Chapter 22: Siapa Takut!

2.4K 201 26
                                    

Cantik, dewasa dan juga memiliki tubuh yang begitu menggoda. Sosok wanita itu kini berdiri beberapa meter di depan Ryo.

Tertegun dengan air liur yang mengalir itu wajar jika melihat keindahan berdiri di depannya. Teman-temannya juga menampilkan ekspresi seperti itu. Bahkan ada yang memegang area selangkangannya seolah sedang memperbaiki posisi yang salah. Tapi itu tidak untuk Ryo. Wajah pemuda itu memucat disertai keringat dingin yang mengalir di dahinya.

(Apa yang harus kulakukan?)

Ryo bertanya pada dirinya sendiri. Ryo tidak tahu apa yang harus dia perbuat setelah melihat kelompok enam orang yang kini berbaris rapih di depan tembok yang sudah hancur.

(Kabur! Ya, dengan begitu peluangku untuk tetap hidup sangat besar.)

Pemikiran itu sesaat melintas di benaknya, tapi Ryo menyingkirkannya begitu saja.

(Mana mungkin aku bisa kabur meninggalkan teman-temanku begitu saja.)

Ryo tidak bisa meninggalkan teman-temannya begitu saja. Jika terjadi sesuatu terhadap mereka ketika dia kabur, Ryo tidak dapat memaafkan dirinya sendiri. Walaupun mereka terkadang merepotkan, tapi tetap saja mereka adalah teman-temannya.

Ryo bertekat untuk tidak melibatkan teman-temannya dan membawa mereka menjauh dari sekelompok orang-orang berbahaya itu---

"Fuck, kalian semua!"

---Tapi pemikiran itu segera runtuh setelah melihat tampilan dari teman-temannya sendiri.

Apa mereka semua buta? Apa mereka tidak merasakan ancaman sedikitpun? Seolah tembok gudang yang hancur di depan mata mereka tidak pernah ada. Yang ada di mata dan pikiran mereka adalah sosok dari wanita cantik yang memiliki kurva begitu menggoda.

"Ada apa dengan wajah cabul yang sedang kalian tampilkan itu, hah?! Apa kalian tidak mendengar perkataanku tadi? Jika iya, akan kuulangi lagi... Pergilah dari tempat ini atau kalian akan mengalami nasib buruk!"

Sekali lagi Ryo mencoba memperingati teman-temannya. Tapi hasilnya sama seperti sebelumnya. Mereka semua tidak menaggapi kata-kata Ryo dan malah balik menatapnya dengan tatapan tajam.

"Oi, Ryo, omong kosong apa yang kau katakan? Jelas-jelas nasib baik lah yang sudah kami alami. Lihat, bahkan kecantikan dewasa kini berdiri di depan kami. Apa kau dapat menyebut ini sebagai nasib buruk?"

Satu orang menanggapi perkataan Ryo.

"Benar. Apa kau dapat menganggap ini sebagai nasib buruk? Sudah jelas ini adalah sebuah berkah. Ah, atau kau tidak ingin kami untuk memiliki sedikit kebahagiaan dalam hidup kami?"

Satu orang lagi menanggapinya.

"Jangan pikir karena kau sudah dikelilingi oleh gadis-gadis cantik kau dapat memandang rendah kami. Hmph, kali ini biarkanlah kami menikmati indahnya hidup dan sebaiknya kau tidak perlu mencoba berbuat macam-macam karena sekarang ini adalah bagian kami."

Dan orang lainnya menanggapi perkataan Ryo.

Satu demi satu mereka terus menanggapi perkataan Ryo. Tidak sedikit orang menaggapinya dengan sedikit kebencian dan ditambah rasa iri.

"Sudah kuduga kalain tidak akan mendengarkan perkataanku..."

Ryo menggelengkan kepalanya. Kemudian dia kembali menatap ke arah enam orang yang masih berdiri berjajar di depannya. Ryo kembali mencoba memutar otaknya untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang dia hadapi sekarang ini. Pada akhirnya dia tidak menemukan jalan keluar lain selain melawan keenam orang itu.

"Oi, bagaimana caranya kau melepas tali yang mengikatmu itu?"

Setelah beberapa saat siswa laki-laki mulai sadar dengan keadaan Ryo yang tak terikat. Padahal sebelumnya pemuda itu terikat kencang di sebuah kursi kayu dan tidak ada seorang pun yang melepaskan ikatannya. Jadi bagaimana bisa Ryo terbebas sekarang?

Monster TamerWhere stories live. Discover now