Luka & Cinta

585 57 8
                                    

"Sudah siap?"

Wanita bermata biru mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan sahabat lelakinya, Zac. Hari ini mereka berdua memutuskan untuk berjaga dan menyelidik sang 'kekasih Elise' dari balik hutan dekat rumah designer itu. Zac nampak kasual, dengan celana jeans dan sweater rajut berwarna maroon yang membungkus tubuhnya. Berbeda dengan Rowena yang tetap menggunakan gaun walau tak semewah gaun-gaunnya yang lain, kali ini ia nampak sederhana dengan gaun hitam yang ia kenakan.

"Kau bisa bergerak dengan pakaian seperti itu?" tanya Zac memperhatikan Rowena dari bawah sampai atas.

Rowena memuat kedua bola matanya kesal, "Tentu saja tidak." sahutnya dingin. "Aku akan membukanya dalam perjalanan nanti, ini hanya tipu muslihat agar Christian dan yang lainnya tak curiga padaku."

Zac mengangguk mengerti, "Aku akan menunggumu ditaman."

"Oke," ucap Rowena. "Aku akan kesana setelah Christian pergi dari rumah." 

"Kalian berbicara apa?" kalimat itu memotong percakapan antara Rowena dan Zac. Dari arah tangga, pangeran emas Rjukan sedang mengaitkan kancing dilengan jas-nya.

"Ah, Justin. Aku sedang membicarakan urusan kerajaan dengan Zac." ucap Rowena lalu kembali menatap Zac yang berdiri di depan jendela. "Bukan begitu, Zac?"

"Benar."

Justin mengangguk, "Baiklah. Aku akan pergi ke istana hari ini."

"Istana?" Rowena bertanya penuh selidik.

"Ya," sahut seseorang dibelakang Justin, "Semakin banyak pemberontak yang berulah belakangan ini, Rowena. Itu sebabnya mungkin aku akan pulang terlambat hari ini."

Rowena menatap seorang lelaki itu kecewa namun tersirat sedikit kesenangan. Jika Christian dan Justin pulang lebih lama mereka akan mendapat lebih banyak waktu untuk menyelidiki kekasih Elise.

"Tapi aku tetap akan pulang, tenang saja." lanjut lelaki itu lagi setelah membaca mimik wajah kekasihnya.

Kedua sudut bibir Rowena terangkat naik, membentuk senyuman diwajahnya. "Aku akan menunggu." ucapnya senang.

Chistian mengangguk dan berjalan mendekati wanita itu lalu menciumnya sekilas, "Aku pergi dulu." 

Rowena mengangguk pelan, ketika Christian berbalik, ia melihat sahabatnya menatap ke arah ujung tangga; kelantai dua. 

"Kau tak ingin menyapanya?" 

Pandangan lelaki berambut coklat itu beralih menatap Christian, "Tidak. Aku tak mau membuat Lena kembali sedih karena menganggap aku memberinya harapan belaka."

Christian tersenyum lalu menepuk bahu Justin pelan, "Sudahlah, semua ini akan berakhir."

"Ya," Justin mengangguk, "Yasudah, ayo kita pergi."

------------------------

Angin musim semi menerpa wajah ratu Rjukan itu lembut, beberapa helai rambutnya terbang ditiup sang angin yang menunjukkan kecantikannya. Lena berdiri dipinggir balkonnya, menatap ke arah hutan pinus di dibelakang rumah Justin. Mentari sudah tenggelam, perlahan ditelan oleh sang hitam yang perkasa. Daritadi, Lena seperti kehilangan dirinya, tenggelam dibalik novel yang ia bawa dari London. Saat ini, rasanya ia seperti kembali merasakan dunia nyata yang beberapa saat lalu sempat ia tinggalkan.

Aku dan Zac pergi  ke rumah kerabat ,Justin dan Christian juga sibuk akan sesuatu hal. Jangan menunggu kami. - Rowena.

Lena mengingat pesan singkat yang dikirimkan Rowena sejak pagi tadi. Ia menutup matanya, mengingat sudah berapa lama dirinya berada disalah satu kota di Nowergia ini. Wanita itu tak mengerti kenapa Tuan Smith tak pernah menghubunginya, bukankah pekerjaan dinas mereka sudah selesai berminggu-minggu yang lalu?

Lena Lee : When You Comeback[2]Where stories live. Discover now