Chapter 7

3.5K 153 8
                                    

Hinata selalu merasa Naruto membencinya. Naruto selalu bersikap dingin dan acuh padanya. Padahal di depan teman-temannya Naruto selalu menjadi pribadi yang ceria, suka tertawa dan tersenyum. Entah apa alasan Naruto sehingga memperlakukannya berbeda dengan teman-temannya.Namun menurut Hinata, ada perasaan yang disimpan oleh pemuda itu baginya.Perasaan tersembunyi yang menjadi alasan Naruto menjadi pribadi yang tempramental. Dan sejujurnya Hinata sudah sangat lelah menerima perlakuan itu dari Naruto. Sudah tiga tahun lebih Naruto asyik dengan dunianya saja. Asyik bekerja,Berpesta hingga mabuk bersama ketuga temannya itu. Hinata mengharapkan hati pemuda itu mulai melunak dan sudi bersikap sedikit baik padanya. Tapi sia-sia. Naruto tetap saja dingin seperti biasa.Memandangnya dengan tatapan tajam yangmenyakitkan. Mengucapkan kata-kata yang melukai hatinya. Dan Hinata sudah lelah dengan semua itu. Dia sudah memutuskan menyerah pada Naruto.Ya, Hyuuga Hinata memang telah menyukai Naruto sejak pertama mereka masuk SMA Konohagakuen ini. Dia sendiri juga tidak mengerti, kenapa ia bisa sangat menyukai pemuda Namikaze itu, dan ia tidak bisa mengingkari perasaannya sendiri.
"Tidak ada gunanya terus menunggu Naruto-kun bersikap hangat lagi padaku. Dia hanya bahagia dengan dunianya saja. Dan bukan aku dunianya." gumam Hinata, "Aku harus melangkah maju, masih banyak orang lain yang jauh lebih baik dari Naruto-kun. Yah, Menma contohnya."
Hinata tersenyum membayangkan pemuda bersurai gelap itu. Ah, kenapa sekarang dia baru menyadarinya. Menma sangat baik dan tulus,tapi tak sekalipun Hinata memikirkannya. Matanya sudah dibutakan oleh Naruto, dan bagi Hinata, sekaranglah saatnya dia lepas dari belenggu itu.
"Aku tidak akan pernah peduli lagi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Naruto."
Hinata menyakinkan dirinya sendiri.

KREETTTT....

Pintu Ruang kerja Naruto terbuka. Naruto menoleh kaget untuk sekejap. Pemuda tinggi bersurai kuning jabrik dengan tampang datarnya saat matanya menangkap sosok Hinata didepannya.
"Na-Naruto-kun..." Hinata sedikit gugup.
Naruto memandangnya dengan ujung matanya."Kau selalu tak pernah mengetuk pintu terlebih dulu. Ada apa? Cepat katakan! Aku sedang sibuk." jawab Naruto dingin.
Hinata tersenyum kecil. Ah, dia yang dulu pastihanya akan pasrah saja jika diperlakukan seperti itu. Tapi sekarang sudah berbeda bukan? Hinata sudah bertekad untuk tidak mencintainya lagi. Jadi dengan tatapan berani Hinata memandang Naruto.
"Kita harus bicara,Naruto-kun. Kumohon dengarkan aku untuk terakhir ini saja. Selanjutnya aku tak akan mengganggumu lagi." balas Hinata. Ia sendiri heran kenapa ia bisa bicara dengan tegas seperti ini,tidak seperti ia yang biasanya selalu gugup jika berhadapan dengan Naruto.Naruto mengangkat alisnya. Heran, tentu saja.Hinata yang ini berbeda dengan yang sebelumnya. Tapi dia tidak ingin memikirkannya terlalu jauh. Dengan santai ia menoleh pada Hinata. Menghentikan sebentar pekerjaanya. Naruto menatap nyalang pada Hinata.
"Cepat katakan. Aku tak punya waktu banyak untuk mendengarkan hal yang tak penting." Hinata menghela napas mendengar ucapan Naruto. Naruto memang tak pernah mau bersikap lembut padanya. Hinata kembali bicara.
"Naruto-kun, boleh aku bertanya?" tanya Hinata.
"..."Naruto tak merespon. Ia masih mencerna arah pembicaraan Hinata nanti.
"Apa kau membenciku?" Tanyanya pelan. Naruto tetap hening. Tapi jelas, dia mendengarkan dengan baik pertanyaan Hinata tadi.
"Tidak apa-apa, kau boleh menjawab jujur. Aku akan berusaha untuk tidak akan sakit hati mendengar apapun jawabanmu... Aku dulu mungkin akan menangis semalaman jika mendengar jawabanmu. Tapi sekarang berbeda...Aku sudah menyerah padamu. Jadi, aku akan berusaha untuk tidak menangis dan mungkin...Aku harus mulai menjauh sedikit demi sedikit dari hidupmu..." Hinata melanjutkan ucapannya. Naruto membelalakkan safirnya memandang Hinata.
"Kau bilang apa tadi?" Tanyanya dingin. Hinata menatap sendu Naruto.
"Kau mau putus dariku? Jangan bercanda,Hinata. Itu tak lucu. Apa kau begini karena ingin aku belikan sesuatu? Kau butuh apa? Mobil,Apartemen,Baju mahal,Liburan? Aku bisa memberikannya padamu."
"Bu-bukan itu Naruto-kun."Hinata benar-benar merasa tak bisa menahan air mata yang ia mati-matian ditahan sedari tadi,Hinata frustasi! Kenapa selalu ingin serius, Naruto malah menawarinyabarang-barang yang tak berguna itu,Sedangkal itukah pemikiran Naruto mengenai Hinata. Hinata butuh perhatian. Bukan barang-barang itu. Rumah- kamar Hinata, penuh barang-barang pemberian Naruto.
"Aa-aku ingin hubungan kita berakhir sampai di sini."

TeruskanlahWhere stories live. Discover now