Mr. HANG (Vignette)

126 14 3
                                    


***

Terik matahari semakin membakar kulit, belum lagi pemuda jangkung itu hampir satu jam terjebak dalam lautan manusia yang sesak. Anakan peluh mulai membanjiri wajah tampannya dan untuk yang kesekian kalinya ia melirik jam tangan yang bertengger di tangan kirinya. Pandangannya mengedar, berhenti pada gadis yang mengenakan rok putih di sudut kanan toko. Dengan tergesa-gesa, ia melangkahkan kakinya untuk mendekati gadis itu.

"Yaa, bagaimana bisa kau meninggalkanku di tempat seperti ini?" Protes pemuda itu dengan sedikit berteriak sambil memasang wajah kesal. Kedua tangannya membawa kantung plastik besar yang berisi bahan-bahan untuk keperluan laundry.

Pemuda itu adalah Park Chanyeol, putra bungsu pemilik Bubble Laundry yang dibangun oleh keluarganya semenjak lima tahun yang lalu. Gadis yang berada di hadapannya adalah Bae Irene, salah satu karyawati Bubble Laundry.

Irene hanya tersenyum kecil sebagai tanggapan protes Chanyeol. Tangan gadis itu meraih kardus berukuran sedang yang diulurkan kepadanya oleh penjaga toko tempatnya berdiri. Chanyeol hanya melirik kesal sambil merebut kardus yang dibawa Irene, "Kau bawa salah satu kantung plastiknya."

Chanyeol menunjuk kantung plastik itu dengan dagunya. "Aku akan membawa semuanya," kata Irene dengan nada ringan, lalu mereka mulai melangkah menuju parkiran.

.
.
.

Mereka tiba di Bubble Laundry setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit. Dengan langkah tergesa-gesa, Chanyeol meletakkan kardus itu di ruang perlengkapan tokonya, disusul dengan Irene. Hari ini lumayan banyak pelanggan yang datang di toko mereka, terlihat dari jumlah baju yang tertumpuk di sana.

"Eonni," panggil Yeri dari balik pintu cokelat sambil membawa satu keranjang baju yang siap dicuci. "Tadi Junhoe Oppa memintamu untuk segera menyelesaikan pesanannya. Dia bilang besok akan diambil."

Irene mengangguk pelan dan tersenyum ramah, "Baiklah. Terima kasih sudah mengingatkan Yeri-ya." Gadis imut yang dipanggil Yeri itu hanya tersenyum sebelum menghilang di balik pintu.

Chanyeol masih berdiri sambil bersandar pada rak penyimpanan barang dengan tangan yang terlipat di dada. Dipandangnya gadis di hadapannya dengan saksama. Rambut blonde gelombang gadis itu mengayun indah mengikuti gerakan tubuhnya yang mungil dan bibir ranumnya terlihat menggumamkan sesuatu yang tidak jelas.

Awalnya dia tidak pernah mempercayai apa yang disebut cinta pandangan pertama karena menurutnya itu adalah omong kosong pujangga cinta. Akan tetapi, ternyata dia salah besar karena ia benar-benar merasakan sendiri bagaimana rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pertengahan Juli datang membawa awal bahagia, musim panas telah datang dan sekolah libur panjang. Tugas Chanyeol ketika musim panas tiba adalah menjaga Bubble Laundry dan sangat menyebalkan sebelum pemuda itu bertemu dengan Irene.

Tuk!

Chanyeol tersentak ketika mendapat pukulan keras di kepalanya dan yang lebih mengejutkan lagi adalah posisi Irene yang sangat dekat di wajahnya. Mata besar milik Irene seolah telah mencari sesuatu yang janggal di wajahnya. Chanyeol memundurkan wajahnya dan kepalanya nyaris tebentur rak kayu.

"Apa yang kau lakukan?" Irene kembali menegakkan tubuhnya sambil mengangkat bahu tak acuh.

"Kau melamun," kata gadis itu dengan raut wajah datar. Chanyeol masih mengatur detak jantungnya yang masih berdetak dengan kencang hingga terdengar sampai telinga. Untung saja ia masih waras untuk tidak mencium bibir ranum Irene.

Demi Tuhan, kali ini ia selamat.
Pandangannya berhenti pada tangan Irene yang penuh dengan sabun deterjen dan pewangi. Alisnya menyatu dengan dahi yang berkerut samar seolah meminta penjelasan atas apa yang akan dilakukan Irene. "Kau mau membantuku mencuci?"

ROOM 4Where stories live. Discover now