CHAPTER 14: Dava

284 8 0
                                    

"Kakak gue.. Minggu depan_" Dirga menarik napasnya sebelum melanjutkan, "Mereka mau cabut alat-alatnya."

Keempat pemuda yang mendengar pernyataan Dirga membeku di tempatnya.

"Ap..apa?" lirih Avel seolah tak percaya apa yang barusan di dengarnya.

"Gue," Dirga mulai terisak, "Gue harus gimana, Kak?"

Isakkan Dirga berubah menjadi tangisan, "KAK! GUE HARUS GIMANA?!" bentak Dirga sambil meremas kepalanya frustasi.

"Kenapa?" tanya Avel pelan, pandangan matanya kosong, "Kenapa bisa?" ulangnya seperti sudah kehilangan pikirannya.

"Mama," lirih Dirga di sela-sela tangisnya, "Enggak! Perempuan penggila harta itu,"

Tangis Dirga semakin pecah mengingat hal itu, "Gimana bisa?" tanyanya entah pada siapa, "GIMANA BISA MAMA KANDUNG GUE SENDIRI YANG NGUSULIN ITU?!"

"Kak.. Tolongin Dirga! Tolong Dirga, Kak.."

Marcus segera bergerak menghampiri Dirga dan memeluk pemuda yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri itu, berusaha menenangkan.

"Sial." umpat Avel, "SIAL! SIAL! SIAL!" bentak Avel kemudian jatuh terduduk, melipat kakinya, menyembunyikan wajahnya dan mulai terisak.

Gian dan Bryan hanya dapat terdiam di tempatnya, mata mereka sudah memerah menahan tangis.

Sementara Clara yang daritadi di ambang pintu mencoba mencerna semuanya. Dirga sang ketua gang motor dan Avel yang terkenal dingin itu sedang menangis di hadapannya.

"Kak Dava," lirih Dirga tidak jelas dalam dekapan Marcus.

Clara terpaku ditempatnya, 'Siapa yang barusan dipanggil Dirga?'

Seolah mendengar pertanyaan dari dalam hati Clara, Dirga kembali menyebut nama orang itu, "Kak Dava.. Kak Dava.. Kak Dava,"

Dan saat itu juga, tanpa Clara sadari air matanya tumpah membasahi pipinya.

***

Dava berjalan menghampiri Maura yang sepertinya belum berhenti menangis sejak meninggalkannya dan teman-temannya di ruang rawat Dirga tadi.

Dava ikut duduk di bangku halaman rumah sakit di samping Maura.

Hening terjadi di antara mereka sampai Maura mulai membuka suaranya, "Kenapa lo nggak pernah bilang gue kalo lo tuh sahabat kak Avel dan yang lain?" tanya Maura di sela-sela tangisnya.

Dava menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Lo nggak pernah tanya,"

Jawaban santai Dava membuat Maura mengacak-acak rambutnya frustasi, "Tapi seharusnya lo kasih tau gue! Ugh, Dava!"

"Jadi lo nangis gara-gara tengsin karena baru tau gue sahabat Avel ya?" goda Dava mencoba mencoba mencairkan suasana.

Maura menatapnya tajam, "Lo masih bisa bercanda dalam keadaan begini?" tanyanya sarkastik, tangisannya sudah mulai berhenti.

"Maafin gue, Mau," sahut Dava merasa bersalah.

"Apalagi yang gue nggak tau?"

"Huh?"

"Apalagi hal penting tentang lo yang nggak gue tau dan belum gue tanyain?" jelas Maura kesal mendengar ke-lemot-an Dava di saat yang tidak tepat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 20, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MistakesWhere stories live. Discover now