Part 19

14.6K 644 3
                                    

Mungkin, aku tidak bisa
membaca pikiranmu.
Namun satu yang bisa kulakukan, yaitu mencintaimu dengan segenap hatiku.
-Prilly-

---

Ali tersenyum melihat sang kekasih tertidur pulas dengan wajah damainya. Ia menggelengkan kepala mengingat ucapan wanitanya tadi.

"Dasar Chubby. Katanya ga mau tidur, tapi malah nyenyak gitu tidurnya."
Gumam Ali tertawa kecil.

"Sayang. Hei, bangun sayang."
Ucap Ali mengelus lembut pipi sang kekasih. Prilly masih saja diam tak bergeming.

"Sayang."

"Sayang."

"Hei. Bangun."

Merasa terusik, mata Prilly pun akhirnya terbuka. Menatap polos wajah Ali didekatnya. Tak lama ia pun tersadar, dengan segera menutup wajahnya malu.

"Maaf Mbem aku ketiduran."
Seru Prilly masih menutup wajahnya.
Perlahan Ali mengambil tangan Prilly dari wajahnya, ia pun mengecup lembut tangan itu.

"Tidak apa Chubby, kamu pasti lelah."
Balas Ali tersenyum menatap wajah cantik didepannya. Prilly pun salah tingkah karena dipandang intens oleh sang kekasih.

"Ya udah, kamu masuk sana istirahat."
Prilly pun mengangguk.

"Kamu hati-hati dijalan. Sampai rumah langsung kabari aku."
Ali tersenyum mengangguk.

Cup!

Tiba-tiba saja Prilly mencium pipi Ali kilat. Prilly menjadi salah tingkah sendiri karena ulahnya. Ali yang awalnya terkejut pun tersenyum penuh arti. Tanpa banyak kata, ia pun mendekatkan bibirnya kebibir Prilly lalu melumat habis bibir tipis itu. Ia mencecap setiap jengkal bibir manis itu, memainkan lidahnya didalam sana. Setelah dirasa sang kekasih kehabisan nafas, Ali pun melepas pagutannya dan mencium sekilas bibir manis itu.

"Jangan suka mancing aku Chubby. Soalnya aku suka lost control kalau didekat kamu."
Ucap Ali terengah mengatur nafasnya.

Blush!

Pipi Prilly langsung merona malu. Pasalnya, niatnya hanya ingin mencium pipi sang kekasih karena ia sangat bahagia hari ini, tapi ia tidak menyangka balasan Ali akan seagresif itu. Benarkah Ali bisa hilang kontrol jika berada didekatnya? Ah, memikirkan itu membuat pipinya semakin menghangat.

"Masuk sana. Kelamaan dekat kamu kaya gini nanti bikin aku khilaf."
Ali tersenyum jail setelah mengucapkan kalimat itu, membuat Prilly menatapnya tajam.

Cup!

Ali mencium kening Prilly lembut, menyalurkan cintanya untuk Prilly lewat kecupan itu. Mata Prilly terpejam merasakan kenyamanan itu. Lama Ali mengecup, ia pun menurunkan dahinya kedahi Prilly membuat mata indah itu terbuka.

"I love you so much Chubby."
Ucapan Ali yang lantang membuat bibir Prilly melengkung keatas, tersenyum bahagia.

"I love you too Mbem."

Mereka pun berpelukan sebentar, menyalurkan rasa cinta yang mereka miliki satu sama lain. Ali pun melajukan mobilnya saat Prilly sudah masuk kedalam rumah.

***

Keesokan paginya, sepasang kekasih yang berbeda tempat tinggal tersebut menampakan wajah cerianya. Membuat yang memandangnya tersenyum pernuh arti.

"Duh yang abis kencan, kelihatan banget aura bahagianya."
Ledek Martha saat melihat Ali tersenyum-senyum sendiri menuju meja makan.

"Ga macem-macem kan kak sama Prilly?"
Tanya Mila meledek.

Tuk!

Ali mengetuk kening sang adik gemas. Selalu asal ceplos saja, pikir Ali.
Martha hanya bisa menggeleng tersenyum. Ia bahagia melihat kedua anaknya bahagia, terutama Ali. Ia sangat tau bagaimana kondisi Ali dulu dimasa lalu. Dan sekarang ia sangat berterima kasih pada Prilly, karena bisa mengembalikan Alinya seperti dulu.

"Sudah siap bercerita jagoan?"
Tanya Wallace saat sudah duduk dimeja makan.

"Siap dong dad. Daddy mau diceritain dari bagian yang mana?"
Tanya Ali antusias.

"Duh antusias banget. Semuanya dong Li, jangan kurang jangan lebih. Yang pas-pas saja."
Balas Wallace membuat keluarga kecilnya tertawa.

"Jadi gini dad ceritanya..."

Mengalirlah cerita tersebut tanpa kurang ataupun dilebih-lebihkan. Wallace tersenyum bangga pada anak lelaki satu-satunya itu. Pasalnya, keputusan yang Ali ambil benar-benar membutuhkan tanggung jawab yang besar. Sekali melangkah, anaknya itu tidak boleh berbalik lagi. Ia harus terus berjalan bahkan berlari sampai garis finish. Karena mencintai seorang wanita tidak segampang kelihatannya, butuh komitmen yang sangat besar. Dan Wallace tidak mau jika anaknya itu menyakiti apalagi memberikan harapan yang tidak pasti. Dan yang pasti, Wallace sangat berterima kasih pada Prilly karena sudah hadir dikehidupan Ali.

***

"Bagaimana ceritanya sayang kamu ketemu sama Ali?"
Tanya Widya lembut saat melihat binar kebahagiaan dimata cucu tersayangnya.

"Ehm, Oma ingat Mila?"
Widya berpikir sejenak kemudian mengangguk.

"Ali itu kakak dari Mila oma. Awalnya dia sama Mila sering makan dicafe kita. Makanya jadi sering lihat dia."

"Terus bagaimana ceritanya kalian bisa pacaran? Emang sering jalan bersama?"
Tanya Widya lagi membuat wajah Prilly bersemu.

"Pernah oma. Cuma tidak pernah berdua, selalu sama Mila dan juga Kevin teman mereka. Terus juga Prilly sudah kenal sama orangtua mereka."

"Kok bisa kenal?"

"Iya, waktu itu Mila kenalin aku kekeluarganya."

"Mereka welcome sama kamu?"

"Welcome banget oma. Keluarganya baik. Apalagi mamanya, sangat cantik juga lembut. Mirip banget sama mama."

"Oma turut bahagia kalau begitu. Selamat yah sayang, akhirnya kamu menemukan pujaan hati kamu."

"Oma setuju kan kalau Prilly sama Ali?"
Tanya Prilly sedikit cemas.

"Selagi dia baik, sayang dan cinta sama kamu. Mana mungkin oma melarang. Yang penting kamu bahagia, itu sudah sangat cukup buat oma. Jadi oma tidak perlu khawatir lagi nantinya."

"Makasih oma. Illy sayang oma."
Ucap Prilly mencium pipi Widya.

"Sama-sama sayang. Oma juga sayang banget sama cucu cantiknya oma."
Balas Widya tersenyum lembut.

Ah, bahagia itu sederhana. Prilly berharap kebahagiaan ini tidak akan pernah hilang.

.
.
.
.
.
.
.

-THA-
02 Sept 2016
23.58

TINGGALKAN JEJAK SETELAH MEMBACA!

TRUE LOVEWhere stories live. Discover now