Part 9

17.1K 717 4
                                    

Aku mencintaimu seperti bumi mencintai hujan, seperti bintang yang setia menemani bulan, seperti siang yang setia menunggu datangnya malam. Tapi sepertinya, aku hanyalah sebuah hembusan angin dimatamu yang berlalu begitu saja. -Prilly

---

"Malam semua." Suara seorang wanita membuat kami semua menoleh kearahnya.

Deg!

Deg!

Deg!

Prilly?

Untuk apa wanita ini disini? Kebetulan kah? Tanyaku dalam hati.

"Ya malam. Siapa yah?" Tanya ibuku lembut.

"Saya Prilly tante, temannya Mila." Jawab Prilly tersenyum. Ibuku menatap Mila meminta penjelasan.

"Ini loh mom yang mau aku kenalin ke mommy dan daddy." Jelas Mila membuatku mengerutkan dahi.

"Oh jadi ini orang spesial yang kamu maksud. Sini sayang duduk disebelah tante." Lanjut ibuku membuatku makin tak mengerti. Spesial?

"Daddy kenalin, ini teman baik Mila. Kami baru berteman sekitar sebulan yang lalu. Prilly ini memiliki cafe loh mom dad." Jelas Mila pada ayahku.
"Dan Prilly juga bakal jadi calon menantu kalian. Iya kan kak?" Lanjut Mila membuat kami semua terkejut termasuk Prilly. Bola mataku seakan keluar dari tempatnya. Aku melotot kearah adikku yang konyol ini, dia hanya cengengesan.

"Pacar kamu Li?" Tanya ayahku membuatku bingung harus menjawab apa.

Maksud Mila apa sih sebenarnya!
Dia sengaja menyuruh Prilly datang?
Orang spesial? Calon menantu? Astaga, konyol sekali adikku ini. Apa-apaan dia membuat skenario yang tidak jelas seperti ini.

"Bukan dad. Kami baru beberapa kali bertemu, bagaimana mungkin langsung memiliki hubungan." Jawabku santai. Tapi tidak dengan jantungku. Rasanya sulit sekali bernafas, seakan udara malam ini menyesakan dada.

Prilly hanya diam. Mungkin dia masih syok mendengar penuturan Mila yang sangat-sangat gila menurutku.

"Mm, maaf om tante kalau kedatangan saya mengganggu. Lebih baik saya pulang duluan. Permisi." Pamit Prilly sopan. Aku memegang tangannya saat ia akan beranjak pergi.

"Sudah malam, tak baik wanita pulang sendirian." Ujarku santai.
"Lebih baik makan dulu, nanti aku akan mengantarmu pulang." Lanjutku membuatnya terdiam. Mungkin dia menjadi canggung karena ucapan Mila.

"Iya sayang, benar kata Ali. Tidak baik wanita pulang sendiri, apalagi malam-malam begini. Lebih baik makan dulu, setelah itu baru pulang." Jelas ibuku tersenyum hangat. Prilly hanya mengangguk.

Akhirnya kami kembali duduk, dan melanjutkan acara makan malam.
Kami bersenda gurau. Sepertinya ibuku menyukai Prilly. Mereka asik sekali saat mengobrol, apa saja yang dibicarakan ibuku Prilly selalu nyambung-nyambung saja. Mungkin itu sebabnya ibuku menyukainya. Entah kenapa perasaanku menjadi tak karuan.

***

"Makasih om tante untuk makan malamnya. Kapan-kapan main ketempat aku yah." Ucap Prilly lembut.

"Iya sayang. Nanti kalau ada waktu, tante sama om main kesana. Mungkin sekalian makan siang bersama Ali dan Mila." Balas ibunda Ali tersenyum.

"Ya sudah, kalau begitu Prilly pamit dulu yah om tante." Pamit Prilly sopan. Ayah Ali hanya tersenyum.

"Hati-hati sayang bawa mobilnya. Jangan ngebut-ngebut!" Peringat ibunda Ali.

"Iya mom, tenang saja. Aku jalan dulu yah mom dad." Pamit Ali.
"Sorry Kev ngerepotin. Hati-hati lu bawa mobilnya." Lanjut Ali gantian memperingati Kevin. Kevin pun mengangguk lalu bertos ria dengan Ali.

Lalu mereka pun berpencar. Kedua orangtua Ali beserta Mila diantarkan oleh Kevin.

***

Suasana dimobil Ali membuat keduanya canggung, rasanya sulit sekali membuka pembicaraan. Sampai akhirnya Ali pun berdehem sebentar lalu membuka suara.

