Elise Green

800 76 2
                                    

"Elise?"

Justin mengangguk, menampakkan wajah kegusarannya pada sepupu yang sudah lama sekali tak ia jumpai itu. Lelaki itu memang mengajak Zac untuk berbicara berdua, rasanya tak adil jika sepupunya itu tak tahu apa yang sekarang sedang keluarganya rencanakan.

"Tunggu dulu! Maksudmu penawar Lena ada pada Elise?" tanyanya. "Dan sekarang kau berniat untuk mengelabui wanita itu? Apakah kau yakin?"

Justin menatap Zac lamat, "Maksudmu? Kau berbicara seperti kau mengenal Elise?"

"Aku memang mengenalnya." Zac mengangguk, ia mengalihkan pandangannya keluar jendela ruang kerja Justin. "Kami bertemu di Athena beberapa waktu lalu, dia wanita yang menarik. Aku hampir saja jatuh cinta padanya jika saja ia tak mengatakan kalau ia selama ini tak pernah mencintai seseorang selain kau, Justin."

Justin terkejut, "Kau dan Elise di Athena?"

"Iya, setelah kejadian itu tak berapa lama ia kembali ke Rjukan dan aku masih melanjutkan perjalananku mengelilingi Yunani." Zac menyahut.

Mentari tampak tak terlihat, burung-burung berkicauan di angkasa biru dan gesekan rerumputan yang menjelma menjadi melodi tersendiri. Justin menegguk minumannya lalu kembali berbicara pada sepupunya itu.

"Kau tadi mengatakan kau hampir jatuh cinta padanya? pada seorang Elise?" tanya Justin sarat akan ke ingin tahuan.

Zac terdiam sesaat, lelaki itu nampak mencari jawaban yang paling tepat, "Tak usah mengilah Justin. Kau tentu tahu bagaimana pesona wanita itu, ia bahkan mampu meluluhkan kekejaman seorang Vladimir. Di Athena, Ratu Heera yang terkenal dengan sifat dinginnya itu tak kuasa menahan tangis saat Elise memutuskan untuk kembali ke Rjukan."

Justin membisu, sekarang ia sadar tugasnya mungkin tak semudah yang ia perkirakan. Ia harus bertahan untuk menepis semua pesona Elise. Harus.

"Aku selalu mendukung semua keputusanmu, Justin. Tapi aku harap kau benar ini hanya pura-pura." lanjut Zac.

Justin mengangguk pelan, "Aku harap."

"Jadi, terima kasih atas sambutan yang hangat ini." Zac tersenyum ramah. "Aku harus pergi."

Justin menggeleng, "Tinggal lah Zac, setidaknya hingga pesta kerajaan selesai."

Lelaki bermata biru itu nampak berpikir, ia menghela napas lelah dan berjalan menuju pintu ruang kerja Justin. "Baiklah, aku akan ke kamarku sekarang."

---------

Semua pandang mata melihat mereka intens, ada rasa tak percaya yang tersirat dari mata mereka. Jelas saja, seorang pewaris tahta yang sudah meninggal kini kembali dan berjalan-jalan santai dengan anggota keluarga kerajaan; seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Lena nampak canggung atas tatapan yang sering kali bertemu pandang dengannya, senyum yang nampak kaku itu berusaha ia tampilkan di bibirnya.

"Jangan berteriak, aku hanya menggandengmu." bisik Justin pada telinga wanita itu.

Lelaki itu menggenggam tangan Lena lembut. Di dalam hatinya, ada rasa kepuasan sendiri setiap kali mengenggam tangan wanita itu. Ia tak tahu apa yang jelas selalu ada rasa nyaman dan damai yang ia rasakan.

Berhentilah berharap pada lelaki ini, Lena. Sadarlah!

Rowena dan Christian tertawa cekikikan mendengar batin Lena. Nampak berbeda dengan Justin yang malah tersenyum masam dan Zac yang hanya menyeringai.
"Sepertinya kau harus berjuang lebih keras, brother. Ia menepis rasa itu." ujar Christian bercanda.

Lena Lee : When You Comeback[2]Where stories live. Discover now