Chapter 9

3.1K 151 8
                                    

Hinata berada di dalam lift, menekan angka 2 yang akan membawanya ke lantai tempat ruang kerja Menma. Pintu lift terbuka, itu berarti dia sudah sampai di lantai 2. Dengan santai Hinata keluar dari lift kemudian melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan yang bertulis 'Manager' di pintunya.



Ceklek!

Hinata membuka pintu dihadapannya dengan perlahan, melihat Menma yang sedang sibuk dengan berkas-berkas yang berantakan di meja kerjanya. Jari-jarinya pun tampak asyik menari-nari diatas keyboard. Hinata menatap Menma lekat.

'Sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku. Menma-kun sedang sibuk' batin Hinata. Kaki jenjang milik Hinata itu melangkah mendekati Menma. Pemuda yang berstatus sebagai Manager Namikaze Corp itu masih terus berkutat dengan laptop miliknya.
"Kau mengejutkanku,Hinata." ucap Menma.
Hinata melangkahkan kakinya menuju kursi yang berada persis dihadapan meja kerja Menma. Gadis Hyuuga itu mendudukan dirinya dengan di sofa.
"Kau terlihat sibuk,Menma-kun. A-aku kesini hanya ingin mengantarkanmu makan siang."Ucap Hinata dengan tersenyum.
"Kau baik sekali,Hinata. Aku memang belum makan siang.Hehe."Jawab Menma dengan nada terkekeh. Menma berjalan mendekati Hinata dan mendudukkan dirinya disamping Hinata. Kotak makananpun terbuka lebar menampilkan bento yang menggoda.
"Harusnya kau tak perlu repot-repot,Hinata.Arigatou."Ucap Menma pada gadis dihadapannya itu.
"Aku hanya melakukan sesuatu yang menurutku benar,Menma-kun.Aku tau kau pasti belum makan siang. Aku hanya ingin memberitahu jika bsk aku akan wisuda."Jawab Hinata menyandarkan punggungnya disandaran kursi kemudian menatap Menma yang sedang lahap menyantap bentonya.
"Wisuda? Aku akan datang jika aku tidak sibuk,Hinata."Ucap Menma dengan senyuman khasnya.
"Baiklah. Jangan terlalu sibuk dengan perkerjaanmu itu Menma-kun.Jangan lupakan makan siang."Jawab Hinata lagi.
"Aku tak akan sibuk sampai mengacuhkanmu seperti Naruto dulu,Hinata.Kau gadis yang perhatian. Aku senang diperhatikan olehmu.Kekasih macam apa dia."
"Aku dan Naruto sudah tidak ada hubungan apapun,Menma-kun."Jawab Hinata yang seketika raut wajahnya menjadi sendu teringat oleh Naruto.
"Aku sudah tau,Hinata. Tenanglah,Masih ada aku. Aku selalu akan membuatmu bahagia. Bukan seperti si brengsek itu. Kau tau,Aku menyayangimu,Hinata."
"Menma-kun m-menyayangiku? sejak kapan?"Ucap Hinata yang tak percaya.
"Sejak Naruto mengenalkanku padamu 3 tahun lalu sebagai kekasihnya."

Flashback on...

"Kapan kau akan memiliki kekasih?"

Meski hatinya dongkol luar biasa,Menma sudah kebal dengan pertanyaan ini. Sudah tiga tahun belakangan pertanyaan tentang kapan dia akan memiliki kekasih mampir ke telinganya.
"Apalagi yang kau tunggu? Kau sudah terlalu lama sendiri,Ttebayo." Memang benar Menma sudah lama menyendiri. "Umurmu sudah lebih dari cukup untuk memiliki kekasih. Sudah 17 tahun. Cari yang bagaimana?" Menma menyunggingkan senyum masam, sekecut mangga muda.
"Kau ingin gadis yang seperti apa? Pemuda sepertimu mustahil kesulitan mendapat gadis yang kau inginkan. Tahukah kau, sudah berapa panjang barisan gadis yang antri, berebut menarik perhatianmu?"Mau tidak mau Menma jadi ngilu. Menyandang predikat pria tampan, cerdas dan menjadi pujaan banyak wanita boleh jadi terdengar mengagumkan dan menimbulkan rasa iri. Perkenalannya "Cantik itu relatif, Naruto," kata Menma bijak.
"Tergantung siapa yang memandang. Aku sudah tidak mencari yang muluk-muluk seperti harus cantiknya selangit." tutur Menma perlahan, berharap Naruto mencerna kalimatnya dengan sempurna. Pemuda bersurai kuning jabrik di seberang sana terlonjak kaget.
"Kata-katamu terlalu puitis,Menma." seru Naruto takjub.
"Aku sudah tidak ingin main-main lagi," sahut Menma serius.
"Kalau ada gadis yang baik, sabar, penyayang," lanjut Menma. Semilir angin yang mengisi kamarnya terasa menenangkan.
"Mencari pendamping hidup tidak hanya melihat kecantikan fisik,Aniki. Banyak kriteria lain yang lebih penting."

Naruto memperkenalkan kekasihnya pada Menma. Ia ingin menunjukkan kekasihnya pada Menma. Ditariknya Hinata yang kebetulan dari dapur mengambil minum.
"Hime,Perkenalkan ini adikku Menma. Dia sedang kesepian ttebayo."Ujar Naruto dengan senyum 5 jarinya.
Hinata hanya tersenyum.
"Hai Hinata. Aku Menma. Senang bertemu denganmu."Jawab Menma dengan tersenyum.
"Senang bertemu denganmu,Menma-kun.."Hinata tersenyum lagi pada Menma.
Sejak pertama perkenalan itu,Menma langsung jatuh cinta sepenuh hati. Menma menyukai kepribadian Hinata, yang ditebaknya dari percakapan Naruto dan Hinata dan dari foto yang ditunjukkan Naruto padanya. Melihat senyum malu-malu yang mengembang di bibirnya, rona merah malu dipipinya, dan keteduhan yang memancar dari wajah lembutnya, Menma jatuh cinta pada pandangan pertama.
Flashback off...

