EVENT RUMAH_Gone

31 3 2
                                    

Screenwriter: oktaehyun  // Casts: Lee Taehyun & Han Minjung

***

"Kau sangat egois!"

Lee Taehyun menoleh dan meringis. "Egois? Kau pikir aku memikirkan diriku sendiri? Aku sedang mencoba memikirkan soal pernikahan kita!"

Istrinya, Han Minjung mengembuskan napas pelan dan memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan ini. Jemarinya menyambar tas jinjing berukuran besar dengan kilat lalu menatap kedua mata Taehyun dengan nyalang.

"Kalau begitu, kurasa kau tidak perlu repot-repot untuk memikirkan soal pernikahan ini. Aku tidak ingin melanjutkan rumah tangga ini, kau puas?!"

Minjung pergi tanpa menoleh sedikit pun. Lee Taehyun pun tak mencoba untuk melerai atau mengejarnya. Emosinya cukup meledak karena kali ini dia tidak bisa mengikuti kemauan istrinya itu. Tidak, menurutnya Minjung kali ini sudah keterlaluan. Dia tidak bisa terus-terusan mengukuti kemauan Minjung yang sangat tidak masuk akal itu.

Sore harinya, dia melangkahkan kaki untuk pergi dari rumah. Sebenarnya tidak ada tujuan pasti yang ingin dia kunjungi. Namun, kedua kakinya terus melangkah menuju sisi utara sungai Han hingga berada di Stasiun Yongmasan. Tak jauh dari sana, dia mengunjungi sebuah rumah kecil yang ditumbuhi banyak tanaman hias. Taehyun berhenti sejenak di depan pintu sebelum dia masuk. Yah, semudah itu dia masuk meskipun di Korea Selatan umumnya menggunakan penjagaan yang ketat dengan kata sandi. Tapi, tidak dengan pemilik rumah itu. Kekhawatirannya hanya sebatas tanaman hilang atau rusak karena anjing liar.

Pemandangan pertama yang dilihat oleh Taehyun adalah punggung wanita paruh baya yang sedang berjongkok dan menyusun beberapa pot tanaman. Taehyun tersenyum simpul, rasa tenang membuncah begitu tahu wanita itu terlihat sehat dan baik-baik saja.

"Taehyun-ah, benar itu kau?!" Wanita itu cukup terkejut begitu dia berbalik dan mendapati anak bungsunya berada di sini. Polybag yang sedang dipegang terjatuh sehingga tanah berantakan di sekitar kakinya.

Taehyun mengangguk, membuka lebar kedua tangan untuk menyambut kedatangan ibunya yang langsung memeluk dengan erat. Serangan kedua yang terasa adalah perasaan lega karena bisa mengunjungi ibunya sesuka yang dia mau.

"Benarkah ini kau?"

Taehyun menarik pelukannya lalu mengangguk, sembari menghela air mata ibunya yang terjatuh. Betapa hancur hatinya karena melihat keriput yang terlihat semakin nyata. Rambut yang tersisir rapi pun mulai berganti warna. Sekelebat, Taehyun teringat permintaan Minjung agar meninggalkan Seoul dan membiarkan ibunya sendirian. Tidak, itu tidak mungkin terjadi karena dia tidak mungkin melakukan hal itu –seperti kakak-kakaknya terdahulu.

Taehyun melempar senyum simpul, dengan netra yang dipenuhi air mata.

"Benar, Bu. Ini Lee Taehyun anak bungsumu. Apakah kau masih mengingatku?"

Wanita paruh baya bernama Choi Hyongah itu mengusapkan jemarinya untuk menyentuh pipi Taehyun. Beberapa saat kemudian senyum tersimpul dan mengusap puncak kepala anak bungsunya dengan gemas.

"Tentu saja, anak bungsuku yang menggemaskan! Ibu hanya tidak menyangka kau akan datang ke sini. Sebelum berkebun tadi, Ibu memasak japchae. Kau pasti lapar. Nah, mari kita makan!"

