Part 34

14.2K 579 25
                                    

Aku sakit, aku sakit hati.
Kau terbangkan ku keawan, lalu jatuhkan kedasar jurang.
Aku sakit, aku tak mengerti.
Kau berikan mimpi indah, namun kenyataan tak seindah mimpi.
Sadar kini, cinta tak berbalas.

---

Sejak hari itu, dimana Prilly tak menanyakan apapun. Semakin hari, Ali selalu saja pulang larut malam. Berangkat kekantor sebelum Prilly bangun, dan pulang saat Prilly sudah tertidur.

Bahkan saat Prilly masuk masa mengidam pun, Ali tak pernah ada. Selalu mertuanya atau Mila yang memenuhi. Prilly tak ingin bilang, ia ingin Ali sendiri yang sadar jika dirinya dibutuhkan saat ini. Namun nyatanya, Ali seperti tak peduli padanya. Bahkan, Ali seperti lupa jika ia memiliki istri yang sedang hamil.

Orangtuanya pun bingung, bahkan sering menegur Ali. Tapi jawaban Ali selalu saja sama 'banyak kerjaan dikantor'. Martha dan Wallace pun tak bisa berbuat apa-apa jika alasannya seperti itu. Sedangkan kenyataannya, Ali jarang dikantor. Entah kemana dia, hanya dia dan Tuhan yang tau.

"Li. Apa kamu tidak bisa dirumah hari ini? Jangan terlalu sibuk, lalu mengabaikan istrimu. Prilly sedang hamil, sudah memasuki masa ngidam. Dia butuh kamu. Besok jadwalnya check-up, kamu tidak ingin menemani istrimu dan mengetahui perkembangan bayi kalian?"
Ujar Martha saat Ali akan pergi.

"Ga bisa mom. Ali banyak kerjaan. Nanti deh Ali atur jadwal, supaya bisa ambil cuti."
Balas Ali tak menghiraukan wajah sendu sang istri.

Ya. Ali melihat Prilly tengah berdiri ditangga terakhir dengan menatapnya sendu. Namun entah mengapa, Ali merasa biasa saja melihatnya. Tidak ada rasa ingin menghampirinya ataupun memeluknya. Ia pun beranjak pergi tanpa berpamitan dengan Prilly. Martha yang tak tau jika Prilly berada dibelakangnya pun tersentak kaget.

Ya, Martha memang dalam posisi membelakanginya saat Prilly ditangga.

"Loh, kamu udah bangun sayang?"

"Udah daritadi mom."
Balas Prilly berusaha tersenyum.

"Daritadi disana?"
Tanya Martha curiga.

"Eh? Engga kok mom. Prilly baru aja turun."
Sahut Prilly gugup.

"Ali ga pernah izin sama kamu saat berangkat ke kantor? Apa kalian sedang bertengkar?"

"Engga kok mom. Emang Prilly aja yang tidak sadar diri. Terlalu malas bangun pagi, makanya Ali selalu pergi duluan sebelum Prilly bangun."
Jawab Prilly berbohong.

"Benar begitu?"

Prilly hanya membalas dengan senyum mengangguk. Lantas membereskan meja makan yang sedikit berantakan.

Nyatanya Prilly selalu bangun terlebih dahulu untuk menyiapkan kebutuhan Ali seperti pakaian yang akan Ali pakai. Namun, Ali seperti menganggapnya tidak ada dan tidak pernah lagi izin padanya.

Martha yang tak percaya pun sedikit curiga. Apakah putranya itu sedang bermain api? Kenapa disaat istrinya sedang mengidam, putranya justru tak pernah ada untuk menuruti keinginan istrinya.

Pernah sekali ia mengingatkan Prilly untuk menegur Ali, tapi jawaban menantunya itu membuat Martha semakin bangga padanya.

TRUE LOVEWhere stories live. Discover now