CHAPTER 6: Khawatir

267 3 0
                                    

Dava mengajak Clara ke pohon besar tempatnya dan Avel berbicara waktu itu, kalau diingat-ingat lagi, itu tempat pertemuan pertama mereka. Mereka duduk di bawah pohon itu dengan hening.

Clara sempat terkejut saat tiba-tiba Dava meletakkan kepalanya pada bahu Clara, tapi mengingat Dava yang sedang tidak enak badan, Clara membiarkannya.

"Kenapa susah banget ya buat ngelupain seseorang?" tanya Dava memecahkan keheningan.

"Hah?" respon Clara bingung. Kenapa tiba-tiba Dava bertanya mengenai hal itu?

"Kalo misalnya sahabat lo menghilang dari hidup lo, apa yang akan lo lakuin?" tanya Dava lagi.

"Apa?" lagi-lagi Clara merespon pertanyaan Dava dengan bingung.

"Lo harusnya lupain aja mereka. Pasti nanti bakal ada sahabat-sahabat baru yang ngisi hidup lo, iya kan?" tanya Dava meminta persetujuan.

"Eh?" Sekarang Clara benar-benar bingung.

Dava terkekeh pelan lalu mengangkat kepalanya dari bahu Clara, "Apa cuma itu respon yang bisa lo kasih?" tanya Dava dengan ekspresi meledek seperti biasanya dan langsung mampu membuat ekspresi bingung Clara berubah menjadi kesal.

"Lo tuh yang aneh. Tiba-tiba nanyain lupain seseorang, terus sahabat hilang, terus harus dilupain. Mana ada yang kayak gitu! Sahabat tuh nggak bakalan pernah hilang, tau?" omel Clara panjang lebar.

"Gimana kalo misalnya dia beneran hilang?" tanya Dava dengan wajah serius dan mata yang menatap Clara lurus-lurus membuat Clara sedikit salah tingkah.

"Ya.. ya setidaknya dia masih ada di hati kita," jawab Clara cepat dan langsung mengalihkan pandangannya dari mata Dava.

Dava tersenyum mendengar jawaban Clara, "Jadi kalo gue hilang, gue bakalan tetep di hati lo dong, Clar?" tanya Dava menggoda.

Clara tersentak, wajahnya terlihat lebih merah dari sebelumnya, "Kata siapa? Lo..lo bukan sahabat gue." jawab Clara makin salah tingkah.

"Terus kalau bukan sahabat apa dong?" tanya Dava memberi jeda, "Teman tapi mesra?" lanjutnya dan mampu membuat wjah Clara semerah tomat.

"Udah ah! Gue mau balik ke kelas. Udah mau bel." Clara langsung berdiri dan pergi menjauh meninggalkan tempat itu, berusaha menetralkan detak jantungnya.

Dava. Lelaki itu dengan segudang keisengannya. Sangat tidak baik untuk Clara dan jantungnya.

***


"Duh, kenapa gue ninggalin Dava sendirian sih tadi? Kan dia lagi sakit," gumam Clara pelan.

Sekarang sudah jam pulang sekolah dan Clara tidak dapat menemukan Dava dimanapun, tadi saat dalam perjalanan menuju kelas setelah Clara memutuskan meninggalkan Dava, dia baru teringat bahwa Dava sedang tidak enak badan dan segera kembali ke Pohon besar, namun Dava sudah tidak ada disana. Clara juga sempat mampir ke UKS dan tetap tidak menemukan pemuda itu.

"Kenapa?" tanya Avel melihat Clara yang tampak gelisah.

Clara menoleh kearah pemuda dengan tatapan yang selalu tajam itu, lalu menghela napas.

Kenapa Pak Andi harus mendadak pulang kampung? Kenapa Sheila harus latihan cheers? Dan kenapa Bryan harus latihan basket? Clara terpaksa harus pulang bersama dengan manusia es ini karena hanya dia yang memiliki rumah searah dan tidak sibuk menjelang BTD Cup yang akan dilaksanakan minggu depan.

"Gak. Gak ada apa-apa." tanpa sadar, Clara menjawab dengan nada ketus, yang langsung disadari oleh dirinya sendiri.

Clara langsung memandang Avel bersalah, "Eh, maksud gue_"

Mistakesحيث تعيش القصص. اكتشف الآن