Latar Belakang.

371 34 0
                                    

Curi-curi update di tengah UKK. Haha, jangan ditiru ya.. Kepala ini sudah pusing dan mau pecah gara-gara Sejarah, oke..

Enjoy's reading~

=========================================
Di waktuku masih kecil, aku melihat Ayahku yang merintikkan sebulir demi sebulir air mata dari kedua matanya seraya dirinya sendiri mengernyit terhadap angin dingin yang berhembus. Ia melukai hatinya sendiri, meskipun setengah mati berusaha untuk memperbaiki hatinya yang sudah hancur berkeping-keping.

Setelah meninggalkan sekolah, beberapa menit kemudian, kedua kakimu sampai di depan sebuah toko bunga nan rapi di tengah jalanan besar dari Kota Kyoto. Kamu memiliki menyisihkan diri dari kelompok teman-temanmu yang berencana untuk bermain hingga larut malam, bisa karaoke, bermain di game center, ataupun nongkrong di café terdekat untuk menikmati layanan internet wireless tercepat di kota besar ini.

Kamu pun melangkahkan kedua kaki seraya memasuki toko bunga tadi yang sekaligus memiliki kodrat sebagai rumahmu,

"Aku pulang..."

Ucapmu dengan suara lantang nan datar layaknya tembok. Kedua bola mata (E/C)mu menangkap bunga-bunga indah dan wangi yang berada di sekelilingmu. Ya, pemandangan normal di dalam suatu toko bunga. Tiba-tiba,

"Sudah pulang, (F/N)?"

Suara berat dan tegas terdengar dari salah satu sisi ruangan itu. Tidak lain lagi, suara tersebut terlontar dari mulut Ayahmu. Segera, kamu berlari kecil menuju tempat dimana Ayahmu berada. Tentu tidak sopan jika kamu berbicara dengan Ayahmu mengandalkan teriakan. Literan udara pun belum tentu menghantarkan suaramu dengan jelas,

"Ya... Aku sudah pulang, Ayah."

"Bagaimana harimu?"

"Uhm... Nothing special.."

"Benarkah?"

"Ya, Ayah!"

"Raut wajahmu bertolak belakang dengan pernyataanmu.."

"Hanya kelelahan.."

"Ayah sudah menyiapkan makan untukmu di dapur. Tinggal dipanaskan kembali.."

"Terima kasih Ayah!"

"Ya.. Setelah makan, istirahatlah! Jangan paksakan dirimu, (F/N)"

"Ayah juga.."

Tuturmu dengan nada yang lebih lembut dari sebelumnya seraya mengukir senyuman tipis di kedua bibirmu,

"Baiklah, (F/N)!"

Timpal Ayahmu yang diikuti dengan satu anggukan pelan sebagai respon sekaligus menutup perbincangan di antara kalian berdua. Kamu pun memilih untuk berlalu dan berjalan menuju lantai atas, dimana rumahmu sebenarnya terletak.

Sesampaimu di dapur, Kamu memanaskan kembali semangkuk sup ayam lengkap dengan jagung dan mayonnaise. Salah satu makanan favoritmu, selain es krim, pancake maupun Sushi. Tiba-tiba, kamu teringat akan seorang Koki yang dapat memasak semua makanan tersebut dengan lezat dan akurat, satu-satunya Ibumu. Perlahan, kamu terlena pada lamunanmu yang sepenuhnya berisi masa lalumu yang cukup kelam.

Flashback

Kamu dahulu memiliki satu keluarga kecil yang amat tentram dan bahagia. Ayahmu dahulu tidak bekerja dan membangun toko bunga ini, tetapi, Ia merupakan seorang Komandan di Kepolisian Kyoto. Sedangkan Ibumu adalah seorang model, Ia mewarisimu banyak hal, seperti poros cantikmu, rambut (H/C)mu, sepasang bola mata berwarna (E/C) dan postur tubuh ideal. Tidak ada hari dimana kedua orangtuamu bertengkar ataupun berselisihan, selalu damai dan tentram.

Tetapi, suatu hari, Ibumu membawa sebuah koper besar dan meninggalkan rumah megah milik keluargamu. Ia bahkan tidak mengucapkan satu rangkai kata pun kepada anaknya sendiri. Di sisi lain, Ayahmu mulai menunjukkan banyak perubahan. Ia mundur dari jabatan tingginya, menjual rumah besar ini, dan lainnya. Ayahmu membawamu meninggalkan seluruh kemewahan dan hidup sederhana. Ia memilih untuk membunga toko bunga di tengah kota dan bekerja seorang diri,

"Ayah!"

"Ya, (F/N)?"

"Kenapa toko bunga? Ayah kan masih bisa memiliki pekerjaan lebih layak dan kekayaan yang menumpuk!!"

"Karena Ibumu sangat suka bunga."

"Ibu...?"

"Ya, (F/N)... Ayah berharap Ia akan kembali.."

"Kenapa? Aku tahu Ibu meninggalkan rumah kemarin! Bukannya karena bekerja?"

"Tidak, sayang... Ia menikah dengan pria lain."

Mendengar pernyataan yang mencengangkan tersebut, kedua matamu terbelalak lebar. Bagi anak kecil sepertimu, kalimat tersebut dapat memicu trauma dalam dirimu.

"Kenapa? Ibu mencintai Ayah kan? Ayah juga mencintai Ibu?!"

"Ayah sangat mencintainya... Tapi, biarlah Ibumu pergi.."

Tuturnya dengan suara nyaris tidak terdengar. Sebuah senyuman tipis terukir di bibir pucatnya, berusaha menyembunyikan segala rasa penyesalan dan kesedihan yang menghantui perasaan Ayahmu itu. Hal itulah yang membuatmu sepenuhnya menolak untuk jatuh cinta. Dari Ayahmu, kamu belajar bahwa Cinta hanya bisa melukai semua orang yang merasakannya maupun yang memperjuangkannya. Jika terlalu serius dalam cinta, perlahan, itu akan membunuhmu, dari segi emosional layaknya Ayahmu yang tidak bisa menghapuskan perasaannya terhadap Ibumu yang sudah berkhianat.

End

"Kh-"

Kamu menyerngit pelan seraya mendecakkan lidah. Setiap kali masa lalu mendominasi lamunanmu tanpa substansi khusus, dada kirimu akan merasakan suatu setruman yang agak menyakitkan. Kamu memilih untuk mengabaikan semua hal tersebut dan melanjutkan segala aktivitasmu yang terhenti.

The Only Exception /赤司征十郎 x reader/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang