18

3.4K 91 0
                                    

"permisi sus saya mau tanya kalo pasien Alyssa Saufika Umari ada di ruangan mana ya?" tanya Gabriel
"anda siapa?"
"saya Gabriel"
"sebentar saya di titipkan surat oleh dokter Oliver"

Gabriel menerimanya kemudian membca isi surat tersebut. Hanya beberapa kata tapi mampu membuat air mata Gabriel menetes.
"apa Yel?" tanya Alvin
"kak Oliver" ujar Gabriel

Rio mengambil surat itu dengan paksa dan membacanya.
Rio terduduk lemas ketika membaca surat itu.
"ify" ucap Rio
"Yo lo gak papa?" tanya Cakka berusaha membantu Rio bangun tapi Rio masih saja duduk seakan kakinya terasa kaku untuk berjalan lagi.

Gabriel? Pria itu bahkan berlari dan mengendarai motornya dengan ugal - ugalan. Ada sebuah rumah yang harus ia tuju, dimana lagi jika bukan rumah Oliver dan Ify yang biasa mereka tinggali? Gabriel masuk ke dalam gerbang rumah Oliver yang entah mengapa tidak di kunci.

Gabriel terus mengetuk - ngetuk pintu rumah itu sambil terus menyebut nama sang kakak berharap sang kakak mau membukakan pintunya.

"KAK buka pintunya kak ini Ielll kaaaakkk" teriak Gabriel seperti orang gila.

Isi surat itu masih terus terngiang di benak Gabriel. Hidup dengan kesendirian lagi? tanpa kasih sayang lagi? menjadi sebuah benteng lagi untuk Via? bagaimana bisa? Gabriel belum tentu sanggup untuk menghadapi itu semua.

' Iel Jagoan gue, jaga diri lo baik - baik. jaga Via, gue dan Ify pergi. Jangan cari gue dan Ify'

Perlahan demi perlahan Gabriel capai menangis hingga akhirnya ia terduduk di depan pintu sambil kepalanya bersender di pintu rumah Oliver.
Dan tanpa di sadari Gabriel tertidur begitu saja di depan pintu hingga malam tiba.
Malam hari Gabriel pulang dengan keadaan yang entahlh .mungkin kemaren Rio yang seperti orang gila namun kini Gabriel yang seperti orang gila. Gila meghadapai masalah yang menimpa hidupnya.

Datang rumah benar - benar tak di sangka sang adik juga sama seperti Gabriel mata yang membengkak sambil terus memegan handphone.

"Via kamu kenapa Dek?" tanya Gabriel
"baangggggg... kak Oliver sama Ify bang mereka pergi tinggalin kita mereka gak di sini lagi. Via mau ikut" kata Via menangis
"tenang ya, jangan nangis. Kak Oliver pergi karena sayang sama Ify dia mau obatin Ify ya. Jangan nangis ada abang di sini dek" ucap Gabriel memeluk dan mengelus puncak kepala Via untuk memberi ketenangan pada sang adik.

Bohong. Iya Gabriel bohon mengatakan itu pada Via, itu semua untuk menguatkan hati sang adik. Seperti prinsip Oliver jika dia menangis maka seperti apa yang lainnya? Yang mengandalkannya? Bertahanlah. Tumpahkan semuanya dalam doa dan dalam kesendirian.

@@@@@@@@

Minggu demi minggu telah terlewatkan. Gabriel dan Via terus berdua dan menjalani hidup seperti biasanya. Namun hati dan fikiran mereka masih terus mencari dimana kakak mereka berada? Jangan tanyakan rindu atau tidaknya. Mereka sangat rindu hari - hari mereka semakin sepi tak ada si mungil Ify yang selalu berbuat ulang dengan khas kecemprengan dan suara lucunya.

"bang" sapa Via ketika berada di ruang makan.
"iya dek kenapa?" tanya Gabriel
"kangen masakannya kak Oliver. Kangen rusuhin kak Oliver bareng Ify kangen duduk bareng Ify kangen curhat bareng Ify kangen ngecengin kak Alvin sama kak Rio bareng Ify kangen denger kata - kata ketus kak Oliver kangen di peluk sama kak Oliver kangen mereka" keluh Via
"stopp Vi, jangan gini? Kak Oliver sama Ify pasti bakal balik dengan keadaan yang sehat" sergah Gabriel

Mendengar sergahan Gabriel Via hanya menunduk. Perlahan getaran badannya mulai terlihat air matanya meluncur kembali. Gabriel tau adiknya ini bukan manja adiknya ini bukan mau terus - terusan mengeluh namun mungkin kali ini dia sedang merasa rindu dengan mereka berdua. Gabriel juga pernah merasakan itu dan usaha Gabriel hanya satu menghubungi nomer Oliver yang tak aktif dan mengirim pesan ke berbagai sosial media mulai dari facebook sampai dengan WA.

The Light Of Love For IfyWhere stories live. Discover now