Sejarah 2

78 4 0
                                    

Suara deruman kendaraan dan ramainya jalan di kota terdengar sesekali setiap pintu kaca itu terbuka. Ketika anda melangkahkan kaki ke ruangan yang bercat broken white ini, anda akan segera disambut dengan harumnya biji kopi yang baru di bakar, biji kopi yang sudah di seduh, dan kopi hitam yang tersedia di setiap meja pelanggan. Diiringi dengan biskuit jahe atau roti manis, café ini sungguhlah istimewa.

" Kurasa, aku tak tau harus kemana lagi selain ke café tempat aku dan Sarah biasa bertemu. "
Batinku sembari menyenderkan punggungku yang kaku karena terlalu lama menyetir.

Tempat duduk seperti biasanya. Di pojokkan dan seperti terpisah dari yang lainnya. Aku mendongak ke atas, memandang atap yang entah berapa kali minggu ini minggu ini aku tatap. Kedatangan Labayt, membuat seluruh hidupku... Sedikit berubah. Aktivitas sehari-hari ku memang tidak berubah, semuanya berjalan lancar seperti biasa. Malahan hampir tidak ada yang berubah kalau bisa ku katakan. Hanya saja, pikiranku lambat laun berputar pada Labayt, dunia-- dimensinya, dan identitasku.

Sekarang jika ku pikir-pikir, apa kah aku pernah bertanya apa alasannya datang kemari? Tidak, kurasa. Dan sekarang yang bisa ku tebak adalah, ia datang ke diriku, karena aku adalah––entah benar atau tidaknya–– anak dari Ratu Alba, mantan Ratunya dulu. Begitu?

Aku menghela nafas pelan, ku tatap kopi hangat yang sudah tersedia di atas meja. Biasanya ketika ku menatap kopi itu, sekaligus kaca yang melapisi meja bundarnya, akan ada pantulan remaja perempuan yang familiar denganku. Sarah. Namun sekarang, kurasa akan tergantikan dengan wajah sesosok pria yang sedikit tirus dan berpakaian ala Victorian.

" Labayt. "

" Ya, Tuan? "

" Kau harus menceritakan semuanya. Seperti yang telah kita janjikan sebelumnya."

" Sesuai permintaan anda, Tuan. "

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

" Ratu Alba, tidak memiliki seorang suami. Tidak pula memiliki keturunan. Ia adalaj ratu yang mampu berdiri sendiri. Namun, seketika langit yang awalnya begitu cerah bergelimang dalam cahaya, berubah menjadi gumpalan awan hitam diikuti dengam gemuruh yang menggelegar. Kegelapan itu, dibawanya oleh Reol, sang penjahat berdarah dingin. Tidak ada yang tau alasan Ratu Alba, yang begitu suci itu, mau menjabat tangan Reol, dan berpaling dari Dimensi Lux. Beberapa mengatakan, Ratu Alba bersekongkol dengan Reol untuk menjatuhkan Dewan Dimensi dan menyatukan ke-3 dimensi. Itu adalah hal yang sangat berbahaya. Setiap dimensi sangatlah berbeda. Menyatukan satu dimensi dengan yang lainnya saja, sudah bisa membuat kehancuran bagi keduanya, apa lagi dengan menyatukan ketiganya?"

Mata EvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang