[Series 10]

1.2K 159 16
                                    

Sudah hampir satu bulan sejak kejadian dimana Wonwoo di tinggal pergi oleh Mingyu yang saat itu tampak sekali raut wajah kecewanya. Hingga kini tak satu kali pun Mingyu mau berbicara lama pada Wonwoo. Seperti hari kemarin. Wonwoo yang telah menyelesaikan pemotretannya langsung pergi ke kantor untuk menemui sang kekasih, Mingyu. Saat tiba disana Wonwoo akan masuk ke ruangan kerja Mingyu dan tiba-tiba Oh Hyejin -sekretaris Mingyu yang lain, selain Seokmin- mencegatnya dan mengatakan bahwa sang atasan sedang sibuk dan tidak ingin di ganggu.

Wonwoo mendecis dan tersenyum miris saat itu. Bukannya apa. Ia sangat mengenal watak sang kekasih. Sesibuk apapun, ia pasti tidak akan mengabaikan orang terdekatnya. Wonwoo kembali memutar otaknya. Mungkin ia bukanlah lagi orang terdekat bagi Mingyu setelah kejadian tak terduga kemarin. Tapi Wonwoo tidak akan menyerah begitu saja. Jadi hari ini ia akan kembali mencoba bertemu dengan Mingyu dan menjelaskan semuanya. Setidaknya, saat ia bersama Mingyu, lelaki itu takkan membiarkannya terpuruk dalam kesedihan. Ia akan selalu menyemangati Wonwoo ketika anak itu merasa jenuh dengan pekerjaannya. Dan Wonwoo telah kehilangan itu sejak kejadian sebulan yang lalu.

Kini Wonwoo sedang berada di depan lift. Mengetuk-ngetukkan ujung kakinya ke lantai sambil menunggu pintu lift terbuka. Sesekali ia akan tersenyum ketika karyawan di kantor Mingyu menyapanya.

Wonwoo hendak masuk ke dalam lift ketika seseorang yang keluar dari sana membuatnya diam terpaku. Mingyu, orang itu, hanya melewati Wonwoo dan fokus berbicara pada karyawan yang tadi ada bersamanya. Seolah-olah ia tidak melihat Wonwoo. Padahal lelaki mungil itu sempat menggumamkan nama sang kekasih dengan suara lirih.

Wonwoo memegang dada sebelah kirinya. Terasa begitu sakit. Rasanya seperti tertimpa benda yang memiliki beban beribu ton. Nafasnya tercekat. Seperti tak ada oksigen di sekitarnya. Membuatnya tanpa sadar telah meneteskan air mata. Wonwoo tahu ini salahnya. Ia sangat tahu malah. Olah karena itu Wonwoo berbalik kearah Mingyu dan melangkah cepat ke arah lelaki itu.

"Mingyu. Kita perlu bicara."

Mingyu yang sedang berbicara dengan karyawannya lalu memberikan kode agar si karyawan meninggalkan mereka berdua.

Dan disinilah mereka berdua sekarang. Di cafe dekat dengan kantor Mingyu. Duduk berhadapan dengan aura kecanggungan meliputi mereka. Lebih tepatnya oleh Wonwoo.

"Hm.. Apa... kau sudah makan siang?"

Mingyu yang di tanya hanya menganggukkan kepala. "Ya. Sudah tadi."

"Tapi... Aku belum." Wonwoo mengatakannya dengan menunduk. Rasanya, entahlah. Sulit sekali untuk dijabarkan. Biasanya Mingyu yang akan menanyakannya terlebih dahulu. Tapi kini. Wonwoo hanya bisa menahan rasa sesak di dadanya.

"Kalau begitu pesan saja makanan."

Wonwoo kembali menatap Mingyu yang berada di hadapannya. Kembali, matanya tampak berkaca-kaca syarat akan kesedihan. "Aku... akan memesan nanti."

"Hm. Baguslah."

Hening sesaat, hingga Wonwoo kembali membuka pembicaraan. "Aku ingin menjelaskan tentang kejadian sebulan yang lalu. Aku-"

"Tak apa. Aku juga tahu kau masih mencintai Seokmin. Dan juga, aku akan mengatakan pada Ayahmu tentang pembatalan pernikahan kita. Aku hanya tidak ingin kau menikah denganku karena terpaksa, Jeon Wonwoo."

"A-apa? Pem-batalan apa?"

"Kau sudah mendengarnya dengan sangat jelas tadi Jeon. Tak apa. Aku tidak akan menyebutkan alasan sebenarnya pada Ayahmu tentang pembatalan pernikahan ini. Jangan khawatir. Kau akan aman."

Dan tepat di akhir kata yang Mingyu ucapkan, air mata mulai mengalir deras di pipi Wonwoo. Melihat itu Mingyu bangkit dari duduknya, berjalan ke arah Wonwoo dan memeluknya. "Maafkan aku. Aku hanya tidak mau ada unsur terpaksa dalam hubungan kita."

THEY NEVER KNOW ✓Where stories live. Discover now