Code XV - Takdir Logard

3.2K 313 23
                                    

Sambil berjalan menyusuri lorong untuk menuju bagian bawah Agrrav, Riev memusatkan Khy untuk memulihkan jaringan ototnya yang rusak akibat teknik yang diajarkan oleh Zaina. Selain itu, juga untuk memulihkan organ tubuh yang cidera di bagian dada akibat terkena tendangan Teir.

Tapi belum sempat tubuh Riev pulih, beberapa pasukan Abaddon muncul dari dalam elevator di ujung lorong. Terhitung ada belasan pasukan bersenjata laser, siap untuk menyerang Riev.

"Kiev, bisa kau urus?" tanya Riev melalui gelombang pikirannya.

"Oke~" jawab Kiev dengan santai sambil menyiapkan senapan plasma miliknya dari dalam Hecantor, kemudian keluar untuk mengambil posisi di bagian depan. Ia menghitung jumlah pasukan itu melalui 'Radar' pikirannya.

Kiev membidik para pasukan yang berlari ke arah Riev. "1... 2... 3... 16. Hei, Riev. Pertanyaan mendadak. Berapa tembakan yang aku perlukan untuk menghabisi mereka?"

"16 kalau kau menembak mereka satu per satu, 8 kalau kau menembak 2 sekaligus, 4 kalau kau menembak 3 sekaligus. Anak kecil juga tahu!"

"Dan jawabannya adalah...." Lalu sang penembak jitu itu memutar bagian atas tubuhnya sambil mengarahkan moncong senapan ke belakang. Ia mengambil ancang-ancang untuk melakukan gerakan selanjutnya.

Kemudian Kiev melompat sambil berputar secara diagonal dengan sangat cepat sambil menyalurkan Khy ke senapan, membuat sebuah peluru plasma berbalut Khy yang ia atur agar lebih fleksibel. Di tengah putaran, Kiev menembakkan peluru tersebut.

Peluru yang keluar dari senapan miliknya tidak bergerak lurus seperti yang seharusnya. Peluru plasma berbalut Khy itu bergerak melengkung ke bawah lalu berputar spiral, menembus lapisan dinding tebal Agrrav.

Tidak hanya pergerakannya yang berbeda, kecepatan laju peluru itu juga lebih cepat beberapa kali lipat dari biasanya.

Hanya dengan 1 tembakan, ke-16 pasukan Abaddon itu tewas tertembak peluru yang menembus tubuh tanpa sempat mereka menyadarinya.

"1 Tembakan~ Hahaha. Belajar matematika dasar lagi sana!" ledek Kiev dengan puasnya.

"Cih! Dasar tukang pamer!" gerutu Riev. Tapi sebenarnya ia merasa senang juga, kembarannya bisa berkembang sejauh itu.

"Setidaknya aku tidak kena tendang!"

"Puas sekali kau meledek, ya? Dendam apa kau padaku, duhai kembaranku?" Riev menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Hahaha. Sudah, cepat sedikit!"

"Iya-iya, 'tuan yang tidak kena tendang yang cuma bisa nembak sekali doang'."

Mendengar 'julukan' dari Riev itu, Kiev malah tertawa lepas yang langsung diikuti oleh gelak tawa dari Riev juga.

Sebenarnya, baik Riev ataupun Kiev merasa tegang saat itu. Mereka sengaja saling melempar candaan untuk menghilangkan ketegangan tersebut. Karena siasat terakhir yang akan segera mereka jalankan, bisa dibilang menjadi penentu kemenangan atau kekalahan juga penentu hidup dan mati. Makanya, kedua pemuda itu harus bisa mengatasi ketegangan mereka agar rencana yang Ain rancang bisa berjalan dengan mulus.

Untuk sementara waktu, Kiev tidak masuk ke dalam Hecantor dulu. Ia ingin memastikan kembarannya bisa sampai dengan selamat ke tempat tujuan.

"Oke, elevator itu akan membawamu sampai ke bagian terbawah Agrrav. Cepatlah!" ucap Kiev memberi instruksi pada Riev yang sudah berada di dalam elevator.

---|<V>|---

Pertarungan di dalam ruangan luas tempat Grief memberi komando pada para pasukan Abaddon itu belum juga usai.

X-CodeWhere stories live. Discover now