[Series 2]

2.2K 242 19
                                    

Soonyoung kini tengah berada di depan pintu apartment yang akan ia tempati selama ia berada di Seoul. Dengan ponsel yang menempel di telinga sebelah kiri dan tangan kanan memegang koper ia pandangi pintu tersebut. Ketika terdengar sahutan dari line seberang, Soonyoung menghela napas pelan.

"Ya. Aku telah sampai di Seoul."

"..."

"Hm.. Aku tahu. Aku bukanlah anak kecil yang masih harus di ingatkan."

"..."

"Oke oke. Jadi... apa aku harus bergerak hari ini juga?"

"..."

"Baiklah kalau begitu. Akan kuhabiskan dengan bersantai."

"..."

"Ya ya ya. Aku mengerti. Dasar cerewet."

Soonyoung mematikan sambungannya. Ia mulai memasukkan kombinasi angka dan pintu apartmentnya terbuka. Soonyoung meraih koper dan menyeretnya masuk hingga ia berhenti sebentar diruang tamu. Ia memandang sekeliling. Disana memang telah tertata rapi semua barangnya. Ia telah menyewa orang untuk menata apartmentmya satu minggu sebelum keberangkatannya ke Seoul.

Kembali menyeret kopernya, ia langkahkan kaki kearah kamar yang akan ia tempati. Membuka pintunya lalu mulai menjelajahi ruangan tersebut. Ruangan tersebut dicat dengan warna biru dan putih, warna kesukaan Soonyoung. Disana terdapat ranjang queen size. Soonyoung menjatuhlan tubunya disana. Memandang jauh ke langit-langit kamar.

Setelah delapan tahun lamanya akhirnya ia kembali ke negara kelahirannya. Dan dihari pertama ia menginjakkan kakinya kembali ia malah bertemu dengan pria yang dahulunya adalah teman baiknya. Teman yang selalu membantunya ketika ia merasa kesulitan, teman yang selalu menemaninya ketika sendirian, dan teman yang rela mengorbankan diri demi dirinya.

Soonyoung menghela napas berat. Ingatannya kembali pada saat itu. Saat-saat dimana ia merasakan keterpurukan yang tak berujung, saat dimana ia di cemooh kan oleh orang banyak karena ia bukanlah orang yang seperti teman-temannya.

וו×

Awalnya kehidupan Soonyoung kecil baik-baik saja. Seperti anak-anak lainnya ia sangat suka bermain. Ia memiliki teman disekolah. Ia juga anak yang ceria, baik hati, senang menolong teman dan patuh pada orang tua.

Orang tuanya tidaklah sekaya orang tua teman-temanya yang memiliki rumah bertingkat. Ayahnya hanya seorang pekerja disebuah perusahaan. Ibunya adalah buruh cuci. Memiliki orang tua yang mempunyai gaji yang pas-pasan membuat Soonyoung kecil mengerti bahwa ia tidak boleh banyak menuntut dibelikan ini-itu pada orang tuanya. Jika teman-temannya selalu mengganti peralatan sekolah tiap semester maka Soonyoung hanya akan mengganti peralatan sekolahnya ketika itu benar-benar tidak bisa digunakan lagi.

Ia kini telah lulus dari sekolah dasar. Dan hari itu adalah pertama kalinya bagi Soonyoung menginjakkan kaki di sekolah barunya. Dengan tabungan yang dikumpulkan susah payah oleh orang tuanya, Soonyoung dimasukkan disalah satu sekolah sekolah elite di Seoul. Hari pertamanya ia telah memiliki banyak teman. Salah satunya adalah anak lelaki bertubuh lebih tinggi darinya dengan senyuman lebar secerah mentari pagi dan hidung yang terlalu mancung melebihi pinokio. Oh! Itu hanya kiasan dari Soonyoung. Karena dilihat dari sisi manapun lelaki itu memang memiliki bentuk hidung yang lebih mancung dari dirinya dan membuat Soonyoung menjulukinya si hidung pinokio.

Soonyoung melewati hari-harinya seperti biasa. Belajar, keluar bersama teman, dan hal yang lain yang dilakukan anak sebayanya. Hingga hari itu tiba. Soonyoung duduk di tingkat dua dan beberapa bulan lagi ia akan berada ditingkat akhir. Ia baru saja pulang dari sekolah, rumahnya tampak sepi. Soonyoung melewati halaman rumah lalu masuk kedalam dengan penuh kebingungan. Tidak biasanya sang Ibu membiarkan rumah terbuka begitu saja walaupun ia berada didalam.

THEY NEVER KNOW ✓Where stories live. Discover now