Tuan dan Pelayan

79 6 0
                                    

" Jadi? "
Mama menyergap ku dengan pertanyaannya. Belum kunyalakan mobil, Mama sepertinya sudah tidak bisa menahan sabarnya.

" Jadi, apa? "
Tanyaku berpura-pura tidak tau. Aku segera menyalakan mobil dan memasang safety belt begitu juga dengan Mama.

" Ih, jangan pura-pura lupa deh. Apa perlu Mama sebutin pertanyaannya? "
Mama melotot kesal padaku. Walaupun aku tidak melihatnya secara langsung, aku bisa merasakan tatapan Mama yang menoleh ke arahku.

" Euh... Tentang Sarah ya? "
Masih aku bertanya mengulur waktu. Sungguh, aku tau hari ini pasti akan datang, tapi bodohnya aku belum mempersiapkan jawaban.

" Ya siapa lagi? Dia itu siapa, Van? Dia itu bukan perempuan panggilan 'kan? "
Pertanyaan Mama sontak membuatku menoleh ke Mama yang untungnya mobil kita sedang berhenti antri tiket keluar.

" Astaga, ya bukanlah, Mah. Dia itu anak baik-baik,dewasa,pekerja keras. Mama jangan terlalu banyak nonton drama-drama itu deh. "
Gurauku dengan sedikit ketus.

" Enak saja, itu drama pemainnya tampan-tampan semua tau, Van. Oh ya, terus kamu kenal dia dimana? "

Aku terdiam sejenak memandang jalanan yang penuh dengan kendaraan. Nafasku entah kenapa mulai teratur. Harusnya aku panik dengan pertanyaan Mama, namun sebaliknya. Aku lebih tenang dari pada dugaanku sendiri.

" Van, jawab ih. Mama tanya--"
Belum tuntas kalimat Mama, aku langsung memotongnya dengan jawaban yang ingin Mama dengar.

" Dia yang menyelamatkan Evan dari kecelakaan metromini itu, Mah. "
Jawabku datar sambil melihat spion mobil sesekali.

Mobil terasa lengang untuk sesaat.

" Kamu serius, Van?! Kok kamu gak pernah cerita ke mama, sih? Tau gitu tadi Mama ajak dia pulang bareng sekalian, kan? "
Terdengar suara panik dengan nada jengkel dari Mama. Aku meliriknya sedikit dengan tidak percaya. Dugaanku selama ini salah, ku kira Mama akan tidak peduli, bahkan memintaku untuk menjauhinya.

" Iya, belum nemu waktu yang pas buat cerita ke Mama. "
Jawabku asal. Tapi tetap meyakinkan.

" Terus, hubungan kamu baik sama dia? "

" Iya, pertemanan kami memang biasa saja--"

" Loh, kalian gak pacaran? "

Hampir saja aku tersedak ludahku sendiri. Aku melihat ada lampu merah di depan dengan waktu 120 detik. Aku menghela nafas lega, setidaknya aku bisa fokus mengobrol sama Mama sebentar, tidak harus membaginya dengan menyetir.

" Ya ampun Mah... Sudah Evan bilang, jangan terlalu banyak nonton drama. Evan itu umurnya 30, Mah. Sarah masih kls 12. Masih umur 17. Yang benar saja deh. "
Rasanya aku ingin menepuk jidatku mendengar pertanyaan Mama yang sangat aneh. Apa dia tidak memikirkan, bagaimana anehnya bila putra semata wayangnya berumur 30 tahun berpacaran dengan gadis 17 tahun? Orang lain saja bisa menganggapku aneh.

" Ohh... "
Dia hanya membulatkan mulutnya sambil melihat ke arah jendela, sebagai balasannya.

Mobil lengang kembali. Aku menghela nafas. Tapi Mama sepertinya belum puas.

" Terus, dia itu orangnya seperti apa? Kalian sudah kenal sejak kapan? Yang terus menyambung pertemanan siapa? Punya nomor--"

" Mah... Mama ini ibu rumah tangga, atau polisi, sih? "
Tanyaku seolah mengerutkan dahi.

" Ibu rumah tangga yang sedang bertugas sebagai polisi untuk anaknya. Nah, sekarang cepat anda jelaskan. "

Aku hanya bisa melihat kedepan dengan harapan lampu merah sudah berganti hijau. Tapi harapan itu kandas, melihat masih ada 50 detik lagi. Mungkin itu hanya cukup menjawa separuh pertanyaan Mama. Separuhnya lagi aku jawab asal saja.

Mata EvanWhere stories live. Discover now