Tragedi

231 32 3
                                    

Sorry for the very late update 😂😂😂
Jujur. Liburan kali ini, saya banyak tugas + pr + event, jadi gak sempat megang HP/PC lama-lama. Gomennasai *bows*

==========================================
Tidak ada yang abadi di dalam dunia ini. Semuanya akan hancur seiring berjalannya waktu, baik oleh sendirinya ataupun dengan parasitnya. 」

Esok paginya, Kamu pun bangun dari tidur pulasmu. Hal yang kamu sadari pertama kali, Seijūrō Akashi tidaklah berada di sampingmu. Kamu pun menghela napas singkat, muncul rasa kecewa dalam benakmu. Sejujurnya, kamu masih ingin berada dalam dekapan pemuda tersebut. Tetapi, tentunya, kamu tidak ingin mengakui keinginan egoismu itu dan mendendamnya.

Atensi kedua [E/C]mu pun tertuju pada kamar mandi yang terletak di dalam kamar megah tersebut. Lantas, Kamu pun memutuskan untuk mandi. Melepaskan segala keresahan ataupun beban di kedua pundakmu selama beberapa saat.

Setelah selesai mandi, Kamu pun keluar dari kamar megah tersebut. Untunglah tepat di depan kamar milik Akashi, ada tangga melingkar menuju lantai terbawah, dirimu pun menjadi lebih tenang. Sesampai di lantai bawah, seorang pelayan menyambutmu,

"Nona (L/N). Anda ditunggu Tuan Muda di ruang makan."

"Tuan muda? Oh-Ya, baiklah. Dimana ruang makannya?"

"Akan saya antar."

Tuturnya seraya berjalan di depan dirimu, alih alih ingin menuntun arah menuju Ruang Makan yang sedari tadi terucap. Dan beberapa menit kemudian, kalian berdua sampai pada Ruang Makan yang cukup gelap meskipun megah. Sosok Akashi pun terlihat sedang menikmati sarapan yang sudah tertata rapi di atas meja makan panjang tersebut.

"Akashi-?"

"Makan dulu, baru akan kuantarkan kau pulang."

"U-Uh.. Baiklah."

"Duduk di sampingku, (F/N)."

Kamu pun hanya bisa menganggukkan kepalamu sekali sebelum duduk di sebelah Akashi. Tidak ingin memakan waktu lama, Kamu pun menikmati santapan sarapan yang tersedia. Tidak ada seorang pun yang berbicara, hanyalah keheningan yang menggema dalam ruangan megah tersebut.

Tepat setelah teguk terakhir dari segelas susu yang diminum dirimu, Akashi kembali membuka mulutnya,

"Alamatmu, (F/N)."

"Eh? Alamat rumah? Itu-"

Kamu tersekat. Kamu tidak pernah menyebarkan informasi yang cukup privasi tersebut, baik kepada teman-teman karibmu maupun guru.

Tentu, Kamu mati-matian menyembunyikan jati dirimu dari semuanya. Kamu takut akan penindasan, yang mungkin dapat melibatkan Ayahmu. Kamu tidak ingin mempermalukan Ayahmu, tidak ingin mengecewakannya. Hanya Ialah satu-satunya orang yang paling berharga untukmu.

"Turunkan saja aku ke sekolah. Ada barangku yang ketinggalan."

"Lebih baik langsung ke rumahmu. Barang ketinggalan bisa kau ambil pada hari Senin, bukan?"

"Tidak apa-Di sekolah saja."

"Yakin?"

"Ya."

"Baiklah jika itu maumu."

Lantas, Akashi berdiri dari posisi duduknya dan meninggalkan Ruang Makan tersebut, diikuti dengan dirimu. Kembali, Kalian terlena dalam pikiran masing-masing dan tidak mengutarakan satu kata pun. Akashi pun mengantarmu menggunakan mobilnya, sayangnya kali ini, Akashi tidak ikut dan memilih untuk tinggal di rumahnya.

< Di belahan dunia yang lain. >

Pintu berwarna coklat yang terbuat dari kayu pun diketuknya. Ayahmu lah satu-satunya yang mengetuk pintu tua tersebut. Dirinya sedang berkutat dengan pekerjaannya, mengantarkan pesanan-pesanan bunga.

Tiba-tiba, pintu tersebut terbuka dan sesosok wanita yang tidak pernah Ia sangka akan Ia temui pun berdiri di depannya.

"Sayang...?"

"Ukh-Kenapa?!"

Ibumu pun tersontak. Kedua matanya terbelalak melihat figur Ayahmu yang berada di depannya.

"Kau ada di sini.. Kau ada di sini!!"

"Tidak! Ini bukan aku!"

"Sayang-?!"

"Pergi!! Kau hanyalah pengantar bunga!"

Teriak Ibumu tegas sebelum merampas bunga pesanannya yang terbalut dalam tangan Ayahmu dengan kasar. Tidak lupa, Ibumu pun membanting pintu rumah miliknya. Ayahmu tidak dapat mengutarakan apapun lagi. Ia senang sekaligus sedih, emosinya perlahan berkecamuk.

Ayahmu kembali menaiki sepedanya, dirinya tidak ingin terus-terusan tinggal di sana. Meskipun begitu, kondisinya yang sekarang tidak cukup memungkinkan untuk berpikir jernih. Ya, Bayangan masa lalu mendominasi pikirannya. Perlahan, siluet-siluet fana berputar di depan kedua matanya.

"(F/N)... Ibumu ada di sini, kita harus berkumpul bersamanya lagi..."

Gumamnya dengan suara berbisik, tanpa sedetikpun menatap jalanan ramai yang sedari tadi Ia lintasi. Tiba-tiba, dari arah jalan yang berlawanan, muncul truk kontainer besar yang kehilangan arah. Ayahmu tidak sadar akan hal tersebut dan.

BRAK!!

Tragedi awal yang mengungkap tabir masa lalumu pun terjadi. Sayangnya, dirimu tidak peka akan hal ini. Mungkin karena radius yang sangat jauh di antara kalian berdua, atau memang dirimu yang tidak sensitif.

Ayahmu pun terkapar sekarat di tengah-tengah jalan. Dari sekujur tubuhnya, mengucur darah yang tidak sedetik pun berhenti. Lantas, orang-orang sekitar pun segera menolongnya dan membawanya ke rumah sakit.

The Only Exception /赤司征十郎 x reader/حيث تعيش القصص. اكتشف الآن