Bab 36 - Canggung

292 27 2
                                    

"Momen tercanggung ialah, ketika kamu ketahuan oleh orang yang kamu sukai, melakukan sesuatu yang diluar nalar."

~Happy Reading~


Tepat pukul lima pagi, Gretha terbangun terlebih dahulu sebelum Veno. Ketika membuka mata, dirinya dibuat kaget melihat pemandangan pertama yang ia lihat ketika bangun.

Bagaimana tidak terkejut? Ketika bangun dirinya sudah disajikan pemandangan dada kekar seorang pria, ya walaupun tertutup kaos.

Veno saat ini masih memeluk pinggangnya. Ia mendongak melihat wajah tampan suaminya.

Pipinya merona malu melihat jarak di antara mereka yang sangat dekat. Namun pemikiran seorang pecinta otot kekar pria, tiba-tiba melintas begitu saja di otaknya.

Ia mengangkat tangannya perlahan, kemudian menjatuhkan tangannya itu, di dada bidang suaminya. Ia meraba-raba dada itu dengan perlahan.

Setelah puas merabanya, ia mengalihkan pandangannya ke bagian perut Veno. Ia jadi semakin penasaran, sekeras apa roti sobek milik Veno.

Gretha menyingkap kaos hitam Veno sedikit ke atas. Ia terpukau melihat eightpack yang berada di perut Veno. Kulit Veno yang putih membuat eightpack itu semakin menggoda.

Ia memegang roti sobek milik suaminya. Kemudian membelainya dengan hati-hati, takut membangunkan Veno.

Veno yang merasakan sentuhan kecil di perutnya, merasa terganggu. Dia membuka matanya perlahan. Kernyitan tipis tercetak di dahi pria itu. Ia bingung melihat Gretha yang terus menunduk. Dirinya ikut melihat ke arah tatapan Gretha.

Seketika matanya melebar, melihat perutnya yang sedang dielus pelan oleh istrinya. Usapan lembut itu membangkitkan gairah kelelakiannya. Ia langsung melepaskan pelukannya di pinggang Gretha, kemudian mendorong gadis itu untuk sedikit menjauh.

Gretha yang tidak bisa memegang perut kotak itu lagi, mendesah kecewa. Ia mendongak melihat tatapan Veno yang menghunus tajam ke arahnya. Kemudian Gretha menyengir dengan watadosnya.

"Kamu ngapain?" Sentaknya spontan.

"I--itu Mas. A--aku cuma mau pegang sebentar aja kok, nggak lama . Beneran!" Jelasnya dengan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.

Veno mengusap wajahnya gusar. "Yaudah, aku mandi dulu."

Veno ngacir ke dalam kamar mandi, setelah mengambil handuknya yang berada di walk in closet.

Gretha menatap pintu yang sudah tertutup itu. Ia melihat kedua tangannya. Sepintas ingatan dirinya memegang perut suaminya terlintas.

Gretha menutup pipinya yang terasa panas dengan kedua tangan. Ia menggelengkan kepala untuk mengenyahkan pikiran yang terus berkecamuk di otaknya.

Kemudian dirinya beranjak masuk ke dalam walk in closet. Ia memilih beberapa set pakaian lengkap dengan dasi dan jas untuk dipakai Veno ketika bekerja nanti.

Gretha memanfaatkan kesempatan langka ini untuk menjalankan tugas sebagai seorang istri.

Setelah pakaian untuk Veno selesai dipilih. Ia berjalan ke arah ranjang, dan mendudukkan dirinya di sana dengan punggung yang bersandar di headboard.

Gretha melirik sekilas ke arah pintu kamar mandi yang masih belum terbuka. Perasaan, Mas Veno sudah lama di dalam kamar mandi, tapi kenapa belum keluar juga ya?

Tak berselang lama, pintu kamar mandi itu terbuka dan menampakkan Veno yang hanya berbalut handuk sebatas pinggang saja. Hal itu membuat Gretha harus menelan ludahnya dengan kasar.

 Widower's Fat Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang