[Series 8]

1.3K 174 41
                                    

Sudah hampir tiga minggu Soonyoung bekerja di Kim Corp. Selama itu pula ia selalu bertemu dengan Seokmin juga Wonwoo yang terlihat sering kali menatapnya dengan tatapan meneliti dan mengawasi. Soonyoung risih, sungguh. Dan pula lelaki yang Soonyoung kenal sebagai kekasih atasannya itu selalu menyempatkan diri masuk ke ruangan kerjanya jika lelaki itu ada di perusahaan untuk menghampiri sang kekasih.

Soonyoung jadi teringat saat hari pertama ia bekerja di perusahaan besar Kim, ia bertemu dengan Wonwoo saat ia kembali dari ruangan atasannya Mingyu. Dengan tak terduga dan dahi yang mengerut, Soonyoung meladeni Wonwoo yang saat itu mengajaknya berkenalan. Selama mereka berhadapan itu Wonwoo tak henti mengukir senyum miringnya pada Soonyoung yang membuat lelaki itu semakin kebingungan. Wonwoo juga sempat melontarkan perkataan yang hingga kini masih menjadi bahan pikiran untuk Soonyoung.

"Wajah mu memang manis Manajer Kwon. Pantas saja dia tak pernah mau lepas darimu."

Sampai saat ini 'dia' yang dimaksud oleh Wonwoo, tidak Soonyoung ketahui siapa. Apa itu Yuta? Rasanya tidak mungkin. Soonyoung bahkan sangat yakin jika ia sebelumnya tidak pernah bertemu dengan orang yang berwajah dan bernama Jeon Wonwoo. Satu lagi yang menjadi pemikiran Soonyoung tiap hari. Wonwoo akan menatapnya tidak suka ketika Seokmin berada di sekitarnya. Apa yang salah? Apa ia cemburu? Tapi untuk apa? Bukankah lelaki berwajah emo itu sudah memiliki Kim Mingyu. Hubungan mereka terlihat harmonis saja selama yang Soonyoung lihat.

Soonyoung menghela napas pelan. Tingkah lelaki itu menambah pikirannya saja. Belum lagi ia belum mendapatkan tujuannya untuk berada disini. Sudah hampir tiga minggu bukan? Dan Soonyoung belum mendapatkan sepeserpun? Keberadaan Jihyun sebagai Sekretarisnya juga membuat pekerjaan Soonyoung jadi lebih berat. Soonyoung harus mencari cara agar ia bisa cepat menyelesaikan pekerjaannya dan memulai hidup yang lebih baik bersama sang Ibu.

Soonyoung menolehkan pandangannya ke arah pintu ketika terdengar bunyi pintu yang di buka dengan sedikit keras. Soonyoung menatap Jihyun yang terlihat sedang berbicara dengan ponsel yang menempel di telinganya. Sesekali terdengar suara lirih yang berasal dari bibir si wanita. Juga untuk pertama kalinya Soonyoung melihat ada air mata yang mengalir dari mata yang biasanya selalu bersinar itu.

Soonyoung hanya memperhatikan dalam diam Jihyun dari tempatnya. Setelah selesai dengan ponselnya, Jihyun terlihat menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya yang berada di atas meja. Terdengar isakan-isakan kecil nan menyayat hati orang yang mendengarnya. Dengan pelan, Soonyoung berjalan mendekati meja wanita bermarga Park itu dan mencoba menenangkan dengan mengelus bahunya lembut.

"Hei. Ji. Tenanglah."

Soonyoung memanggilnya dengan lembut, yang mana membuat wanita itu mendongak dan memeluk pinggang Soonyoung yang berdiri disampingnya. Soonyong mengelus surai wanita itu pelan berniat menenangkan. Memang baru hampir tiga minggu mereka bertemu dan menjadi partner kerja, tapi Soonyoung sudah menganggap Jihyun seperti adiknya sendiri. Begitupun dengan Jihyun yang memang anak bungsu sehingga sifat manjanya terbawa sampai ke kantor dan Soonyoung yang menjadi medianya tempat berkeluh kesah. Jihyun sering curhat pada Soonyoung, hanya saja itu selalu tentang kekasihnya. Dan menurut Soonyoung masalah kali ini bukan tentang asmara wanita itu, tapi ada hal yang lebih serius.

"Apa yang harus aku lakukan?" Suara wanita itu begitu lirih.

"Apa yang terjadi Ji?"

Jihyun mendongak dan menatap wajah Soonyoung. Terlihat wajah kusut wanita itu dan beberapa aliran air mata yang menganak sungai di pipinya. "Kakakku sedang sakit, dan tadi Dokter menghubungiku dan mengatakan agar Kakakku cepat di operasi. Kau tahu bukan Manajer Kwon, gajiku tidak akan cukup untuk membayar biaya operasinya. Apa yang harus aku lakukan? Ya tuhan."

THEY NEVER KNOW ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora