Chapter 1

6.9K 243 3
                                    

Hinata POV

Aku sungguh mencintainya, mencintai seorang pemuda yang selalu mengerti diriku, seorang pemuda yang selalu ada untukku. Cintaku padanya bahkan tak pernah berkurang.Tapi sekarang, entah kenapa aku merasa lelah dan begitu terluka karenanya. Aku begitu kecewa padanya, hubungan seperti apa ini baginya?
Aku merasa dirinya semakin menjauh, kau anggap aku sebagai apa selama ini? aku hanya seorang gadis yang benar-benar polos. Selama tiga tahun ini, aku sungguh mencoba untuk kuat untuk selalu di dekatmu. Selalu mengerti dirimu.

Tiga tahun ini, menjalin hubungan demgan Namikaze Naruto pemuda kaya raya dengan surai kuning jabriknya dan wajahnya yang tampan,Dia anak sulung dari pasangan Namikaze Minato dan Namikaze Kushina yang sekarang menjabat sebagai direktur dari Perusahaan ternama di Tokyo yang bergerak dibidang Industri,NamikazeCorp.

Apa aku harus putus dengannya?

Hinata POV END

Saat ini Naruto masih terus sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Safirnya terus fokus pada laptop yang ia pegang. Berkas-berkaspun menumpuk tak terkira di meja kerja Naruto. Naruto bahkan sampai tidak sadar ketika Hinata masuk ke ruangannya."

"Naruto-kun." Sapa Hinata sambil berjalan memasuki ruangan. Naruto sudah langsung dapat mengira jika itu suara kekasihnya.
"Bisakah kau mengetuk pintu dulu,Hinata?" Ujar Naruto dingin sedangkan safirnya masih terus menatap laptop tanpa teralih sedikitpun. Hinata berjalan menuju sofa dan meja tamu yang tidak jauh dari meja tempat Naruto bekerja.Hinata meletakkan bekal yang dibawanya di atas meja dan mulai membuka bekal agar Naruto bisa segera makan siang karena jam sudah menunjukkan pukul 12.

"Bisakah kau berhenti sebentar dan makan siang dulu, Naruto-kun? Apa kau mau masuk di hotnews surat kabar dengan judul 'Seorang pria tampan tewas akibat sibuk dengan pekerjaan dan lupa makan siang'
"Aku sedang sibuk Hinata. Nanti saja.."Elak Naruto sedangkan jarinya masih menari diatas keyboard laptopnya.
"Ayolah, Naruto-kun. Berhenti sebentar. Kau bahkan belum menatapku sama sekali saat aku datang.Apa kau tidak merindukan kekasihmu ini?" Naruto berhenti dari kesibukannya sebentar. Ia mendesah lalu langsung menatap kekasihnya yang sedang duduk di sofa sambil menatapnya juga."Hinata..." Naruto tidak berhenti menatap Hinata. Ia terkejut melihat penampilan Hinata. Gadis bersurai indogo itu memakai dress berwarna biru muda tanpa lengan dengan panjang dress di atas lutut. Dia memang terlihat sangat errrr sexy. Baru kali ini Naruto melihat penampilan Hinata yang seperti itu. Memang dia sering memakai dress, tapi kali ini entah setan apa yang merasuki pikiran Hinata dengan memakai dress yang terlalu mengumbar kulit seperti ini. Naruto saja masih belum berhenti menatapnya. Itu berarti rencana Hinata untuk membuat kekasihnya berhenti sibuk sudah berhasil.
"Naruto-kun, bagaimana penampilanku?Apa kau suka?"Hinata tersenyum sumringah sambil menunggu jawaban dari Naruto.
"Kau terlihat seperti jalang dengan pakaian seperti itu." Jawab Naruto dengan nada dingin dan kembali pada laptop dan dokumen dihadapannya.

JLEBBBB...

Sakit. Pasti rasanya sangat sakit mendengar komentar pedas dari kekasihnya. Ia tak berharap dapat kritikan seperti itu. Seperti ada ribuan kunai yang menancap dihatinya. Tidak ada gunanya bertanya kepada Naruto. Memperdulikan saja tidak. Hinata sudah susah payah membawakannya bekal. kekasihnya sendiri. Cukup sudah kesabaran Hinata. Wajah ayunya kini berubah menjadi sendu. Tak ada senyuman disana. Hanya terlihat lavender indahnya yang kini berkaca-kaca me ahan tangis.
"Aku sudah membawakanmu bekal,Naruto-kun..." Kilah Hinata lirih. Lavendernya masih menatap kekasihnya. Ia terabaikan.
"Aku sedang sibuk,Hinata. Mengertilah! Aku akan makan siang nanti di kantin. Kau tak perlu repot untuk membawakanku bekal. Aku bukan bocah TK lagi Hinata. Sekarang pulanglah. Jangan ganggu aku. Aku sedang sibuk! Fokus saja pada kuliahmu. Aku akan memberikanmu uang untuk tagihan semesteranmu yang masuk ke pemberitahuan handphoneku." Ucap Naruto dengan nada dingin. Memang Hinata akui,Narutolah yang membiayai Hinata untuk kuliah di Universitas Kaitani. Hinata kini sudah menginjak semester akhir. Pendidikannya akan usai.
"Baiklah. Aku akan pulang.."Ucap Hinata dengan datar sambil menutup kotak bekalnya. Hinata mengerti jika kekasihnya mengusirnya untuk bisa kembali pada kesibukannya lagi. Sibuk dengan dunianya sendiri. Ia sudah bersiap-siap mengambil kotak bekalnya dan langsung pergi dari ruangan Naruto.

