END PART

34.4K 2K 128
                                    

"Suster, kau tau tidak, selama ini aku punya rahasia yang aku sembunyikan darimu," ujar Edwin sambil berayun dari satu dahan pohon. Kami sedang jalan-jalan di taman kota.

"Jangan panggil aku suster," ujarku, "Rahasia apa itu?"

"Sebenarnya aku masuk Rumah Sakit itu karena kau," jawabnya riang.

"Hah, kau kan sudah pernah bilang waktu itu. Kau masuk karena mencari orang yang sama-sama memiliki kemampuan kan?" tanyaku.

"Hehehe... nggak. Karena aku suka padamu sejak awal mengamatimu," jawabnya.

"Gombal," ujarku kesal.

"Benar lho... aku lihat kamu setiap hari dari sini. Dan aku suka kamu. Apalagi begitu tahu kamu punya kemampuan yang sama denganku... kita klop banget ya," ia tertawa keras. Sekarang wajah Edwin kelihatan lebih gagah dan tidak pucat. Rambutnya juga mulai tumbuh.

"Udah ah bercandanya," gumamku. Aku mengamati seorang nenek-nenek berjalan dengan cucunya di seberang taman, "sebentar lagi tuh."

"Iya. Sebentar lagi," bisik Edwin.

"Hitung sama-sama yuk," ajakku. Kami berdua bertatapan dan tersenyum.

"Lima... Empat... Tiga... Dua... Satu," BRUK! Cucu nenek itu jatuh dari ayunan dan segera bersimbah darah.

"Ups, aku pikir neneknya yang akan meninggal karena serangan jantung," ujarku kecewa, "aku salah prediksi lagi."

"Kamu itu nggak pernah salah, Suster sayaangg...Lihat saja sebentar lagi," ujar Edwin.

Tidak lama kemudian nenek itu pun meninggal karena shock dan serangan jantung.

TAMAT

DEATH ANGELWhere stories live. Discover now