CHAPTER 1: Kesalahan Pertama

296 2 0
                                    

Seorang gadis berkuncir satu memasuki halaman salah satu sekolah elite di kawasan Jakarta. Clara Angelina, menatap bangunan megah dengan plang besar bertuliskan "Beatitudinem High School" yang akan menjadi sekolah barunya.

Clara menarik napas dalam-dalam, memejamkan matanya, sambil berkata dalam hati 'Wish you luck, Clara.' lalu membuka lagi matanya dan melangkah menuju ruang kepala sekolah.

"Eh, by the way, ruang kepala sekolah dimana ya?" tanyanya kepada diri sendiri sambil menatap sekitarnya.

Kawasan itu sangat sepi, mengingat sudah dari 10 menit yang lalu bel tanda masuk dibunyikan.

BRUK!

Clara membelalakan matanya saat melihat seorang pemuda terjatuh di belokkan koridor. Clara berjalan cepat menuju pemuda itu, "Lo nggak apa-apa?" tanya Clara kaget bercampur khawatir.

Pemuda itu mendongakkan kepalanya, menatap Clara dengan iris coklat terang miliknya bingung. Clara langsung segera membantu pemuda itu berdiri.

"Lo nggak apa-apa?" ulang Clara karena pertanyaannya tadi tidak mendapatkan respon.

Pemuda itu tersenyum. Sangat manis. Sampai Clara tidak bisa memalingkan wajahnya dari pemuda itu.

"I'm okay," ucapan pemuda itu menyadarkan Clara ke dunia nyata.

"Thanks ya, udah ngebantuin," lanjutnya dengan diselingi tawa, "Gue emang sedikit ceroboh," tuturnya jujur dan membuat Clara ikut tersenyum mendengar pengakuan orang yang baru dikenalnya itu.

"Lo anak baru ya?" tanya pemuda itu sambil memperhatikan Clara dari atas sampai bawah. Membuat wajah Clara sedikit merona.

"Iya, gue Clara," Clara mengulurkan tangannya dan mengeluarkan senyuman manis andalannya.

Pemuda itu membalas uluran tangan dan senyum Clara, "Gue Dava,"

Clara melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. "Oh, gosh! Gue udah telat dua puluh menit!" panik Clara. Memang sih, karena Clara anak baru, dia diberikan dispensasi datang terlambat. Tapi, Clara kan harus membangun citra yang baik sebagai anak baru.

Dava tersenyum melihat kepanikan Clara, "Yaudah, biar gue anterin lo ke ruang kepala sekolah," ujarnya sambil berjalan mendahului Clara.

"Eh, emangnya gapapa? Gue nggak mau gara-gara gue, lo jadi telat masuk kelas," ucap Clara tak enak tapi tetap mengikuti Dava dari belakang.

"Udah nyampe." sahut Dava sambil membalikan badannya kearah Clara yang menatap ruang kepala sekolah dengan mata terbelalak dan mulut sedikit mengaga. Ternyata ruang kepala sekolah hanya berjarak beberapa langkah dari tempat Dava jatuh tadi.

Dava kembali tertawa. Entah sudah keberapa kalinya sejak ia bertemu Clara.

Clara mengembungkan pipinya, "Kalo tau cuma sedeket ini sih, nggak usah pake dianter segala, Dav," gerutu Clara dan dibalas dengan tawa Dava yang lebih keras, "Sama-sama deh, Clar," balas Dava mengejek.

Baru saja Clara akan membalas ejekan Dava, sebelum suara berat seorang wanita menginterupsi, "Clara Angelina?" Merasa terpanggil, Clara menoleh ke arah datangnya suara.

"Sulit ya menemukan Principal's Room?" tanya Wanita tadi dengan senyum penuh pengertian. Mau tak mau, Clara ikut tersenyum, "Sedikit, Bu," jawab Clara jujur.

"Memang, Principal's Room sekolah ini sedikit terpencil. Untung kamu bisa menemukannya, ya. Mari masuk, Clara," panggil wanita yang sekarang Clara ketahui sebagai kepala sekolah barunya.

"Iya, Bu," jawab Clara. Sebelum memasuki ruangan itu, Clara menoleh kearah Dava, hendak mengucapkan 'sampai ketemu lagi' atau paling tidak 'terimakasih', tetapi pemuda itu sudah menghilang entah kemana.

MistakesWhere stories live. Discover now