CHAPTER 3: Troublemaker

179 2 0
                                    

Avel mengunyah permen karetnya sambil berjalan menyelusuri lorong kelas sepuluh. Beberapa pasang mata tampak memandangnya diam-diam, bahkan ada yang menatapnya secara terang-terangan.

Tapi tampaknya pemuda itu tidak terganggu sedikitpun, sudah menjadi hal biasa untuk seorang Marvelo Danser.

Avel berhenti di depan kelas bertuliskan "X.6" menatap bangku kedua dari belakang dekat jendela yang diduduki seorang anak perempuan.

"Kak Marvel ngeliatin Maura lagi, ya?"

"Setiap pagi kan emang selalu gitu,"

"Yah. Patah hati deh gue,"

Terdengar beberapa siswi yang berbisik-bisik.

"Vel!" Seruan kecil serta tepukkan pelan menghentikan Avel dari aktivitasnya.

"Temenin gue main basket dong!" pinta Bryan dengan bola basket yang tak pernah lepas dari tangannya.

"Nggak." tolak Avel langsung.

"Oh, Ayolah! Sekali ini aja," Bryan memasang puppy face andalannya yang mampu membuat para wanita mau memberikan apapun yang dimintanya.

Avel menatap Bryan penuh pertanyaan, seakan tau apa maksud Avel, Bryan langsung menjawab, "Si Gian bikin proposal OSIS. Marcus bilang dia dateng agak telat. Ayo dong, Vel, Lo udah gak pernah main basket lagi semenjak_"

Bryan tidak melanjutkan ucapannya saat melihat perubahan di raut wajah sahabatnya.

"Gue ngantuk." ujar Avel singkat lalu berjalan menjauhi Bryan diiringi tatapan penuh ingin tahu para siswa disekitar mereka.

***

Bryan mengutuk dirinya sendiri berkali-kali. Kenapa dia harus membahasnya di depan Avel? Bodoh.

"Hei! Bryan! Kok bengong?" Clara menjentikan jarinya di depan wajah teman barunya itu.

Tadinya dia hanya ingin lewat dan menyapa singkat, tapi pandangan Bryan yang terlihat kosong dan tangannya yang meremas sebagian rambutnya membuat Clara mengurungkan niat awalnya dan berjalan mendekati Bryan.

"Huh? Eh..Hai, Clar! Morning," Bryan terlihat kikuk dengan memaksakan senyumnya saat melihat Clara berdiri di depannya, sejak kapan gadis itu ada disini?

"Are you okay?" tanya Clara khawatir, sudah seminggu dia mengenal Bryan dan belum pernah melihat Bryan yang seperti ini.

"I'm fine," jawab Bryan cepat, "Really." lanjut Bryan saat melihat Clara yang masih memandangnya tidak percaya.

Clara menghela nafasnya, kemudian tersenyum manis seperti biasa, "Kalau gitu, gue duluan ya," pamit Clara setelah yakin bahwa Bryan baik-baik saja.

"Em..Clar!" panggil Bryan saat Clara sudah membalikkan badannya.

"Ya?" balas Clara sambil menoleh kearah Bryan.

"Sebenernya sih, gue punya satu permintaan."

***

Duk. Duk. Duk.

Suara pantulan bola basket terdengar menggema di lapangan basket indoor yang lenggang.

"Ternyata lo lumayan juga, Clar," komentar Bryan saat Clara berhasil memasukkan bola ke dalam ring dari garis three point.

"Ya. Lo udah masukkin dua puluh satu point sedangkan gue baru lima. Lo lagi ngeledek gue ya?" sewot Clara dengan napas terengah-engah.

Sudah enam bulan sejak dia terakhir kali bermain basket. Baru sepuluh menit berlalu dan seragamnya sudah sangat basah, berbeda dengan seragam Bryan yang masih terlihat kering.

MistakesWhere stories live. Discover now