Bab 45 - Siasat

176 17 0
                                    

"Bijak dan licik adalah dua hal yang berbeda."
-smileegirlss

~Happy Reading~


Felix saat ini merasa sangat kesal. Ia sudah menyuruh Nana berulang kali untuk menghentikan acara pernikahan Veno dengan Gretha. Namun, tidak terjadi apa-apa. Pernikahan itu tetap berlangsung dengan lancar.

"Halo!" sapa Felix pada Nana melalui panggilan.

"Iya. lo pengen apa lagi dari gue, gue gak mau lagi berurusan sama lo!" Bentak Nana padanya.

Felix menggeram keras. Tangannya memegang ponsel dengan sangat kuat. Rahang pria itu sudah mengetat.

"Gue pengen lo jauhi mereka, kalau bisa habisin dia."

"Gu-gue nggak mau. Kan gue udah ngelaporin semua tentang Veno." Suara Nana bergetar dari sebrang panggilan

"Kalau lo nggak juga misahkan mereka berdua. Siap-siap semua foto bugil lo tersebar di medsos, dan juga gue sendiri yang bakal ngambil nyawa lo."

"Iya-iya. Gue akan berusaha buat mereka pisah."

Felix memutuskan panggilan secara sepihak. Ia membanting kasar handphonenya ke dinding.

"Dasar jalang! Berani-beraninya dia nolak permintaan gue. Arghh!" Felix meraung dengan tangan yang membanting semua benda di atas meja.

> . <

Sejak kejadian Nana dipecat oleh Veno, Felix sendiri yang selalu mengawasi aktivitas Veno dari jarak jauh.

Sampailah dimana hari, Veno keluar dari perusahaannya dengan seorang wanita yang asing baginya.

"Itu siapanya dia?" herannya bertanya-tanya.

Felix mengikuti mobil Veno dari jarak yang lumayan jauh. Mobil Veno berhenti di sebuah restoran steik yang cukup terkenal.

Felix mengikuti keduanya, masuk ke dalam. Ia melihat Veno dan gadis itu masuk ke dalam sebuah ruangan pribadi yang pintunya tidak ditutup.

Setelah mengamati keduanya, ia beranjak untuk duduk di salah satu kursi yang berada cukup jauh, namun masih dapat melihat keduanya dengan jelas.

Felix yang melihat keduanya sedang berbicara, mengeluarkan ponselnya untuk jaga-jaga.

Tak berapa lama, Felix melihat gadis itu menyentuh pipi dan tangan veno, kemudian ia memotret mereka dengan kamera ponselnya.

Felix tersenyum smirk melihat hasil jepretannya. "Bagus," gumamnya dengan menyeringai.

Setelah memotret, ia menyimpan kembali ponselnya di saku celana, kemudian dirinya memesan makanan dengan mata yang masih terus mengawasi kedua orang di dalam ruangan itu.

Ia terus memperhatikan keduanya yang sedang berdebat. Sampailah dimana pesanannya tadi telah diantar, membuat fokusnya hanya kepada makanan.

"Arghh!" teriak gadis itu menggelegar di seisi restoran.

Felix yang melihatnya hanya memutar bola matanya jengah.

"Apa sih bagusnya si Veno? Gantengan juga gue," monolognya heran.

Tiga orang satpam, menghampiri gadis itu. Dua diantaranya memegang kedua tangan, dan yang satunya melepaskan pisau yang dipegang.

Felix mendengus jengah. "Cewek gila!"

Kemudian, ia melanjutkan makannya yang terhenti.

> . <

Felix sudah lama tahu tempat tinggal Veno, bahkan sebelum Fany meninggal. Kebetulan rumah kerabatnya ada disana, jadilah ia memiliki akses untuk masuk ke perumahan sana.

 Widower's Fat Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang