[Series 3]

1.8K 227 26
                                    

Soonyoung tersenyum miring. Bagaiamana caranya ia bisa mengabaikan Seokmin jika anak itu yang dulu sering membantunya saat ia dibully teman-temannya?

Soonyoung bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Setidaknya mandi dapat menyegarkan pikirannya. Nanti saja ia pikirkan bagaimana cara agar Seokmin tidak terlibat jauh dalam kehidupannya.

***

Seokmin kini sedang duduk di balkon rumah. Menimang-nimang ponsel yang sedari tadi berada ditangannya. Terdengar beberapa kali helaan napas berat dari bibirnya. Ia sedang ragu. Ingin sekali ia menghubungi kontak Soonyoung yang telah ia simpan diponselnya tapi keraguan itu tiba. Ia takut. Bagaimana jika saat ia menelpon nanti Soonyoung sedang sibuk? Itu sangat mengganggu, meski nanti Seokmin yakin Soonyoung akan berkata tidak masalah.

Seokmin memantapkan hatinya untuk segera menghubungi Soonyoung. Bagaimanapun ia sangat merindukan orang yang sangat dicintainya sedari dulu itu. Bertahun-tahun tidak berjumpa membuat hati Seokmin serasa meledak-ledak ketika dirinya akan menekan ikon call di layar ponselnya. Tepat sepersekian detik Seokmin akan menekan layar ponselnya, tiba-tiba ia merasakan getaran diponsel dan nama Wonwoo muncul di layar ponselnya. Wonwoo menelponnya.

"Ya. Halo." Hening. Tidak terdengar suara dari line seberang. Hingga didetik kelima Seokmin kembali bersuara.

"Wonwoo. Ada apa?" Terdengar helaan napas dari Wonwoo. Seokmin sudah cukup lama mengenal Wonwoo. Jadi ia sangat tahu jika Wonwoo menghela napas berat seperti yang dilakukannya tadi itu berarti tengah terjadi sesuatu padanya.

"Seokmin.." Seokmin masih menunggu Wonwoo melanjutkan perkataannya. "Bisakah temani aku, sekedar minum—"

"Apa kau ingin minum? Tidak. Tidak. Tidak boleh Wonwoo kau itu—"

"Seokmin. Bisakah kau membiarkanku menyelesaikan perkataanku?" Seokmin menggentikan perkataannya dan membiarkan Wonwoo menyelesaikan ucapannya.

"Temani aku minum kopi di Cafe dekat rumahmu."

"Oke. Aku kesana sekarang." Seokmin lalu memutuskan panggilannya. Mengambil jaket, dompet, juga kunci mobil lalu bergegas menemui Wonwoo di tempat yang tadi ia sebutkan. Dan Seokmin bahkan lupa tujuannya menggenggam ponsel adalah untuk menghubungi Soonyoung.

***

Memiliki kekasih seorang Direktur seharusnya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Wonwoo. Tapi itu dulu. Akhir-akhir ini kekasihnya Mingyu bahkan untuk di ajak keluar bersama saja rasanya sangat sulit. Seharusnya Wonwoo tahu dan mengerti dengan situasi. Tapi bukankah setiap orang memiliki titik jenuh? Dan itu juga yang dirasakan oleh Wonwoo kini.

Terkadang rasa penyesalan itu datang dengan sendirinya. Menyesal telah rela melepas orang yang sangat dicintainya dulu. Tapi Wonwoo bisa apa? Menjalin suatu hubungan dengan orang yang bahkan tidak memiliki perasaan yang sama padanya. Wonwoo mengibaratkan dengan seperti memeluk pohon kaktus. Semakin erat kau memeluk. Semakin sakit pula rasa yang ditimbukan.

Lamunan Wonwoo terpecah ketika ia melihat Seokmin sedang berjalan kearahnya dengan tatapan khawatir. Wonwoo tersenyum kecil. Terkadang perlakuan kecil Seokmin dapat membuatnya salah paham. Dan itu yang membuatnya hingga kini masih menyimpan perasaan pada lelaki itu.

"Wonwoo." Wonwoo tersenyum kearah Seokmin dan mempersilahkan untuk duduk. Seokmin duduk dihadapannya dan memandang dengan tatapan khawatir.

"Kenapa melihatku seperti itu?"

THEY NEVER KNOW ✓Where stories live. Discover now