Hyongah menyuruh Taehyun untuk masuk ke rumahnya. Tak banyak berubah, masih sesuai dengan ingatan Taehyun saat terakhir kali datang ke sini. Hanya saja, sekarang banyak tanaman hias yang berada di beberapa sudut rumah. Taehyun tersenyum, sepertinya berkebun menjadi hobi baru ibunya untuk mengisi kesibukan.

"Berhubung Ibu hanya tinggal sendiri, Ibu tidak banyak memasak. Hanya japchae dan sup tahu pedas dan beberapa makanan pendamping."

"Aku tidak masalah soal itu. Lagipula, seharusnya aku yang menraktir Ibu untuk makan di luar. Sudah lama sekali rasanya aku tidak mengajak Ibu pergi untuk berjalan-jalan."

Hyongah terkekeh pelan sambil meletakkan panci sup tahu pedas di meja makan.

"Tidak masalah Taehyun-ah. Bagiku, kau datang saja sudah cukup. Rumah ini terasa ramai meskipun hanya kau di sini. Nah, sekarang lebih baik kau makan bersama Ibu. Kau pasti lapar."

Taehyun duduk di hadapan ibunya sambil menunggu semangkuk nasi yang sedang disendokkan untuknya. Suapan pertama membuatnya terasa terlempar ke masa lalu, saat sekolah dasar. Dia kembali pada saat-saat dahulu, ketika membantu Hyongah untuk mencuci piring atau sekadar mengantarkan bekal ke kantor ayahnya. Tak terasa, air matanya kembali turun. Entah kenapa dia tega meninggalkan semua kegiatan itu demi Minjung yang sama sekali tidak ingin kehadiran ibunya.

"Pulanglah, Minjung pasti khawatir dengan keadaanmu." Saran Hyongah ini membuat Taehyun yang sedang mengelap piring menoleh.

"Kenapa?"

Hyongah tersenyum sambil memberikan piring terakhir yang dia cuci kepada Taehyun.

"Sepertinya dia tidak terlalu suka kau berlama-lama pergi ke rumah Ibu. Lebih baik kau ajak dia bersenang-senang dan makan di luar. Jangan lupa berikan bunga agar hatinya bahagia. Kau juga –eh, Taehyun kau kenapa?"

Hyongah terkejut bukan main mendapat pelukan tiba-tiba dari Taehyun. Gelagat tidak biasa ini membuat hatinya bertanya-tanya, apakah anak bungsunya ini sedang menghadapi suatu masalah?

"Biarkan aku menghabiskan waktu dengan Ibu, setidaknya malam ini. Dan kumohon, jangan bertanya kenapa."

Hyongah menarik pelukannya untuk menatap wajah Taehyun sekali lagi. Dia tersenyum dan mengusap pipi Taehyun dengan sayang. Hanya itulah yang mampu dia lakukan ketika perasaannya senang dengan ucapan anak bungsunya itu. Meskipun sejujurnya khawatir dengan apa yang terjadi, Hyongah memilih untuk menunaikan keinginan anaknya itu.

"Tentu saja, Nak."

Perasaan Taehyun tidak pernah sebahagia ini dalam beberapa waktu. Tindakannya kepada Minjung terasa tepat untuk menolak pergi dan membiarkan Hyongah terselimuti kesepian di Seoul yang ramai. Taehyun sadar bahwa selama ini dia salah karena memikirkan egonya sendiri, padahal sudah seharusnya lah dia yang menjaga Hyongah ketika ayahnya sudah tak berada di dunia ini. Perasaan lega mendadak mengerubungi hatinya yang terasa kosong sebelumnya. Bagi Taehyun, Hyongah adalah tempat kembali sejauh manapun dia melangkah. Pria itu pastikan, hal tersebut tidak akan berubah... sampai kapan pun.

ROOM 4Where stories live. Discover now