lelaki itu jelas- jelas menolak untuk LDR.

"Kan kasihan sama pegawaiku, Mas. Mau kerja di mana kalo ini ditutup?"

"Bawa ke Jakarta! "

" Kalo Nuning mungkin mau dan bisa. Nah, si Nur, Wila, sama Mamik itu nggak bisa ke luar dari Semarang. Mamik cuma tinggal sama ibunya. Si Wila itu adiknya banyak. Si Nur juga mau kawin sama pacarnya!"

"Ya udah, Ratih aja suruh gantiin!"

Ratih memang mendapatkan pekerjaan di perusahaan farmasi di Semarang. Tepatnya Bongsari kecamatan Semarang Barat.

Laras tampak masih ragu dengan usulan yang diajukan suaminya. "Kita beli aja rumah ini. Biar kamu kalo sewaktu- waktu pengin liat- liat jadinya gampang kan? Ato kalo lagi sumpek sama Jakarta!"

"Tekamu dadi tombo ngobati ati sing loro/  Mugo ikhlas nompo tekan mbesok nganti tuwo/ kowe sing paling ngerti marang kahanane ati/ aku mok semangati ngusap iluhku sing mbrebes mili/ "

"Pepujaning ati kinaryo kembange wengi/ Sabar- sabarno momong aku/ mugo selawase dadi siji/"

"Ini harus banget kita nungguin sampe kelar?" Suara serak Suta kembali menyeret Laras dari peristiwa sebulan sebelum pernikahannya ke masa kini.

"Yang nikah kita kan?" Ujarnya sewot. Laras belum pernah melihat sisi Suta yang ini. Kayak anak kecil yang nggak sabar buka kado.

"Itu si Ratih sama Randi aja suruh gantiin." Ujarnya asal ngejeplak, membuat Laras mengerucutkan bibir sebal.

Mendadak, rombongan kantor yang berisi Dhea, Davinsha, Linda, Yunita, Fitri, Chandra, Sivan, dll naik ke pelaminan yang dipasang di pelataran rumah Laras yang luas.

Miss Dandelion Where stories live. Discover now