Bab 5 - Berkunjung

293 48 0
                                    


"Akhir dari cinta bukanlah akhir dari kehidupan, itu akan menjadi awal dari pemahaman bahwa cinta bukan hanya pergi karena suatu alasan, tetapi juga pergi dengan pelajaran."

~Happy Reading~


Pagi ini setelah sarapan, Gretha langsung bersiap-siap untuk pergi ke rumah Veno.

Dia hari ini memakai manset berwarna hitam yang dipadukan dengan blazer hitam dan bawahan celana kulot, sehingga membuat bentuk tubuhnya terlihat lebih kurus.

Gretha berdiri di depan cermin besar, sambil melihat tampilannya hari ini. Dia cukup puas dengan tampilannya kali ini.

"Oke, perfect. Gak pa pa deh, kalau saat ini masih terlihat gendut. Aku akan diet perlahan aja, mulai sekarang. Lagipula walau aku terlihat gendut, tetapi masih tetap cantik kok.

Gretha kemudian melihat jam yang hampir menunjukkan pukul 9 pagi. Dia buru-buru mengambil tasnya, lalu melenggang pergi keluar rumah untuk menunggu mobil jemputan yang sudah dia pesan.

Tak lama menunggu, mobil yang sudah dia pesan pun tiba di halaman rumah. Dia pun beranjak masuk ke dalam mobil.

Dua puluh menit menempuh perjalanan, mobil yang mengantarkan Gretha pun akhirnya tiba di depan rumah Veno.

Gretha mengambil selembar uang berwarna merah dan memberikannya kepada sang supir. Namun, ketika supir itu memberikan kembaliannya, ia tidak menerimanya.

"Kembaliannya untuk Bapak saja, terima kasih ya Pak." Sambil tersenyum, Gretha mengucapkannya.

"Tapi ini terlalu banyak Nak," tolak supir itu.

"Udah Pak ambil aja, itu rezeki untuk keluarga Bapak." Dia pun membuka pintu mobil itu dan keluar.

"Terima kasih banyak, Nak."

Baik sekali gadis itu.

Setelah berdiri di depan pintu rumah Veno. Ia memencet bel yang berada di samping pintu.
Tak lama, Mika datang dan membuka pintu itu. Ia tersenyum kepada Gretha dan mempersilahkannya masuk ke dalam.

"Tunggu ya Kak Gretha, aku panggil Kak Veno sama Mama Papa dulu."

Mika Lania Aldebaran adalah adik Veno yang masih berusia 20 tahun. Risa dan Hendra hanya memiliki dua anak saja.

"Oh, iya mik," sahutnya sambil tersenyum.

Mika pun berlalu dari sana dan memanggil kedua orang tua serta kakaknya untuk turun ke bawah.

Veno pun turun dan melihat Gretha yang saat ini sedang duduk di atas sofa sambil melihat ke arah luar rumah.

"Ekhem," dehemnya, mengalihkan tatapan Gretha.

Gretha yang mendengar Veno berdehem pun sontak melihatnya.

"Oh Kak Veno," sapanya dengan senyum di bibir tipis tersebut.

Namun, sang empunya nama hanya mengangguk saja, sebagai balasan dari sapaan tersebut.

Huftt, sabar ... sabar ... orang sabar pantatnya lebar. Eh, kagak lah. Pantat gue sekarang aja dah lebar banget. Nanti kalau tambah lebar, mau selebar apa lagi pantat gue? Gak. Gak mau, batinnya sambil menggelengkan kepala ke kanan dan kiri.

Veno yang melihat Gretha menggelengkan kepalanya pun hanya diam. Ia pikir Gretha hanya sedikit pusing saja, apalagi mengingat cuaca yang belakangan ini sangat panas.

Orang tua dan adiknya Veno pun ikut turun menyusul mereka ke ruang tamu.

"Eh Nak Gretha, apa kabar Nak?" Tanya Risa dengan lembut.

 Widower's Fat Wife Where stories live. Discover now