Part 13

14.8K 571 1
                                    

Izinkan, aku membuktikan.
inilah kesungguhan rasa.
Izinkan, aku menyayangimu.

---

"Jadi Prilly..."
Segera Mila berlari mencari ruangan Prilly.

Setelah didapat, tanpa mengetuk pintu ia pun langsung menerobos masuk.

"Hai Mil. Sorry tadi sempat bohong kalau aku tidak datang hari ini. Karena aku pikir takut mengganggu kalian."
Jelas Prilly tersenyum menyembunyikan kesedihannya.

Saat karyawannya mengatakan bahwa tante Martha meminta dirinya untuk keluar kembali, karena ia lupa memberitahukan karyawan yang lain untuk memberitahukan bahwa ia tidak datang hari ini. Dengan segera ia merapihkan dirinya dan menutup kesembapan matanya sehabis menangis tadi dengan make-up. Walaupun samar masih terlihat, setidaknya sedikit menutupi.

"Kamu habis menang..."

"Tidak apa Mil. Tadi aku sedang sibuk mengurus pembukuan, jadi tidak sempat untuk menemui kalian."
Potong Prilly cepat.

"Mungkin aku kelelahan, makanya wajahku seperti ini. Terlihat kucel yah?"
Lanjutnya dengan nada tertawa.

"Yakin kamu tidak apa? Aku khawatir, takut kamu melihat..."

"Aku tidak melihat apa-apa. Yuk keluar, tidak enak dengan Om Tante karena aku sempat tidak menyapa mereka tadi."
Potong Prilly lagi berlalu keluar ruangan menuju meja dimana Ali berada.

***

"Om, tante. Maaf tadi aku sedang sibuk. Jadi tidak sempat untuk menemui kalian. Maaf banget."
Ucap Prilly saat sudah sampai dimeja mereka.

"Eh sayang. Sini duduk. Iya tidak apa, tante kira kamu tidak mau menemui kami. Jangan terlalu lelah bekerja, nanti kamu sakit."
Sementara Wallace tersenyum lembut saat melihat Prilly. Mila dan Kevin pun ikut duduk bersama.

Mila merasa bahwa ada sesuatu yang Prilly tutupi darinya. Mila masih bisa melihat sisa airmata diujung iris mata cantik itu. Mungkin Prilly belum ingin bercerita. Semoga saja wanita mungil ini benar-benar tidak apa. Harapnya dalam hati.

"Iya tan, terima kasih atas perhatiannya. Tante sama Om sudah mau pulang?"

"Iya nih. Sudah sore. Kita disini sampai lupa waktu, tapi baru ketemu sama kamunya sekarang. Besok kami kesini lagi, atau kamu datang kerumah saja. Kita makan malam bersama. Bagaimana, mau kan?"

"Hmm, bukannya tidak mau tan tapi besok aku ada urusan mendadak. Mungkin lain kali saja."
Tolak Prilly halus.

Sementara Ali terus saja menatap wanita mungil didepannya dengan perasaan yang sulit diartikan. Yuki yang menyadari itu pun langsung memotong pembicaraan antara Martha dan Prilly.

"Prilly ini siapa kalian, kalau boleh tau?"
Tanya Yuki to the point. Membuat Mila berdengus kesal.

"KEPOH banget sih lu! Prilly ini calon kakak ipar gue yang artinya calon istri kak Ali! Kenapa emang?"
Jawab Mila lantang penuh penekanan. Membuat suasana menjadi hening.

Kedua orangtua Ali pun tidak tau harus bagaimana. Satu sisi mereka masih welcome dengan Yuki, dalam artian untuk berteman. Satu sisi lagi mereka menyukai Prilly untuk menjadi sahabat hidup anaknya kelak. Tapi mereka tidak bisa berbuat apapun, karena keputusan ada ditangan Ali.

Yuki yang mendengar itu pun mendadak muram.

"Ternyata Ali sudah menemukan pengganti gue."
Gumamnya sendu dalam hati.

"Mil! Apaan sih kamu. Prilly ini temannya Mila, kebetulan dia yang punya tempat ini."
Ucap Ali membuat Yuki tersenyum, tapi dilain sisi membuat hati Prilly mendadak ngilu.

TRUE LOVEWhere stories live. Discover now