CHAPTER 13: Please, Wake Up.

202 3 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Clara yang sangat kelaparan memutuskan untuk melupakan kemisteriusan Dava dan meninggalkan Dirga yang masih tertidur untuk makan di Kantin sebentar.

"Iya, Pa. Clara masih di Rumah Sakit." Clara tampak berbicara dengan ayahnya lewat telepon.

"Okay, nanti Clara pulang bareng Papa."

Clara menutup teleponnya dan kembali memakan makanannya tidak berselera. Apa yang diharapkan dari makanan Rumah Sakit? Clara menghela napasnya.

"Kira-kira Sheila mau makan apa, ya?"

"Just buy a fried rice or something,"

"Sheila gak mau makan berat malem-malem, beliin roti aja."

Clara menoleh ke arah tempat pemesanan saat mendengar suara yang sangat dikenalinya akhir-akhir ini.

"Bryan!" seru Clara agak keras, keempat pemuda --yang sepertinya menarik perhatian beberapa gadis dan suster di sana-- itu menoleh mendengar nama salah satu dari mereka dipanggil.

"Clara?"

Bryan --yang berada di paling belakang barisan-- tampak berjalan kearahnya disusul Avel, sementara Marcus dan Gian melambaikan tangan ke arahnya lalu menuju kasir untuk membayar.

"Lo ngapain disini?" Bryan yang pertama kali membuka suara saat tiba di sana, dia menarik kursi dan duduk disebelah Clara.

Clara menatap Avel yang sudah duduk di depannya. Oh, ya! Mereka kan teman-teman Dirga!

"Gue nganterin Dirga,"

Keduanya tersentak kaget, "Dirga? Dirga Kurnia Sanjaya? Dirga ketua gang motor?" tanya Bryan tanpa henti.

Clara mengangguk, "Tadi gue_"

"Dimana?!" potong keduanya kompak.

Clara menghela napas pelan, dia bahkan belum menjelaskan kejadiannya. Namun Clara tetap menjawab, "Kamar 221."

Avel langsung bangkit dari kursinya, lalu dengan cepat melangkah meninggalkan kantin Rumah Sakit disusul oleh Bryan.

Clara menatap mereka bingung, menyempatkan diri untuk meneguk es tehnya sampai kandas, lalu ikut berdiri.

Namun, sebelum menyusul Avel dan Bryan, tangannya ditahan oleh seseorang, "Mereka kenapa?"

Clara menoleh dan melihat Marcus yang memandangnya bingung, begitu juga dengan Gian yang memegang pelastik berisi makanan di kedua tangannya.

"Tadi gue bilang, gue nganterin Dirga kesini, terus mereka langsung lari pas gue kasih tau nomor kamarnya." jelas Clara sesingkat mungkin.

Tak berbeda dengan reaksi Avel dan Bryan, Gian langsung merespon, "Dimana?!"

"Yaudah bareng gue aja ke sananya." jawab Clara cepat dan berjalan mendahului Marcus dan Bryan.

Saat mereka tiba di depan lift, Clara mengingat sesuatu, "Eh, kalian kan kenal Dirga, ada yang punya nomor keluarga yang bisa dihubungi?"

"JANGAN!" seru keduanya hampir bersamaan.

Clara menatap mereka bingung sekaligus curiga.

"Oh! Maksudnya biar nanti kita aja yang hubungin keluarga Dirga." sahut Gian yang langsung diangguki oleh Marcus.

Clara baru akan menginterogasi mereka bertepatan dengan pintu lift yang terbuka.

Gian dan Marcus langsung masuk ke dalamnya meski lift sudah nampak penuh.

MistakesWhere stories live. Discover now