Code XI - Anak-anak Terlantar #2

3.3K 300 24
                                    

Jauh di dalam tanah, di dalam gunung Khyterra. Terdapat sebuah desa bawah tanah yang dihuni oleh cukup banyak penduduk. Tempat itu memang berada di dalam gunung, namun cukup banyak oksigen di sana layaknya di permukaan. Sehingga para penduduk tidak kesulitan untuk bernapas.

Tentu saja desa itu tidak tersinari matahari. Sebagai gantinya, tempat itu punya teknologi penerangan yang menggunakan tiga jenis cahaya ultraviolet, dengan kadar yang diatur sama dengan sinar matahari. Namun saat itu, tempat itu diatur untuk menyajikan suasana malam. Bukan hanya pencahayaan yang menyerupai matahari, tempat itu juga punya teknologi yang bisa menampilkan suasana langit malam penuh bintang. Ain, Riev dan Kiev yang baru saja tiba di sana hampir tidak bisa membedakan tempat itu dengan tempat di permukaan.

Di tengah-tengah desa, sebuah monolith besar berwarna hitam dengan corak biru menyala, berdiri tegak dikelilingi oleh beberapa rumah.

"Desa bawah tanah??" Riev dan Kiev sangat terkejut melihat tempat itu. Mereka tidak menyangka kalau ternyata di dalam gunung Khyterra terdapat kehidupan.

Keduanya melihat ke arah Ain yang terlihat biasa saja, seperti sudah mengetahui tempat itu sebelumnya.

Beberapa waktu yang lalu, kedua pemuda itu juga sempat dibuat terkejut ketika Ain mengajak mereka ke sebuah goa, yang ternyata terdapat pintu rahasia menuju tempat itu. Goa yang sempat menjadi tempat latihan buat Ain saat ujian masuk Cerberus dulu.

Seorang anak laki-laki yang melihat kehadiran mereka, menghampiri dengan sikap waspada. Anak itu menatap ketiga pemuda yang terlihat asing baginya dengan tatapan tajam.

Ain menghampiri anak itu, lalu berjongkok di depannya guna menyamakan tinggi mereka. Ia bertanya pada anak itu, "Apa kau bisa mengantar kami ke tempat Master?"

Bukannya menjawab pertanyaan dari Ain, anak itu malah melompat dan menendang Ain dengan keras.

Reflek Ain bisa menangkis tendangan itu, tapi tubuhnya bergeser beberapa meter ke belakang setelah terkena serangan mendadak dari anak itu. Sungguh kekuatan yang besar, untuk ukuran anak kecil yang kira-kira berusia 7-9 tahun. Tangan Ain yang dipakai untuk menangkis tendangan anak itu terasa berdenyut perih. "Tunggu! Aku bukan musuh," jelas Ain.

Sayangnya, anak itu tidak memedulikan apa yang Ain katakan. Ia memasang kuda-kuda untuk bersiap menyerang lagi. Anak itu bersiap melesat, namun gerakannya terhenti ketika seorang gadis yang sebaya dengan ketiga pemuda itu menarik kerah bajunya dari belakang.

"El, lagi-lagi kau bertingkah seenaknya!" ujar gadis itu sambil mengangkat tubuh anak laki-laki dengan tangan kanannya.

"Tapi, mereka mencurigakan. Terutama dia, mukanya mesum," jawab anak itu dengan tenang sambil menunjuk ke arah Riev.

"Haaaa???" Riev mengangkat sebelah alisnya.

Gadis yang berambut hitam panjang sebahu itu terdiam sembari menatap Ain, Riev dan Kiev secara bergantian. Wajahnya mengingatkan mereka pada seseorang yang mereka kenal, Teir.

"Namaku Zaina. Maaf atas perlakuan tidak sopan darinya. Master sudah menunggu kalian," ujar Gadis itu sambil membungkuk.

---|<V>|---

Zaina, gadis yang memiliki wajah oriental khas itu membawa Ain, Riev dan Kiev ke sebuah rumah tak berpenghuni di desa itu. Ia menyuruh ketiganya untuk menunggu di sana.

Riev menghela napas panjang, lalu mulai mengajukan pertanyaan pada Ain yang sedari tadi hanya terdiam, "Jadi... Ada apa ini, Ain? Kita di mana?"

Ain menatap Riev dan Kiev yang duduk di hadapannya. Tatapan itu terasa berbeda bagi mereka. Kedua pemuda kembar itu merasakan ada yang berbeda dari sahabatnya. Mereka merasa Ain terlihat lebih tenang, seolah seluruh beban pikirannya telah hilang.

X-CodeWhere stories live. Discover now