Hinata mengangguk paham setelah mendengar cerita dari pemuda dihadapannya itu. Putra bungsu keluarga Namikaze itu mengacak surainya sejenak menahan malu yang tentu saja mendapat delikan tajam dari yang bersangkutan.
"Aku memang jatuh cinta padamu,Hinata. Dan aku akan memastikan satu hal."Ucap Menma.
"Apa?" tanya Hinata dengan lavender yang berkaca-kaca.
"Aku tidak akan mempermainkanmu seperti Naruto." janji Menma seraya mengelus surai indigo Hinata.
"A-aku.."
"Jangan menjawab jika kau belum ada jawaban yang pasti,Hinata. Aku akan menunggu jawabanmu sampai kau siap. Aku memahami keadaanmu saat ini."Jawab Menma dengan tersenyum tulus.
"Arigatou Menma-kun."


Cklek!

"Tou-san!"Seru Menma lantang dan terkejut begitupun Hinata.
"Ketuklah pintu sebelum masuk,Tousan."Gerutu Menma.
"Hehehe, gomen.Tousan tidak tau jika kau sedang makan siang errr bersama seorang gadis."Ucap Minato kemudian melangkah kearah sang putra bungsunya.
"Tousan Dasar tidak sopan."Ucap Menma seraya mengacak-acak surainya.
"Kenapa Tousan berkunjung kemari?" tanya Menma.
"Apa aku tidak boleh datang berkunjung?"
"Tentu saja boleh, hanya saja tidak tepat Tousan."
"Apakah ini gadis yang kau ceritakan itu,Menma?"Duga Minato dengan menatap Hinata lekat. Hinata hanya menundukkan wajahnya.
"Iya Tousan.Perkenalkan dia Hinata,Tousan."Jawab Menma dengan tersenyum.
"Yoroshiku Minato-sama."Hinata berkata sambil menundukkan badannya sebagai tanda hormat.
"Gadis yang baik dan cantik. Kau pintar memilih kekasih,Nak."Ucap Minato dengan mengelus surai gelap Menma.
"Hehe...Tousan bisa saja."Jawab Menma dengam raut wajah malunya.

Cklek!!

"Tousan ayo kita makan si-"Naruto menghentikan bicaranya saat terkejut melihat ternyata Tousannya sedang berbincang dengan Menma dan juga Hinata.
"Ah kau Naruto,Lihatlah adikmu diperhatikan sekali oleh kekasihnya. Hinata sudah membawakannya makan siang."Jawab Minato dengan tersenyum. Wajah Naruto berubah menjadi kecut seketika.
"Bekal makan siang ya? Kedengaran seperti anak TK saja,Tousan. Ayo kita makan siang segera Tousan."Ujar Naruto dengan ada menusuk. Sukses membuat hati Hinata kembali terluka mendengar cibiran dari mantan kekasihnya itu. Menma semakin geram dengan tingkah Naruto yang terlewat batas itu.
"Setidaknya aku memiliki kekasih yang perhatian. Tidak sepertimu yang selalu sibuk. Sepertinya kau ingin menjadi lajang seumur hidupmu,Naruto-nii."Balas Menma dengan nada yang menohok hati Naruto sampai kedalam. Naruto mengepalkan tangannya erat. Amarahnya sudah berada dipuncak karena kecemburuannya itu.
Naruto menghela napasnya kasar.
"Aku akan menunggu Tousan diluar."Naruto lantas meraih gagang pintu dan membuka pintu ruangan Menma dan pergi darisana.
"Naruto-nii hanya iri padaku,Tousan."Menma tertawa melihat tingkah konyol Naruto itu.
Minato hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Baiklah. Tousan pergi makan siang dulu,Nak."Ujar Minato dan keluar dari ruangan kerja Menma.




****
Disinilah Naruto dan Minato berada. Dikantin kantor sedang menikmati makan siang bersama dengan banyak hidangan dimeja.
"Kau harus segera mencari kekasih,Naruto. Lihat adikmu itu. Dia memiliki kekasih yang perhatian.Apakah kau tidak ingin?"Minato membuka pembicaraan yang sukses membuat Naruto menghentikan makannya sesaat.
"Aku sedang tidak ingin memikirkan itu Tousan. Ayolah pahami aku. Aku bukan Menma. Aku Naruto. Aku sedang ingin fokus pada pekerjaanku,Tousan."Naruto menngerucutkan bibirnya kesal. Ia seperti didesak agar segera menikah secara tak langsung.
"Sampai kapan kau akan berkutat dengan dokumenmu itu,Nak?"Tanya Minato geram.
"Jangan bahas itu lagi Tousan. Tousan membuat selera makanku menjadi hancur."Desah frustasi Naruto dengan mengacak surai kuning jabriknya.
Minato membisu sesaat. Ia tak tau harus apa berdebat keras dengan Naruto yang pikirannya sekeras batu.
"Tousan tidak tau,Hinata itu kekasihku dulu. Aku masih mencintainya."Batin Naruto menjerit pilu.
Acara makan siang itupun berlangsung hening tanpa ada lagi percakapan yang terdengar.








TBC

Haiii Minna^^

Chap 9 udah up nih :D

Masih menarikkah dilanjutkan???

Voment yah???

Arigatou^^^

TeruskanlahWhere stories live. Discover now