BLAMMMM....

Suara pintu tertutup rapatpun terdengar. Meninggalkan Naruto yang kini sedang sibuk dengan dunianya sendiri.

"Hinata...Kau disini ternyata..."Sapa seorang pemuda bersurai biru kehitaman mengagetkan Hinata yang masih belum beranjak dari depan ruangan Naruto.
"Menma-kun..."Ucap Hinata pelan. Yah,Namikaze Menma. Ia adalah adik dari kekasihnya. Ia menjabat sebagai manager di perusahaan ini.
"Kau membawakan aniki bekal,Hinata???"Tanya Menma dengan tersenyum.
"Ahh...I-iya Menma-kun. Aku membawakan Naruto-kun bekal makan siang. Tetapi Naruto-kun memang masih s-sibuk..."jawab Hinata dengan menunduk.Ekspresinya berubah menjadi sendu.
"Naruto-nissan memang orang yang sibuk. Dia tak akan meninggalkan kesibukannya jika belum usai...Aku juga heran dengan Naruto-nii itu...Hehe... Tapi,Daripada kotak bekal itu kau bawa pulang lagi lebih baik aku yang makan yah? Aku sudah lapar sekali. Aku malas ke kantin..."Kilah Menma dengan terkekeh sambil memegang tengkuknya yang tak gatal. Ia menadi kikuk didepan Hinata.
"K-kau mau memakan bekalku ini,Menma-kun???"Ucap Hinata tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Tentu saja. Pasti enak. Ayo ikut aku..."Ujar Menma dengan menggandeng lengan Hinata ke ruangannya yang tak jauh dari ruangan Naruto.



Kini Menma dan Hinata duduk di sofa yang tak jauh dari meja Menma bekerja. Menma membuka bekal yang Hinata bawa di atas meja untuk segera dimakan.

"Kau membuatkan Naruto-nii bento?"Tanya Menma yang terkesan.
"I-iya...T-tapi Naruto-kun tidak mau memakannya. Dia menyuruhku untuk tak membawakannya bekal lagi."Jawab Hinata dengan raut wajahnya yang sedih.
"Ahahaha...Naruto memang bodoh. Dia seharusnya bersyukur mendapatkan kekasih sepertimu yang mau-mauan membawakannya bekal. Tapi tak apa,Jika Naruto tak mau memakannya. Biar aku saja..."Timpal Menma yang mulai memakan bento yang dibawakan Hinata.
"Ini enak Hinata. Apa kau yang membuatnya sendiri?"
"I-iya Menma-kun. Kau yakin kalau bento buatanku enak? Kau tak sedang mencoba menghiburku kan????" Jawab Hinata. Ada nada keraguan disana.
"Aku tidak menghiburmu,Hinata. Aku hanya berbicara kenyataan. Bentomu ini sangat enak... Ahaha...Sayang sekali,Naruto menolaknya."Ucap Menma dengan tersenyum. Hinata menjadi ceria mendengar pujian itu dari Menma.

Menma dan Naruto memang berbeda. Naruto sangat dingin. Sedangkan Menma sangat hangat. Mereka bersaudara,Namun sikap dan sifatnya sangat bertolak belakang.

Hinata menyangga dagunya menatap Menma memakan lahap bento buatannya. Dalam hati ia berharap yang memakannya adalah Naruto kekasihnya. Namun itu hanyalah mimpi disiang bolong. Sekarang sudah berbeda. 360° sangat berbeda. Kecewa...Itulah yang hati Hinata rasakan.

"Aku sudah selesai..." Ujar Menma dengan menutup rapat kotak makanan ditangannya.

Hinata terperangah karena sukses bentonya habis tak tersisa. Menma sedang kelaparan kah? Pikir Hinata.

"Aku baru merasakan ada bento yang superrr enak seperti itu,Hinata. Lain kali bawakan aku bento lagi... Hehe..."Kilah Menma dengan terkekeh pelan.
"Arigatou Menma-kun,Kau menyukai bento buatanku. Aku tak menyangka."Ujar Hinata dengan tersenyum.
"Sudah waktunya bekerja lagi,Hinata. Aku harus kembali. Terimakasih untuk makan siang spesial hari ini...Aku sangat senang."Kata Menma setelah melirik jam digital di pergelangan lengan kanannya yang sudah menunjukkan pukul 1 tepat.
"Baiklah. Aku pulang dulu,Menma-kun. Selamat bekerja kembali. Arigatou..."Ucap Hinata lantas berdiri dan mulai berjalan kearah pintu keluar ruangan Menma ditemani Menma.
"Jaa Menma-kun..."Ucap Hinata dengan tersenyum dan berjalan pergi untuk pulang.
"Hati-hati..."Seru Menma dengan memandangi Punggung gadis bersurai indigo itu hingga menghilang dari pandangannya. Ia kembali masuk kedalam ruangannya dan duduk dikursi kebanggaannya yang empuk menyenderkan punggungnya dengan rileks.

"Bodohnya kau Naruto mengabaikan gadis secantik dan sebaik Hinata..."Desah Menma pelan. Ia membuka laptopnya dan beralih fokus pada pekerjaan yang tadi sempat tertunda.











TBC



Helllooooo ^_^

Ini fic yuni yang ke-10...Hehe ^_^


Bagaimana???

Lanjutkan or delete???

Voment yah??? Please #puppy eyes no jutsu mode on#

Arigatou ^_^

TeruskanlahWhere stories live. Discover now