Chapter 28: Bukan Anak Kecil, Tapi Binatang Peliharaan

2.4K 201 27
                                    

'Apakah ini adalah akhir kami?', pertanyaan itu sempat terlintas sesaat sebelum Jet dan Max menutup mata mereka. Tapi setelah beberapa saat mereka menutup mata, rasa sakit akibat terbakar oleh api tidak mereka rasakan. Karena keduanya penasaran dengan apa yang sudah terjadi, akhirnya keduanya memutuskan untuk membuka perlahan mata mereka.

Di depan mereka saat ini ada sosok wanita yang sedang menahan api Phoenix, yang mencoba untuk membakar mereka hidup-hidup. Api Phoenix yang seharusnya membakar mereka saat ini terbelah menjadi dua bagian, seakan ada sesuatu yang membuat api tersebut membagi menjadi dua arah. Rasa kekaguman keduanya arahkan pada sosok wanita tersebut.

"Jet, Max, kalian mundurlah. Biar aku yang menangani ini... Juga, bawa Jean bersama kalian."

Tidak jauh di mana tempat mereka berada, di luar dari jangkauan api Phoenix, Jean terbaring di tanah dengan penuh luka-luka. Sesekali kilatan kecil listrik muncul saat tubuhnya mengejang. Walaupun dia sudah pingsan akibat dari serangan Silvia tadi, tapi sisa-sisa petir di tubuhnya masih ada.

Jet dan Max menggeleng melihat keadaan Jean, kemudian keduanya mengangguk kepada Alisa untuk mundur tanpa berkata-kata lagi.

"Kupikir kami telah meremehkan kalian."

Alisa melambaikan tangan kanannya, lalu sesaat setelah itu api Phoenix yang berada di sekitarnya berangsur-angsur memadam.

Setelah api miliknya padam, Sofie mengerutkan keningnya. Di depannya kini berdiri seorang wanita yang dia perkirakan usia wanita itu baru memasuki angka 20-an. Jejak ketidaksukaan langsung terlihat di wajah Sofie. Padahal mereka baru pertama kali saling bertemu, tapi dia sudah tidak menyukai wanita itu. Intuisinya sebagai seorang wanita menyatakannya begitu.

"Hmph, setelah anak buahnya kalah sekarang boss-nya baru beraksi."

Senyum mengejek Sofie tunjukkan kepada Alisa. Jika dia sudah tidak menyukai orang tersebut, maka dia tidak akan bersikap sopan sama sekali terhadap orang tersebut.

Tanpa sepatah kata lagi, Sofie melambaikan kedua tangannya. Matanya memiliki kilat permusuhan. Mulutnya mengucapkan kata lembut sebelum senyum sinis dia arahkan kepada Alisa.

"Bakarlah menjadi abu. [Phoenix Pillar Dance]."

Gemuruh terdengar dari dalam bumi. Tanah yang Alisa pijak seketika itu juga memanas dan berubah warana menjadi kemerahan. Seperti memiliki perasaan kuat akan bahaya, Alisa melompat mundur menjauhi tanah yang memiliki suhu tinggi tersebut.

Tak lama sesaat setelah Alisa melompat mundur, pilar api ditembakkan langsung dari dalam bumi. Pilar yang menjulang tinggi hingga ke atas langit itu memiliki suhu yang sangat tinggi hingga melelehkan bebatuan di sekitarnya.

"Kau pikir kau bisa menghindar?"

"!"

Belum sempat Alisa mendarat di tanah, tapi tanah tempat dia akan mendarat kembali mengeluarkan hawa panas sebelum pilar api ditembakkan lagi ke atas langit.

Pilar-pilar api tanpa henti bermunculan dari dalam tanah di sekitar Alisa. Pilar api yang bersuhu tinggi tersebut membuat tubuh Jet dan Max berkeringat meskipun jarak mereka sudah cukup jauh dari lokasi pertarungan.

Glup.

Keduanya menelan ludah mereka sendiri. Api yang mereka rasakan saja sudah membuat mereka kepanasan, lalu bagaimana dengan Alisa yang di kelilingi oleh pilar-pilar api itu?

"Jadi begitulah jika seorang wanita sudah mulai marah..."

"Kita beruntung tidak menerima kemarahan dari gadis itu."

Jejak ketakutan terlintas di wajah keduanya. Lawan mereka yang sempat mereka tertawakan dan ejek itu ternyata memiliki kekuatan yang menakutkan. Tapi apa yang membuat mereka lebih takut lagi adalah pemimpin mereka saat ini. Mereka juga takut jika Alisa sudah mulai marah dan menyerang tanpa pandang bulu.

Monster TamerWhere stories live. Discover now