"Pril. Ucapan Mila jangan didengarkan, dia memang suka konyol kalau sedang berkumpul seperti tadi." Jelas Ali pada Prilly.

"Iya, tidak apa kok Li. Aku mengerti. Justru aku ingin minta maaf, karena kedatanganku mengganggu acara kalian." Balas Prilly tak enak hati.

"No problem. Toh kamu diundang Mila untuk datang, jadi bukan masalah untukku." Jawab Ali kembali dingin. Prilly pun kembali diam. Kembali ke sifat awal deh, pikir Prilly.

Mobil Ali pun berhenti disebuah rumah minimalis berdominasi warna hitam abu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mobil Ali pun berhenti disebuah rumah minimalis berdominasi warna hitam abu.

"Makasih yah Li, lagi-lagi kamu nganterin aku sampai rumah. Dan maaf sekali lagi mengganggu acara kalian tadi." Ucap Prilly tersenyum manis.

"Ok! Tak perlu dibahas." Balas Ali sedikit malas. Apa tidak ada ucapan lain selain terima kasih dan maaf? Kesalnya dalam hati.

"Aku masuk yah. Kamu hati-hati dijalan. Jangan mengebut." Ucap Prilly perhatian.

Saat Prilly akan membuka pintu mobil, tangannya ditarik oleh Ali dan Ali pun langsung melahap habis bibir Prilly dengan tidak sabarnya. Prilly yang hanya diam saja, membuat Ali sengaja menggigit kecil bibir bawahnya agar mulutnya terbuka. Berhasil. Prilly membuka mulutnya, dan kesempatan itu pun tidak disia-siakan oleh Ali. Lidahnya langsung menerobos masuk, mencari-cari pasangannya. Tanpa di duga, akhirnya Prilly membalas ciuman Ali. Ciuman mereka semakin lama semakin menuntut, decapan-decapan ciuman mereka terdengar menggema didalam mobil. Tidak ada satu pun dari mereka yang berniat mengakhirinya. Mereka berhenti sebentar hanya untuk mengambil nafas sesaat, lalu melanjutkan kembali. Tanpa sadar, Prilly sudah berada di pangkuan Ali, tangannya menggantung manis dileher Ali. Tangan Ali pun berpindah ketengkuk Prilly, menekannya agar ciuman mereka lebih dalam lagi. Satu desahan pun lolos dari bibir mungil Prilly saat Ali menghisap bibir bagian bawah Prilly.

"Aahh, Ali!" Desah Prilly membuat sang junior Ali bangun. Ali yang sudah tak tahan pun, menggerakkan tangannya menuju belakang punggung Prilly untuk melepas resleting dress Prilly. Saat berhasil, pelan-pelan ia menurunkan dress tersebut. Saat bahu Prilly terlihat, ia pun langsung mengecupnya perlahan membuat Prilly menggelinjang geli. Lalu saat dress itu hampir turun kebagian dada, Prilly langsung tersadar dan ia bangkit dari pangkuan Ali.

"Sorry Li." Ucap Prilly menundukkan kepala. Jantungnya berdebar dengan kencang. Ia pun merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia bisa terbawa suasana! Kenapa ia seperti wanita jalang yang dengan gampangnya terbuai dengan sebuah ciuman!

"Mm, aku yang seharusnya bilang sorry. Maaf kalau aku lancang telah menciummu. Maaf juga karena tidak bisa menahan nafsuku. Aku harus kembali kerumah sekarang." Balas Ali dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Iya tak apa. Aku masuk dulu yah." Pamit Prilly. Ali langsung menarik Prilly kembali membuat sang empunya kembali menarik nafas gugup. Ternyata Ali menaikan kembali resleting dress yang sempat ia buka tadi, lalu mengecup sebentar punggung Prilly yang sedikit terekspos. Prilly kembali menegang, lalu dengan cepat ia membuka pintu mobil dan berlari masuk kedalam rumah tanpa menoleh.

Sungguh, awalnya Ali hanya berniat untuk mencium sekilas. Tapi entah setan darimana yang masuk kedalam pikirannya, membuat nafsunya tak terkontrol.

"Argghh!!!" Teriak Ali memukul setir mobil. Ia pun menyalakan mesin dan melajukan mobilnya entah kemana.

.
.
.
.
.
.
.

-THA-
21 Mei 2016
21.06

TRUE LOVEWhere stories live. Discover now