13. Bouquet

8.6K 1.1K 109
                                    

     Cahaya redup lampu kamar menyambut pandangan Sisi di sepersekian detik matanya terbuka. Ia mengerjap-ngerjap kecil seraya meraba permukaan kasur untuk mencari keberadaan ponsel. Begitu tangannya berhasil menyentuh benda pipih tersebut di atas kepala, Sisi segera mengidupkan layarnya. Wanita mungil itu mendesah panjang, sudah jam tujuh malam rupanya.

      Sepulang mengajar sore tadi Sisi memutuskan untuk lekas mandi. Kantuk pun menyerang tanpa bisa ditawar. Dia tertidur bahkan melewati Magrib. Seraya mendesah panjang, gadis itu bangkit dari pembaringannya. Disisirnya rambut menggunakan kelima jari sebelum menjepitnya dengan asal untuk mengambil wudu sebelum menunaikan salat Isya.

     Setelahnya, Sisi lalu keluar kamar untuk segera mengecek toko kue. Di sana terlihat dua pengawai baru tengah kerepotan melayani pembeli, sementara Ningsih sendiri tengah sibuk mengotak-ngotakkan orderan pelanggan via ojek daring.

     "Masih banyak, ya, Mbak Ning?" tegur Sisi. Dia mengempaskan bokong di kursi kasir seraya membuka-buka catatan orderan.

     Wanita yang dipanggil Mbak Ning itu mengangkat pandangan dan tersenyum tanpa menghentikan aktivitasnya. "Alhamdulillah, Mbak."

     Sisi menanggapinya dengan senyum samar. Sekelebat, matanya menangkap keberadaan sebuket bunga mawar merah yang tergeletak di atas meja sofa tamu khusus pengunjung. Sisi memutar pandangannya sekilas ke arah Ningsih. "Itu buket bunga siapa, Mbak?"

     Wanita yang ditanyai itu pun kembali mengangkat kepala dan ikut melemparkan pandangan ke arah yang sama. "Oh, itu.... Aduh, maaf, Mbak, saya lupa ngasih tahu. Tadi Mas Dimas ke sini mau ketemu Mbak Sisi, tapi saya bilang Mbaknya lagi tidur. Ya sudah, Mas Dimasnya pulang aja, terus nitipin bunga ini," terangnya kemudian.

     Sisi menganggukkan kepala. "Tadi Dimasnya ada pesen apa aja, Mbak?" tanyanya seraya membuka secarik kartu yang menggantung di pita.

      "Ndak ada pesen apa-apa, Mbak. Cuma bilang kasihkan ini ke Mbak Sisi aja."

     Sisi kembali mengangguk dan membuka lipatan kartu ucapan tersebut.

     Hello, Adelina Measy
     Long time no see. I miss u :)

     Begitu bunyi bacaan di dalam kartu ucapannya. Sisi mendesah pelan seraya meraih ponsel, lalu mencari kontak sang pemberi.

     Tepat di nada sambung keempat, terdengar sapaan dari seberang sana, "Halo."

     "Hei, Dim," sapa Sisi balik. "Tadi mampir ke rumah, ya? Sori, aku ketiduran. Baru bangun, nih."

     Ada kekehan singkat dari seberang sana. "Kecapean, ya? Nggak pa-pa. Tadi aku mampir bentar pas pulang dari kantor. Udah kangen toko ... sama pemiliknya."

     Hening. Sisi kemudian terkekeh jengah. "By the way, makasih bunganya."

     "Sama-sama," balas Dimas. "Hari Minggu siang kamu ada acara, nggak?"

     Bola mata Sisi tergulir ke samping. "Minggu ini?"

     "Yup," jawab Dimas cepat.

     "Ng ... nggak ada, sih. Kenapa?"

     "Jalan, yuk."

     Hening.

     "Boleh."

     Hening lagi.

     "Do you like movies?"

     "Tergantung genrenya." Sisi tersenyum tipis sambil mengusap tengkuknya.

     "Umm.... I see. So, what genre you like?"

UNTOUCHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang