Chapter 10

4.6K 211 52
                                    

Naruto sedang membaca sebuah laporan yang baru saja diberikan anak buahnya mengenai perkembangan saham. Tiba-tiba ingatannya kembali pada 1 jam yang lalu saat Menma datang ke ruangannya.


Flashback on....

BRAK!

Pintu berdaun ganda di ruangan Naruto terbuka dengan kasar memunculkan sosok pemuda berambut pirang gelap. Naruto segera menengadahkan kepalanya melihat ke arah pintu. Matanya terpana melihat sosok adiknya yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam. Menma berjalan dengan cepat menghampiri Naruto, safir biru Naruto terus mengikuti pergerakan tubuh Menma saat melangkah menghampirinya. Menma sudah berdiri tepat di depan meja kerjanya.

"Ehem! Maaf Direktur, aku membawa laporan keuangan bulan ini. Naruto segera menolehkan kepalanya ke arah Menma.

"Hn." Sahut Naruto dan kemudian kembali menatap Menma.

"Aku membawakan laporan keuangan sekarang karena aku akan pergi. "Sambung Menma lagi, Naruto terkesiap mendengar perkataan Menma.

"Pergi? Kemana?" Naruto mendengus kesal.

"Menghadiri wisuda Hinata, Ke-ka-sih-ku." Ucap Menma dengan nada penuh penekanan saat menyebut nama Hinata sebagai kekasihnya.



Deg!



Seketika itu Naruto lantas terkesiap, ia melupakan jika hari ini orang yang dicintai diam-diamnya tengah wisuda. Tapi apalah daya, ia kini bukan siapa-siapa Hinata lagi. Ia menyunggingkan senyum tipis.

"Syukurlah jika kekasihmu itu akan diwisuda, sekarang aku tak ada tanggungan lagi untuk membiayai semua kehidupannya lagi. Hal itu memuakkan!" Ucap Naruto dengan nada mencemooh. Menma mencoba menahan amarahnya. Sebenernya ia ingin memukuli Kakaknya itu tanpa ampun.

"Hinata adalah tanggunganku sekarang, Dia akan bekerja di perusahaan ini. Kuharap kau tak akan mengganggunya lagi. Aku permisi!" Menma berjalan menjauh dr pandangan Naruto.




BLAMMMM...









Suara pintu tertutup pun terdengar keras menggema. Naruto menghela nafas kasar. Ia tak pernah bisa mengurangi egonya sendiri jika berkenaan dengan Hinata.






Flashback off...







Naruto menyandarkan punggungnya pada kursi kebanggannya yang tak pernah ia tinggalkan barang sedetik. Wajahnya ia tutupi dengan kedua tangannya mengurangi frustasinya. Ingin rasanya ia pergi menemui Hinata di hari bahagianya. Melihatnya tersenyum bahagia. Tapi ada saja ego yang menahannya.

"Hah.. Maafkan Aku,Hinata...

"Desahnya lirih.










TBC







Haiii...Ketemu lagi sama yuni :v

Gomen baru bisa up nih,Soalnya lg sibuk di duta yang tak ada waktu buat lanjutin nulis :'(


Masihhh menarikkah ceritanya???

Voment yah?? :D

See you

TeruskanlahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang