29. Bloody Night

12.2K 1K 228
                                    

     Bel masuk sekolah sudah berbunyi sekira sepuluh menit yang lalu. Digo melangkah cepat di lorong sepi gedung SMA menuju loker pribadinya untuk mengambil peralatan sekolah sesuai jadwal hari ini. Diceknya notifikasi pada jam tangan pintarnya, tampak masuk beberapa pesan. Lekas dikeluarkannya ponsel dari saku celana seragam untuk melihat keseluruhan pesan secara leluasa.

     Internet banking yang melaporkan penambahan saldo rekening tabungan, ada pula pesan instan dari Sisi.

     S
     Km di mana?? Buruan ke lab!

     Digo memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana seragam tanpa membalas pesan wanita tersebut. Terlalu membuang waktu, pikirnya. Sebab, sebentar lagi mereka akan bertemu di laboraturium SMA dalam rangka latihan ujian praktik mata pelajaran Biologi.

     Selesai menekan 6 digit sandi pintu lokernya, Digo langsung melepas sweatshirt berwarna kuning yang melapisi baju seragamnya, lantas sweatshirt tersebut digantungnya pada gantungan pakaian di dalam loker.

     Bugh!

     "An ... jing!" Digo mengumpat tertahan seraya dengan tubuh oleng setelah bahunya disenggol secara tiba-tiba oleh seseorang. Dia berusaha menyeimbangkan diri, lantas menatap sang pelaku yang terus berjalan menjauh sambil menoleh ke belakang, mencemoohnya lewat seringai kemenangan.

     Alaric, salah satu dari orang-orang Arka yang masih bertahan di SMA Royal Calakia. Murid lelaki itu bersama satu temannya yang kini tengah memberikan gestur pemenggalan pada leher menggunakan tangan.

     Digo tadinya tidak berminat untuk berkelahi. Bukan waktu yang tepat. Hanya saja, hama sekolah memang tidak pernah benar-benar hilang. Jadi mendapatkan gestur tantangan semacam itu membuat amarahnya tak mampu lagi teredam. Digo membuntuti cepat kedua musuhnya tersebut dengan tangan kanan terkepal, siap memberikan masing-masing satu hantaman.

     "DIG! DIG! JANGAN, DIG! STOP! LO NGGAK BOLEH BERANTEM!" Saka muncul dengan tiba-tiba dan langsung menghadang langkah Digo agar perkelahian tidak terjadi. "Lo jangan mau kepancing sama mereka."

     "Elo siapa ngatur-ngatur gue?!" Digo mendorong dada murid tersebut hingga hampir terjengkang.

     "GUE SAKA, KETUA KELAS LO!" balas Saka dengan bentakan tak gentar. Nyalinya tidak ciut. Ia maju beberapa langkah ke belakang Digo yang sudah kembali ke lokernya. Sementara itu, kedua musuh murid tadinya juga hengkang dari sana.

     "Inget, Dig..., lo itu satu dari tanggung jawab gue di sekolah ini, dan gue ke sini atas perintah Bu Sisi biar lo buruan ke lab buat ikut latihan praktek!" tegas Saka kemudian.

     "Gue nggak pernah minta diurusin sama lo." Digo menutup kembali pintu loker setelah mengambil barangnya, kemudian melengos pergi meninggalkan Saka. Dia terus melangkah menuju lift yang akan membawanya turun ke lantai dasar, di mana laboraturium SMA berada.

     Tiba di sana, Digo membuka pintu dan mendapati Sisi serta semua orang sudah duduk dengan rapi menghadap peralatan praktik.

     Tidak ada teguran dari Sisi. Digo sendiri pun langsung masuk dan membuka lemari khusus penyimpanan jas laboratorium untuk dikenakan di badannya.

     "Silakan duduk sesuai kelompoknya masing-masing," perintah Sisi dari depan, pandangannya dialihkan sekilas kepada Saka yang menyusul masuk.

🍂

     Pesta ulang tahun Benni semalam masih meninggalkan pening di kepala Digo. Dia mabuk cukup berat. Lalu datang pula telepon dari Sisi yang langsung mendampratnya begitu tahu remaja tersebut tidak sanggup turun sekolah akibat masih dalam pengaruh alkohol.

UNTOUCHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang