27. Trust

13.2K 1.2K 282
                                    

A/n :

Sambil nunggu rapat mulai, saya update chapter baru dulu di sini. Tapi komentar-komentarnya nanti di balas kalau sore, atau malam, atau kalau saya udah legaan dikit, ya.

So, guys..., enjoy this chappie! 🥰

🍂

     "Apa kabar, Si?" Saras mencabut selembar tisu wajah miliknya sendiri, lalu menyeka-nyeka pinggiran matanya yang tampak diperciki keringat-keringat kecil.

     "Alhamdulillah, baik sekali, Bu," jawab Sisi. Posisi keduanya sudah berada di satu restoran terbuka yang letaknya cukup jauh dari area yayasan. Tempat bernuansa alam ini merupakan pilihan Saras sendiri ketika tadinya mengajak Sisi keluar dari gedung sekolah. Ada kolam kecil dengan air mancur di tengah-tengah lounge, sedangkan sekelilingnya ditanami bunga-bunga menjalar juga pepohonan hijau. "Ibu sendiri, apa kabar?"

     "Alhamdulillah, baik juga," jawab Saras akan pertanyaan balik dari Sisi.

     Hening. Sisi mengangguk seraya iseng menatapi pelayan restoran yang sudah menjauh dari meja setelah menerima pesanan menu keduanya.

     "Sudah lama, ya, kita belum pernah ketemu? Saya sering nanyain kamu lewat Dimas, katanya kamu lagi sibuk akhir-akhir ini."

     Sisi memindahkan tatapannya sekilas untuk Saras, lantas dirundukkan ke permukaan meja. Kalimat tadi jelas sebuah sindiran wanita itu untuknya. "Mohon maaf, Bu, saya belum berkesempatan menghadap Ibu."

     Saras menatap penuh Sisi, seperti penasaran akan sesuatu hal. Akan tetapi, dia tak sempat mengucap tanya lantaran ponsel di dalam tasnya menderingkan panggilan bernada lembut. Wanita berbadan kurus itu langsung menjangkau tas jinjing yang didudukan atas meja dan mengambil gawai dari dalamnya. Selanjutnya, dia terlibat obrolan cukup serius dengan sang penelepon.

     Selama Saras berbicara di telepon, Sisi kembali mengamati sekeliling restoran. Nuansanya benar-benar sejuk dan menenangkan, ditambah pula letaknya jauh dari jalan utama. Jadi, kebisingan ibu kota tidak begitu terdengar. Adanya justru gemericik air mancur kolam serta riak-riak air dari aktivitas kecil sejumlah ikan di dalamnya. Sisi baru mengembalikan tatapan ke depan setelah Saras menyudahi pembicaraan, juga bertepatan dengan kemunculan satu orang pelayan yang membawa menu makanan.

     "Terima kasih," ucap Sisi dan Saras hampir bersamaan, usai sang pelayan menata sajian.

     "Sama-sama. Selamat menikmati," balas pelayan tersebut seraya menundukkan kepala sejenak, lalu pergi.

     "Silakan," Saras mempersilakan Sisi dengan gestur tangan, seraya dengan dia menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.

      "Terima kasih, Bu." Sisi ikut memulai menyantap makan siang mereka.

     "Jujur, ya..., saya agak syok dengar beritamu beberapa hari yang lalu."

     Hening. Sisi masih tertunduk pada menu. Ini jelas bukan acara makan siang yang didambakannya.

     "Menarik." Saras menatap Sisi dengan senyum tipis nan misterius. "Kabar itu memancing saya supaya mengonfirmasikannya sendiri ke kamu."

     Hening kembali. Sisi sempat tercekat. Namun hanya sebentar karena sejak keberangkatan mereka berdua dari gedung sekolah tadinya, gadis itu sudah menyiapkan diri menghadapi rundung pertanyaan hingga kecaman semacam ini.

UNTOUCHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang