Sahabat Justin

544 58 14
                                    

Lembaran demi lembaran terbuka, memperlihatkan rancangan-rancangan pakaian dari designer terkenal di Rjukan; Elise. Tanpa minat, Justin melihat seolah-olah ia antusias. Sejak pagi tadi, ia berada di toko wanita itu, berusaha terlihat bahwa ia benar-benar jatuh cinta lagi dengan Elise. Tak jauh dari sofa yang diduduki Justin, Elise terlihat sibuk melayani pelanggannya sembari sesekali mencuri pandang ke arah lelaki itu. Elise tentu tak menyangka kedatangan tamu istimewa yang sudah sekian lama tak pernah lagi menemaninya seperti ini, sebelum Justin menjadi vampire dan anak angkat dari Robert. 

"Mau aku ambilkan darah lagi?" 

Justin menutup majalah-nya lalu menaruhnya dimeja, "Tidak perlu."

Elise mengangguk pelan kemudian duduk disamping lelaki itu, "Kau tak punya kegiatan lain hari ini?"

"Sebenarnya ada," sahut Justin. "Tapi tidak terlalu penting."

Elise tertawa kecil dan memiringkan sedikit kepalanya kekanan, "Jadi sejak kapan kau menganggap mengunjungiku adalah hal yang penting?"

Mata coklat keemasan lelaki itu berputar, seolah-olah berpikir. "Mungkin sejak--" ucapnya berjeda, "kau terlihat lebih cantik."

Wanita rupawan itu tersipu, "Rayuan lama, Justin." 

"Aku tak pandai merayu, Elise. Kau tentu tahu itu."

Semburat merah semakin terlihat dipipi Elise, tapi kali ini ia tak lagi menyahut. Hanya tersipu dan tersenyum.

"Sepertinya aku harus pulang sekarang." Justin melihat arlojinya.

Elise mengerenyit, "Kau tidak ingin makan siang disini?"

Justin menggeleng, "Terimakasih, tapi aku ada janji dengan Christian."

"Baiklah, aku akan mengantarmu keluar."

Saat pintu toko itu terbuka, Elise melihat Lena tak jauh dari tokonya berjalan dengan Handphone ditangannya dan sepertinya Justin tidak menyadari hal itu.

"Terimakasih atas waktumu hari ini."

Elise tersenyum manis, "Aku seharusnya yang berterima kasih kau telah mengunjungiku hari ini."

"Oke," Justin mengangguk dan mulai berjalan.

Baru satu langkah, ia terkejut Elise menahannya dan sedetik kemudian tanpa sempat ia sadari Elise menciumnya. 

"Ucapan terimakasihku." Elise tersenyum dan masuk ke tokonya kembali.

Justin tak tersenyum, tak juga kesal. Wajahnya datar melihat tubuh wanita itu menghilang dari pandangannya.

---------

BRUK!

Lena terjatuh ke tanah, ia menghembus napas gusar. Setelah cukup jauh berlari, akhirnya ia berhenti juga karena tubuhnya menabrak seseorang. Wanita itu menyeka airmata dipipinya lalu berdiri.

"Maafkan aku." ucapnya parau dan terus menunduk.

"Kau menangis lagi."

Lena mendongkak, ia kenal dengan suara berat khas ini. Dan benar dugaannya, ia menarik napas panjang  dan berusaha tersenyum. 

"Ikut aku sekarang." Justin menarik tangan Lena pelan, lalu menuntunnya untuk masuk kemobil. Lena tak memberontak, tentu saja. Melawan lelaki ini berarti mencari maut, lagipula ia sudah cukup lelah sekarang untuk berdebat.

Mobil Justin melaju cukup pelan, perjalanan mereka berlangsung dengan hening. Justin fokus menyetir dan Lena terlihat seperti patung. Selang beberapa lama, akhirnya mobilnya berhenti didepan sebuah rumah besar bernuansa putih berlantai dua. Justin turun dari mobilnya disusul dengan Lena. 

Lena Lee : When You Comeback[2]Where stories live. Discover now